Langsung ke konten utama

Meniru Apa yang Perlu Ditiru

Memilih panutan adalah hal yang sangat penting untuk kita lakukan untuk menjadi percontohan dalam perjalanan hidup kita. Sebagian besar memang hidup kita banyak meniru hal lainnya, baik dari segi pemikiran, sifat maupun perilaku. Apa yang kita tiru mungkin banyak dari mulai orang tua, teman, sampai artis idola. Meniru memang perlu dilakukan sebagai cara untuk meraih kesuksesan yang sama. Tidak sedikit orang memang meniru orang-orang sukses dan pada akhirnya sukses juga. 

(Pixabay.com)

Kehidupan manusia memang tidak lepas dari meniru, apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari tentu itu hasil dari meniru orang lain. Sikap, perilaku dan pikiran kita itu dibentuk oleh sosial masyarakat. Jadi apa yang ada dalam diri kita merupakan cerminan kecil dari masyarakat, meskipun sebetulnya tidak semuanya. Tetap saja sesama-samanya kita dengan orang lain pasti ada saja perbedaannya.

peradaban manusia juga tidak lepas dari hal sebelumnya, bisa kita lihat meskipun kita berbeda masa tentu ada beberapa persamaannya. Misalnya seperti perkembangan handphone, antara model handphone dulu dan sekaran memang berbeda. Namun tetap saja perkembangan handphone yang canggih saat ini tidak lepas dari perkembangan handphone yang telah lalu. Budaya meniru ini memang seperti rantai yang terus terhubung, antara masa satu dengan yang lainnya itu saling berhubungan.

Namun meniru saja tidaklah cukup, tetap saja kita harus memiliki pendirian, karena tanpa adanya pendirian kita menjadi asal meniru orang lain. Orang yang tanpa pendirian, merek hany meniru apa yang dia senangi tanpa berpikir untuk apa saya meniru dan apa manfaatnya. Inilah yang sering dilakukan oleh remaja masa kini mereka banyak meniru artis idolanya, namun tidak memperhatikan dampak buruk dari hal yang Ia lakukan. 

Pada akhirnya banyak dari kalangan remaja kita yang meniru-niru yang tidak baiknya seperti tindak kekerasan karena mungkin melihat artisnya sedang berperan sebagai jagoan dengan aksi tindak kekerasan. Bagi mereka memang terlihat keren, namun akibat yang ditimbulkan tentu tidaklah terlihat keren. Maka dari itu, apa yang kita tiru semestinya memberikan dampak positif bagi kita, bukan hanya ingin terlihat keren saja. Dalam hal meniru yang terpenting adalah tirulah orang yang memiliki etika dan moralitas baik dimana masyarakat pun banyak yang menghormatinya. Jangan hanya melihat tokoh figur dari segi penampilannya saja, seperti hanya sekedar tampan dan pandai berjoget.

Apalagi menjadi orang yang fanatik terhadap sang idola lalu memujanya seakan dialah manusia hebat di muka bumi ini selain dia saja. Rela menghabiskan waktu dengan sang idola padahal itu adalah sesuatu yang tidak perlu dan perbutan yang sia-sia. Senang dan meniru seperlunya saja jangan sampai di luar batas kewajaran apalagi banyak hal yang dikorbankan. 

Menyukai sang idola bukan berarti harus menirunya, memang akan terlihat keren jika kita mampu meniru kemampuan sang idola. Namun sebetulnya itu  seperti orang yang tidak memiliki pendirian. Tetap saja kita harus memiliki karakter khas pribadi jangan sampai kepribadian sejati kita itu hilang karena banyak meniru sang idola. Seperti halnya dalam memuat sebuah karya, dimana kita sendiri dalam membuat sebuah karya tidaklah pantas hanya meniru sama persis seperti karyanya orang lain. Lebih baik memiliki karya jelek tetapi tidak meniru orang lain daripada memiliki karya bagus namun hasil jiplakan dari orang lain. Meniru hanya sekedar menjadi percontohan saja dan sebagai motivasi kita bahwa kita pun bisa melakukannya. 

Kita harus sadar bahwa kehidupan kita ini amatlah sangat berbeda-beda jangan hanya terpaku dengan apa yang orang lain lakukan. Belum tentu apa yang ditiru itu cocok dengan diri kita. Jadi, Sebelum menirukan orang lain, kita juga harus melihat sisi dari diri kita sendiri. Penilaian baik dan buruk serta pantas dan tidak pantasnya juga perlu diperhatikan. Moral dan etika jangan sampai lepas hanya demi sekedar meniru orang lain

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...