Langsung ke konten utama

Uang, Manusia dan Tuhan

 Saat ini uang menjadi suatu kebutuhan bagi umat manusia baik itu di desa maupun di kota, semuanya membutuhkan uang. Dengan uang kita bisa membeli apa yang kita inginkan mau beli makanan, hiburan bahkan cinta sekalipun bisa dibeli dengan uang. 

Uang memang benda mati namun dengan kekuatannya Ia ternyata bisa mengendalikan seisi dunia dan bahkan sifat manusia itu sendiri. Dengan adanya uang sifat manusia menjadi berubah. Uang menjadi pengubah sifat manusia, Ia mampu melepaskan sifat alami manusia yakni naluri untuk berbuat kebaikan dan naluri ketuhanan. 

(Pixabay.com)

Pada awalnya Ia miskin namun baik hati dengan sesama, lalu ketika banyak uang semuanya berubah menjadi manusia yang sombong dan tidak peduli dengan sesama. Semuanya berubah karena uang dan demi uang. Yang lebih parahnya dengan uang Ia lupa akan Tuhannya, baik si miskin maupun si kaya semuanya sibuk mencari Uang. Si miskin menjadi budak uang, ia bekerja siang malam demi uang dan si Kaya menjadi tamak ia menumpuk harta dan pelit akan sesama. 

Pecinta uang akan lupa dengan tuhannya, Ia lupa dengan tuhannya saat banyak uang dan Ia sadar dengan adanya tuhan saat uangnya hilang namun ia akan meminta kepada Tuhan agar mengembalikan uangnya. Ternyata Tuhan hanya menjadi mesin pencetak uang baginya, bukan sebagai harapan utama dan pengampunan dosa. Ia akan sadar ketika tanah telah menyumpal mulutnya. 

Dengan uang sifat cinta manusia terhadap sesama kita teralihkan dengan cintanya dengan uang. Kita sudah bisa melihat bahwa banyak orang yang mencinta namun bukan karena si Dia namun karena uang si Dia. Materialistis menghilangkan rasa cinta terhadap manusia, uang dianggap menjadi kunci kebahagiaannya. Manusia akan sadar bahwa uang itu tidak ada artinya ketika manusia tidak ada yang peduli dengannya. 

Sifat alami manusia yakni rasa kemanusiaan kini sudah hilang dengan adanya uang. Manusia kini tujuannya bukan untuk membantu sesama namun menumpuk pundi-pundi harta. Hilangnya rasa kemanusiaan kemudian muncul rasa egois dan ketamakan. Sekan-akan uang lebih berharga dibandingkan dengan manusia. 

Memang tidak semua orang hilang sifat kemanusiaannya, masih ada manusia yang tetap mempertahankan sifat kemanusiaannya. Bahkan dengan uang justru membuat rasa kemanusiaannya semakin kuat, saling berbagi antar sesama tidak pernah menikmati hartanya secara pribadi. Merupakan suatu perwujudan bahwa uang pun bisa membuat banyak orang menjadi senang untuk berbagi. 

Hal ini tentunya kembali lagi kepada diri kita, mampukan kita mengendalikan uang agar uang tidak mengendalikan kita. Hanya orang-orang yang memiliki prinsip kuat, tujuan mulia, rasa kemanusiaan dan iman yang kuatlah yang bisa mempertahankan itu semua.

Pertarungan kita saat ini bukan sesama manusia, namun antara Uang dan kemanusiaan. Apa yang mau kita pilih, rasa kemanusiaan atau rasa tamak akan uang. Yang pilih uang, maka akan siap-siap tenggelam dengan uangnya. Tidak ada yang mau menolong, siapa sudi yang mau menolong para pecinta uang. Jika mereka dipedulikan belum tentu mengembalikan sifatnya kepada sifat kemanusiaan. 

Berbagi antar sesama dengan uang merupakan hal yang perlu kita lakukan agar kita tidak terlena dengan uang. Jangan berharap uang itu kembali berkali-kali lipat ketika uang itu disedekahkan, hal itu justru menumbuhkan rasa ketamakan. Bersedekahlah hanya untuk kemanusiaan dan ketuhanan, masalah balasan biar Tuhan saja yang membalasnya, entah dengan balasan yang sama atau dengan yang lainnya. Tidak mesti dibalas dengan uang, bisa saja dengan kesehatan, kecerdasan, cinta, atau bahkan surga bisa saja sebagai gantinya. 

Berdoalah agar dijauhkan dari rasa tamak, iri, dengki, sombong dan semacamnya, bukan meminta harta yang banyak. Karen kaya hati akan mampu mengendalikan kekayaan yang banyak. Baik miskin maupun kaya Ia akan menjadi dirinya sendiri yang memiliki rasa kemanusiaan dan rasa ketuhanan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...