![]() |
(Pixabay.com) |
Sebuah perjalanan hidup tentu akan mengisahkan berbagai cerita yang beragam. Setiap manusia punya jalan cerita hidupnya masing-masing. Kita tidak tahun dengan siapa saja kita bertemu dan kapan pertemuan itu akan berakhir. Datang dan perginya manusia adalah hal yang biasa. Tidak harus disenangi atau ditangisi, karena semuanya berada diluar kuasa kita.
Ketika kita lahir teman pertama kita adalah kedua orang tua kita sendiri. Mereka mengajarkan kita berbagai hal dari mulai belajar bicara, makan, minum dan berjalan. Mereka yang telah mengenalkan kita terhadap dunia luar. Tahun demi tahun waktu pun terus berjalan. Ketika kita sudah pandai berjalan kita dikenalkan banyak telam sebaya oleh orang tua kita. Entah itu anak tetangga atau saudara. Kita mengenal satu sama lain dengan orang terdekat kita lalu kemudian bermain bersama.
Beranjak menuju sekolah dasar, pertemanan kita pun semakin luas. Setidaknya kita mengenal satu kelas kita, kebanyakan teman kita masih berada di daerah yang sama tidak jauh dari tempat kediaman kita. Selepas pulang kita sering bermain bersama, main petak umpet, berenang, belajar bersama, menonton film kesukaan, berpura-pura jadi pahlawan super atau berpura-pura berumah tangga. Kita bermain tidak melihat siapa kita, latar belakang kita, pendidikan, ataupun melihat fisik. Yang terpenting kita selalu bermain bersama, sama-sama senang, memainkan imajinasi kita.
Beranjak ke pendidikan selanjutnya, yakni SMP. pertemanan kita semakin lama semakin meluas. Yang awalnya hanya sebatas desa kini berbagai desa bahkan kecamatan. Latar belakang setiap orang tentu akan beragam di setiap orangnya.
Disini mungkin kita akan mengenal apa namanya cinta, walaupun bukan cinta sejati. Tidak memandang fisik yang terpenting suka sama suka. Ada yang mengungkapkan rasanya dan ada juga hanya memendam rasa. Berbeda dengan pertemanan di sekolah dasar dimana berteman dengan lawan jenis terasa biasa sana namun jika di sini mungkin kita akan merasakan hal yang berbeda jika berteman dengan lawan jenis. Namun yang namanya manusia, pada masa ini tentu perasaan itu hanyalah sebatas suka bekum ada cinta apalagi komitmen.
Pada masa ini kita mengenal berbagai macam pergaulan. Menjadi anak nakal adalah hal yang seru untuk dilakukan, serasa dunia ini bebas, menjadi nakal nyatanya memang keren. Di hukum guru, kabur dari sekolah, buat onar disekolah, itu mungkin adalah hal yang menyenangkan di sekolah apalagi jika ini dilakukan bersama teman satu orang kena semuanya kena.
Beranjak menuju SMA, mungkin ada yang mulai sadar, ada yang belum sadar bahkan bisa menjadi-jadi, bahwa apa yang kita perbuat semasa sekolah dulu adalah hal yang tidak baik. Setiap orang tentu punya kesadarannya masing-masing mau kapan Ia berubah. Di SMA mungkin pertemanan kita hampir mirip seperti yang di SMP, hanya saja pertemanan di SMA ini semakin serius dan semakin erat. Apalagi jika dulu satu SMP sekarang satu SMA juga, hal ini tentunya akan membuat pertemanan kita semakin erat. Namun itu sebetulnya tidak berlaku kepada semua orang, hanya orang yang punya keeratan aja yang bisa.
Bisa saya katakan pertemanan dimasa SMA ini adalah pertemanan yang sangat indah, kita berbagi rasa dan cerita. Saling berkunjung keberbagai rumah lalu menginap ditempatnya seakan-akan kita dianggap keluarganya sendiri. Selain itu, banyak hal dilakukan yang selalu bersama teman seperti, nonton, belajar, makan, bahkan nakal pun bersama sama. Semuanya dilakukan untuk keeratan bersama, tidak ada pertemanan sebaik pertemanan SMA.
Dititik penghujung akhir ujian. Kita mulai serius untuk belajar demi tujuan untuk menggapai cita-cita masing-masing. Mungkin ketika selepas SMA, kita tidak akan pernah bertemu kembali lagi. Namun dengan adanya ikatan teman, biarpun jarak berkilo-kilo pun akan mampu ditempuh. Di acara perpisahan Kita berjanji bahwa jika sukses jangan pernah lupakan pertemanan kita. Jika di antara kita yang tidak sukses maka harus saling bantu. Sedih memang pertemanan yang dibangun kini terpisahkan oleh jarak dan waktu. Ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi, ada yang bekerja dan pengangguran pun juga ada.
Menuju dunia perkuliahan, kita akan pergi menuju tempat yang baru. Jauh dari orang tua kemudian belajar untuk beradaptasi dilingkungan baru, mandiri dan dewasa. Pertemanan kita pun semakin luas bukan hanya satu kota bahkan berbeda provinsi pun juga ada. Pertemanan semakin menarik banyak suku, bahasa dan budaya hadir di sini. Namun tetap saja tujuan kita adalah kuliah, belajar untuk meraih cita-cita. Pertemanan semasa kuliah mungkin akan sangat berbeda dengan pertemanan semasa sekolah.
Selain dengan latar belakangnya yang berbeda-beda pemikiran pun juga semakin dewasa. Bukan hanya pertemanan dikelas, kita oun juga banyak mengenal teman kita di organisasi ekstra, intra, UKM atau komunitas lain. Semuanya memiliki karakter, kesukaan dan latar belakang yang berbeda. Belajar untuk memahami perbedaan adalah hal menyenangkan. Berdiskusi, belajar bersama, terjun lapangan, bahkan demo, adalah hal yang sering dilakukan bersama teman.
Bermain bersama teman sampai larut malam adalah hal yang biasa, pergaulan semakin bebas karena sudah lepas dari orang tua. Hidup di perantauan memang ada enaknya dan ada tidaknya. Enaknya bebas dan pergaulan kita bebas, tidak enaknya ketika uang bulanan habis. Jika uang habis teman adalah solusinya, itupun jika memang Ia benar-benar peduli.
Beranjak menuju semester tua, dimana semester ini adalah hal yang menyebalkan untuk semua mahasiswa. Kita dituntut untuk mengerjakan skripsi, waktu dan uang semuanya habis untuk mengerjakan tugas ini. Dulu kita yang sering bersama-sama, kini terpisahkan dengan adanya tugas skripsi. Seakan kita tidak saling mengenal lagi, karena masing-masing dari kita punya kesibukan sendiri-sendiri tidak ada lagi ruang diskusi dikelas, semuanya sudah punya prioritas. Satu persatu teman kita lulus, ada yang tepat waktu dan ada yang telat. Terlihat memang dari kita tidak akan bersama-sama kembali.
Beranjak menuju dunia kerja, ini adalah hal yang paling berat dalam hidup kita. Melamar ke sana kemari, banyak yang menolak teman yang diharapkan agar bisa cepat dapat kerja, kini merekapun sibuk juga. Teman nongkrong pas masa kuliah, kini mereka pergi entah kemana. Pakah ini yang dikatakan teman datang ketika senang, pergi ketika susah.
Setelah mendapatkan pekerjaan pun memang banyak yang tidak bisa diharapkan. Banyak hal yang memang tidak bisa dinikmati dalam dunia kerja, waktu yang sempit dan tugas yang menumpuk, begitu juga dengan teman kerja. Di dalam dunia kerja, teman adalah saingan. Merek berlomba-lomba demi mencari jabatan yang tinggi. Mereka bisa saja baik dengan kita, namun jika bicara jabatan mungkin sudah lain pembicaraan. Memang dalam dunia pekerjaan yang bisa diandalkan hanyalah diri kita. Rasanya memang ingin kembali ke masa lalu, berteman dan bersahabat tanpa melihat status dan jabatan.
Setelah beranjak menikah, sudah tidak ada lagi teman yang bisa diandalkan. Hanya pasangan lah yang bisa diandalkan, dia bisa sebagai pasangan, partner, teman bahkan orang tua. Rasanya satu teman saja udah cukup untuk melengkapi hidup kita. Karena memang teman terbaik itu bukan dilihat dari kuantitas akan tetapi dari kualitas. Pasangan adalah teman terbaik seumur hidup semasa hidup kita sampai tutup usia dialah yang selalu menemani kita. Maka dari itu memilih pasangan yang baik adalah hal yang perlu kita lakukan.
Kemudian beranjak punya anak. Anak menjadi teman kita disaat luang pekerjaan, bercengkrama dan bermain dengan mereka, serasa menjadi muda kembali. Waktu demi waktu pun telah berlalu mereka semakin dewasa dan kita pun semakin tua. Mereka sekolah, kuliah, lalu bekerja, dan pada akhirnya menikah juga, kemudian kita pun ditinggal. Hanya pasangan kita yang tersisa.
Seiring berjalannya waktu maut memisahkan kita entah siapa yang akan duluan pergi untuk meninggalkan. Teman sekolah kuliah atau kerja kini sudah tiada. Yang pada awalnya sering bersilahturahmi ke rumah-rumah kini berziarah ke ke pemakaman. Entah kapan masanya kita ditinggalkan atau meninggalkan. Semuanya sudah tercatat dalam buku takdir, tidak ada yang bisa menolak takdir. Manusia hanya bisa berpasrah menunggu ajalnya tiba. Saat di alam kubur teman kita bukan pasangan, anak, sahabat, saudara atau orang tua kita, akan tetapi amal perbuatan kita.
Apa yang dikatakan teman ternyata mereka hanyalah pelengkap dalam hidup kita. Mereka datang lalu pergi meninggalkan. Bukan berarti mereka tidak berarti bagi kita, tetapi justru dengan adanya mereka, hidup kita menjadi berwarna. Tanpa mereka mungkin kita tidak bisa seperti sekarang, menjadi orang yang kuat, hebat, dan sukses.
Wallahu A'lam Bishawab
Komentar
Posting Komentar