Langsung ke konten utama

Mengejar Cinta dan Cita-cita

(Pixabay.com)

Kaum muda mudi saat ini memang banyak yang dimabuk oleh cinta, saat ini mungkin banyak yang menyebutnya bucin (budak cinta). Siapapun yang merasakan bucin ini, Ia menganggap bahwa dirinya lah satu-satunya yang diharapkan dan diinginkan. Tiada yang indah dan menarik hati selain dirinya, seakan-akan dunia hanyalah dia. 

Cinta memang membuat banyak orang lupa akan dunia. Lupa sekolah, lupa pekerjaan, lupa keluarga bahkan lupa diri. Tak heran memang orang yang bucin rela melakukan apapun demi orang yang dipunjanya. Bahkan, dirinya sendiri rela mati demi pujaan hatinya. 

Namun, demikian. Apakah seperti itu yang dinamakan cinta, harus mengorbankan segala hal sampai-samapi dirinya sendiri pun harus dikorbankan. Cinta buta adalah cinta yang merusak diri pada akhirnya, yang mencinta menjadi budak dan yang patah hati putus asa bahkan bunuh diri. 

Daripada hanya sekedar memikirkan sebuah cinta, banyak hal sebetulnya yang semestinya kita lakukan, yakni meraih cita-cita. Antara cinta dan cita-cita, ini menjadi sebuah dilema yang luar biasa baik anak muda.

Jika cinta itu merusak, lebih baik pilih cita-cita saja. Ketika cita-cita dapat dikejar maka cinta pun juga mudah untuk dikejar. Menghancurkan cita-cita demi cinta hanyalah kebodohan yang luar biasa. Cinta adalah rasa sedangkan cita-cita adalah masa depan. Nasib kita bukan di tangan orang yang dicinta, akan tetapi ditangan kita masing-masing. 

Mengejar cita-cita boleh-boleh saja, akan tetapi jangan lupa akan cinta. Untuk apa cita-cita dikejar jika cinta tak dapat. Kekosongan dalam jiwa akan merasuki orang-orang yang punya cinta. Cita-cita menjadi tiada arti tanpa ada cinta yang hadir. 

Cinta bisa menjadi sebuah energi yang dasyat bagi yang mengejar cita-cita. Cinta menjadi tujuan yang mulia untuk meraih cita-cita. Namun jika cinta tak kunjung datang pun juga tak apa. Kejarlah dan fokuslah untuk meraih cita-cita. Mungkin suatu saat, cinta itu akan hadir ketika cita-cita itu telah didapatkan.

Lalu apakah harus memilih diantar keduanya. Jika pilih cinta maka harus merelakan cinta dan jika pilih cita-cita maka harus merelakan cinta. Memang kita tidak harus memilih di antara keduanya. Keduanya bisa saja didapat selama bisa saling mengerti dan mengontrol diri. 

Maka dari itu, pilihlah orang yang dicinta adalah orang yang mendukung cita-cita kita bukannya malah menghancurkan cita-cita. Pasangan menjadi penentu kita dimasa yang akan datang. Pasangan yang layak dicintai adalah Ia yang tidak menjadi beban apa lagi menjadi penghancur diri. 

Saling memahami, mengasihi, menyayangi, menghargai, mengerti dan menghormati adalah kunci dalam membentuk cinta yang sejati. Cinta yang sejati akan mampu mewujudkan cita-cita yang luhur.

Muda mudi di masa kini mesti tahu kapan untuk meraih cita-cita dan kapan untuk meraih cinta. Setiap orang tentu punya jalannya masing-masing dalam mendapatkan keduanya. Jangan sampai salah memilih prioritas, karena jika salah pilih bisa saja salah satunya hilang dan bahkan kedua-duanya pun juga bisa hilang. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...