Langsung ke konten utama

Jika Kita Iri Hati

(Istockphoto.com)

Iri hati, dengki atau hasad, adalah suatu emosi yang timbul ketika seseorang yang tidak memiliki suatu keunggulan baik prestasi, kekuasaan, atau lainnya menginginkan yang tidak dimilikinya itu, atau mengharapkan orang lain yang memilikinya agar kehilangannya. 

Iri hati akan selalu muncul kepada insan yang tak mau bersyukur atas kenikmatan tuhan. Iri hati adalah hal yang wajar, karena memang hasrat manusia ingin sesuatu yang lebih dari apa yang dimiliki. 

Cantik, kaya, pintar karir yang cemerlang adalah hal yang didambakan setiap orang. Namun apa jadinya jika yang memiliki itu semua adalah orang lain, tentu iri hati ini jika justru orang lainlah yang mendapatkannya. Menyalahkan tuhan karena tuhan tidak adil dalam memberi kenikmatannya. 

Namun apalah daya, ingin memeluk gunung namun tak sampai. Ketika kita tidak mampu melampaui kelebihan orang lain rupanya kita akan merasa kecewa pada diri sendiri. Merasa diri ini gagal, payah dan tidak berguna. 

Jika kit iri hati, maka kita akan kupa diri lupa dengan apa yang dimiliki karena selalu terfokus pada kelebihan orang lain. Ini adalah suatu kebodohan yang dilakukan oleh manusia, sibuk memikirkan orang lain tetapi dirinya dilupakan. 

Iri hati akan selalu fokus pada kekurangan diri, mengoreksi diri dan memahami diri dari sisi-sisi negatif, sampai-sampai menyalahkan tuhan atas kekurangan diri. Padahal bukanlah salah tuhan jika manusia diberi kekurangan. Namun dibalik kekurangan tentu ada kelebihan, tinggal kita saja bagaimana mengasah potensi tersebut. 

Seandainya nasib kita ditukar dengan orang lain, mungkin kita akan menjadi sadar, bahwa apa yang dimiliki oleh orang lain belum tentu kita menyukainya. Karena bisa saja apa yang dilihat ternyata dibalik itu semua penuh dengan penderitaan. 

Misalnya saja ada seorang wanita cantik, kaya populer dan punya segalanya. Namun bisa saja Ia sebetulnya sedang menderita, karena harta, fisik dan popularitasnya. Makannya tidak heran banyak yang memiliki fisik cantik, kaya dan populer akan tetapi mereka bunuh diri. Hal ini mungkin saja tekanan hidup yang dialami lebih berat, seakan-akan harta, fisik dan populer tak dapat membendungnya.

Sadarkah kita, bisa saja apa yang dilihat itu sebuah kenikmatan, bisa saja orang yang memiliki itu semua justru penderitaan. Mungkin saja Ia iri terhadap kita, biarpun jadi orang tak punya namun bisa tetap senyum bahagia. 

Jika kita iri hati, hanya akan menjadi sebuah bencana. Iri hati dapat menenggelamkan siapa saja yang tak pernah bersyukur, maka Ia akan masuk kedalam jurang kekufuran.

Iri hanyalah perbuatan yang sia-sia dan hanya membuang-buang waktu. Padahal banyak hal yang bisa kita lakukan, ada potensi lebih yang ada pada dalam diri kita, namun karena kita fokus kepada kelebihan orang lain dan fokus kepada kekurangan diri, maka potensi itu menjadi terkubur. Jangan hanya sekedar melamun dan menghayal, mengenai kelebihan yang dimiliki orang lain.

Lepaskan rasa iri dengan rasa syukur. Syukuri apa yang dimiliki, karena masih banyak orang yang tidak beruntung seperti kita. Apa yang baik menurut kita bisa saja buruk menurut tuhan dan apa yang buruk menurut kita bisa saja baik menurut kita. Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita.

Dari pada memikirkan kelebihan orang lain, lebih baik gali potensi diri kita sendiri. Dia tetap lah dia dan aku tetaplah aku. Dia punya kelebihan Aku pun juga punya, Dia punya kekurangan Aku pun juga punya. 

Tidak ada manusia yang sempurna di bumi ini. Semuanya sudah diberikan potensinya masing-masing tinggal kita bagaimana cara menggali potensi tersebut. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...