Langsung ke konten utama

Penyebab Sulitnya Melepaskan Kebiasaan Buruk

Pernahkan kamu mencoba untuk melepaskan kebiasaan buruk, seperti merokok, begadang, malas dan kebiasaan tidak baik lainnya. Kamu tahu bahwa jika apa yang dilakukan adalah sesuatu hal yang buruk, tetapi kit sudah mencobanya untuk lepas dari kebiasaan itu dan ternyata sulit untuk melepaskannya. 

(Pixabay.com)

Ada beberapa sebab mengapa kamu sulit untuk melepaskannya.

1. bingung dan tidak tahu caranya

Ketika kamu ingin lepas dari kebiasaan buruk, kamu sadar dan tahu bahwa kebiasaan buruk itu adalah salah. Namun karena tidak tahu bagaimana cara yang harus dilakukan, sehingga kamu menjadi bingung dan tetap dengan kebiasaan lamanya walau sebetulnya ingin melepasnya. Agar tidak bingung bagaimana cara untuk melepas dari kebiasaan buruk, saya akan bagi tips untuk melepas dari kebiasaan buruk. 

2. Suka menunda-nunda

Karena kamu tidak tahu cara untuk melepas kebiasaan buruk, sehingga kamu akan menunda-nunda niat kamu untuk melakukan kebiasaan baik, apalagi penundaan itu tidak ada alasan kuat dan tidak tahu kapan penundaan itu berhenti. Sering menunda-nunda tanpa alasan justru kita akan menyelesaikan masalah. Lebih baik coba dan lakukan walaupun sulit dan gagal pada akhirnya. Semakin menunda untuk berubah, maka akan semakin sulit untuk berubah. 

3. Sudah lama dilakukan

Semakin kamu lama dalam melakukannya maka semakin sulit kamu untuk melepaskannya. Kebiasaan yang sudah dilakukan berulang-ulang bahkan sudah lama. Maka itu akan ada di alam bawah sadar kami, secara tidak sadar kamu akan melakukan hal tersebut. Bahkan, jika kamu tidak melakukannya akan terasa aneh dalam hidupmu. 

Misalnya seperti kebiasaan kotor maka sekalinya melakukan kebersihan akan terasa aneh jadinya. Kebiasaan-kebiasaan ini memang akan mengontrol pikiran, bahwa apa yang dilakukan adalah hal yang benar. Ketika ada yang menasehati justru nasehat itu diabaikan. Sehingga sulit memang dalam melepaskan kebiasaan buruk tersebut. Apalagi kebiasaan itu sudah menjadi candu. 

4. Salah pergaulan

Memang saat ini memang masih banyak yang salah pergaulan. Entah itu karena orang tuanya tidak membimbingnya dengan baik atau dirinya sendirinya memiliki kepribadian yang liar, sehingga makin dilarang makin dilawan. Pada akhirnya melakukan kebiasaan buruk dengan bergaul dengan orang-orang yang buruk pula. 

Melepas diri dari pergaulan yang buruk tentu akan sulit untuk dihindari. Karena akan ada tantangan dan resiko tentunya jika ingin keluar dari kebiasaan tersebut. Namun memang ini sudah jalannya, jika tidak mau sampai kapan seperti itu terus. Lebih baik menyesal di awal daripada menyesal di akhir.

Pergaulan memang akan sangat berpengaruh terhadap kebiasaan kita, apalagi pergaulan itu sudah lama dan  dekat maka ini akan lebih sulit lagi dibandingkan dengan sebelumnya, karen pergaulan bisa saja mencegah kita untuk keluar dari lingkungan tersebut. Memang setiap melakukan kebiasaan baru tentu ada resiko dan tantangannya, seperti dijauhi, dianggap penghianat, dimusuhi dan semacamnya. Meskipun ancamannya besar, tetapi itu memang harus dilakukan demi kebaikan diri sendiri, kalau tidak justru akan terjadi hal yang lebih buruk lagi. 

5. Niat karena orang lain

Ini lah yang membuat kebiasaan baik kita menjadi gagal entah itu sudah melakukannya atau belum melakukannya. Jika sudah melakukan kebiasaan baik hanya saja niatnya salah, justru pada suatu saat kebiasaan itu tidak bisa bertahan lama. Misalnya niat berhenti merokok karena pacar, memang pada awalnya memotivasi untuk terhindar dari rokok hanya saja ketika putus justru kembali lagi kepada kebiasaan lama karena alasan putus. Seharusnya niat untuk berubah bukan karena orang lain, seharusnya karena niat untuk kebaikan diri sendiri. 

Untuk cara melepaskan diri dari kebiasaan buruk, saya akan tulis di artikel selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...