Langsung ke konten utama

Relevansi Skripsi Menjadi Taraf Kelulusan Mahasiswa

(Pixabay.com)

Skripsi merupakan tugas akhir sebagai mahasiswa. Skripsi ini bentuknya penelitian, baik itu penelitian kualitatif atau kuantitatif. Untuk tema skripsi sendiri tergantung wilayah kajian jurusannya masing masing. Skripsi memang menjadi hal yang menyebalkan bagi par mahasiswa, karena dengan tugas yang memusingkan dan ditambah pembimbing yang kurang mengenakan. Banyak dari kalangan mahasiswa menggunakan joki skripsi untuk menyelesaikan tugas akhirnya. 

Saat ini apakah skripsi masih dikatakan relevan dengan masa sekarang. Dimana skripsi-skripsi yang dibuat oleh mahasiswa dinilai hanya menjadi sampah di perpustakaan karena memang tidak berguna. Dengan isi yang terlihat ngasal dan penelitian yang tidak inovatif. 

Namun mereka sepertinya tidak peduli, apakah skripsinya bagus atau tidak, yang terpenting mereka lulus untuk terlepas dari beban kuliah. Jika memang tujuan kuliah hanya untuk melepas beban kuliah, lantas untuk apa kuliah jika kuliah itu beban. Bukankah kuliah bertujuan agar bisa mengubah pola pikir, memiliki kemampuan skill dan menambah wawasan diri. 

Jika pada akhirnya kuliah adalah beban lalu apa makna perjuangan selama empat tahun itu, apakah itu hanyalah angin lalu. Saat ini kuliah hanyalah sekedar formalitas, berharap gelar walaupun otak tak ada. 

Apalagi dengan tugas skripsi, dalam menjalankan tugas skripsi semestinya mahasiswa jangan menjadikan beban untuknya. Jadikan skripsi sebagai hasil akhir kita atau persembahan kita terhadap kampus. Mahasiswa semestinya bis menciptakan suatu karya yang baik dan bermanfaat bagi orang banyak, bukan hany untuk memenuhi rak buku saja.

Saya rasa tugas skripsi saat ini kurang relevan jika dijalankan terus, karena skripsi hanya dijadikan tugas formalitas bukan sebagai ajang keseriusan mahasiswa sebagai peneliti. Tujuan dari adanya skripsi memang bagus, yakni menugaskan mahasiswa untuk penelitian. Meneliti apapun yang terjadi pada saat ini. Memang kurangnya skripsi yakni Ia hanya sekedar meneliti atau hanya sekedar mengetahui tentang fenomena yang sedang ada. Sebetulnya Ia tidak memiliki kontribusi lebih dalam dunia ilmu pengetahuan apalagi membawa kemaslahatan bagi masyarakat. 

Kita butuh sesuatu bukan hanya temuan lapang, akan tetapi juga ada kontribusi lebih ketika apa yang diteliti. Padahal dalam skripsi selalu dicantumkan solusi, namun jarang sekali mahasiswa yang merealisasikan solusi tersebut. Apakah itu hanya logika asal saja tanpa diuji secara berkala. 

Memang ini adalah hal yang berat untuk dilakukan, dimana selain mahasiswa tahu, mahasiswa juga harus bisa turut untuk berkontribusi terhadap apa yang teliti. misalnya seperti meneliti tentang permasalahan pupuk yang semakin mahal, dimana sebagai mahasiswa semestinya meneliti kira-kira pupuk apa yang sekiranya bisa dibuat dan lebih murah. Ketika sudah ditemukan, solusi itu semestinya bisa diterapkan kepada para petani. Mereka mesti tahu tentang apa yang kita lakukan, bukan hanya sekedar tahu lalu pergi begitu saja. 

Universitas memang harus lebih menekan mahasiswanya agar jangan hanya diam dikelas saja tetapi juga bisa terjun ke masyarakat. Terjun di masyarakat tentunya tidak hanya dilakukan pada saat KKN saja tetapi juga bisa dilakukan di semester awal. Agar ketika semester akhir mereka sudah matang dan tahu apa yang mereka harus lakukan.

Belajar meneliti tentang keadaan dan kondisi masyarakat, lalu merumuskan segala permasalahan yang ada sekiranya memang bisa untuk dikerjakan, membimbing masyarakat untuk mendorongnya lebih maju dan sejahtera. Model-model pembelajaran seperti inilah yang semestinya dapat diterapkan di dunia perkuliahan.

Mereka yang menyandang sebagai mahasiswa tentu mereka memiliki tanggung jawab sosial, apalagi jika mereka sudah lulus. Seorang mahasiswa semestinya ketika bekerja bukan sekedar mencari kerja, akan tetapi mereka seharusnya bisa berkontribusi kepada masyarakat lalu mendampingi mereka yang sedang membutuhkan, karena pada realitasnya memang masyarakat kecil membutuhkan kaum intelektual yang cerdas dan berhati mulia. 

Jika sistem kampus seperti ini masih relevankah untuk sekarang, hanya sekedar mengerjakan tugas yang serba formalitas. Lebih baik bubarkan saja kampus atau lebih baik ada sedikit mahasiswa yang sungguh-sungguh untuk berkontribusi bagi masyarakat. Kita butuh mahasiswa yang berkualitas dengan sistem belajar yang berkualitas juga bukan hanya sekedar bergaya di saat kelulusan saja. Tidak ada gunanya sama sekali dan kampus juga hanya sekedar untuk ajang mengambil dana bantuan saja. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...