Manusia saat ini memang serba sibuk padahal sudah diberi kemudahan untuk efisiensi waktu. Semakin hari memang aktifitas manusia disibukan sedangan sesuatu yang tidak berguna, dengan alasan tidak memiliki kegiatan yang lain. Padahal ini adalah alasan orang malas saja yang tidak mau produktif. Orang malas memang adalah orang yang sibuk, entah apapun kesibukan yang Ia lakukan yang pasti waktunya dihabiskan dengan sesuatu yang kurang bermanfaat. Berbeda dengan orang yang produktif, Ia akan selalu memanfaatkan waktunya dengan baik, bermanfaat dan efisien.
Adalah hal yang aneh di masa sekarang ini yang mana diberi segala kemudahan mengapa masih banyak orang yang mengeluh. Dengan alasan disakitin pacar, body shamming, dan apapun itu memang saat ini dunia dipenuhi oleh manusia-manusia yang lebay atau terlalu berlebihan dalam menanggapi persoalan. Apapun ceritanya baik sedih maupun riang semaunya harus dibuat konten.
Memang ketika dunia sudah mulai jaya dimana segala fasilitas itu sudah terpenuhi maka manusia sebenarnya manusia akan menjadi kacau. Memang tabiatnya manusia adalah membuat kekacauan di muka bumi meski tidak ada masalah maka manusia kan menciptakan masalah itu sendiri.
![]() |
(Pixabay.com) |
Dunia yang serba individualis dimana manusia hanya mementingkan dirinya sendiri dengan dalih mencintai dirinya sendiri. Namun, pada akhirnya justru malah menjadi anti sosial dan egois. Penyembuhan psikis yang salah kaprah hanya bermodalkan pengetahuan di media sosial tentu ini adalah hal yang kurang tepat untuk dilakukan.
Konten-konten pembodohan yang tidak relevan untuk hidup saat ini nyatanya sering dikonsumsi oleh khalayak ramai. Seakan konten tersebut sesuai konteks yang dialami oleh para pembaca padahal tentu saja tidak demikian. Orang-orang yang hanya mengkonsumsi media sosial saja tentu hanya akan membuat pikiran takhayul. Merasa bahwa pernyataan media.m sosial serta komentarnya merupakan sebuah kebenaran yang hakiki.
Memang tidak bisa sepenuhnya menyalahkan media sosial. Karena tujuan media sosial tentunya pada awalnya adalah positif agar semua orang di manapun kapan pun dapat berinteraksi, namun media sosial menjadi buruk karena ada banyak manusia-manusia bodoh yang hadir di dalamnya.
Mereka selalu menceritakan kisah penderitaannya yang tak seberapa sebenarnya. Hanya karena tidak memiliki kuota sedih, hanya karena tidak main game sedih, hanya karena tidak memiliki uang untuk pacaran langsung sedih, hanya karena Idolnya dihina terus sedih. Manusia-manusia macam apa yang menganggap hal tersebut berarti. Pikiran media sosial yang seakan nyata padahal ilusi diwujudkan dalam pikirannya seakan menjadi nyata. Pertengkaran bodoh antara kelompok A dan kelompok B yang sebetulnya tidak penting juga untuk dibahas.
Manusia-manusia saat ini memang mentalnya begitu lemah dan rapuh. Jika dibentak sedikit saja langsung down mentalnya. Menyalahkan kepada dunia yang telah mengecewakan dirinya. Memang pada mulanya dunia sudah membuat banyak manusia tetapi tetap saja banyak yang terlena pada akhirnya.
Penderitaan yang sejatinya memang bisa dari faktor luar dan itu memang sulit dihindari. Maka dari itu harus mempersiapkan mental terlebih dahulu sebelum menghadapi sesuatu yang tak terduga. Dari dalam diri inilah yang semestinya bisa kita kontrol. namun sayangnya banyak yang hancur karena dirinya sendiri bukan karena orang lain. Manusia berekspetasi dengan tinggi namun dia yang pada akhirnya hancur menelan kekecewannya sendiri.
Memang tidak semua orang seperti itu, hanya sebagian orang saja yang bermental lemah, dimana Ia hanya sibuk dengan penderitaannya sendiri. Entah memang benar-benar menderita atau memang kurang perhatian dari orang lain itulah kondisi saat yang mana hidup penuh individualis tentunya harus membutuhkan orang lain pada akhirnya.
Sebanyak apapun nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan, tetap saja manusia merasa paling menderita, merasa paling kurang diantara manusia yang lainnya. Ketergantungan manusia akan sesuatu membuat manusia ketika kehilangan hal tersebut maka akan merubah kondisi hidupnya. Ketika orang sering menggunakan gadget maka ketika kehilangan Ia akan merasa menderita. Berbeda dengan orang yang jarang menggunakan gadget, maka Ia akan meras biasa saja ketika kehilangan.
Ketergantungan ini memang menjadi sebuah inti dari penderitaan manusia. Ketika manusia itu ketergantungan kepada sesuatu, maka ia akan semakin menderita. Ketergantungan
Komentar
Posting Komentar