Langsung ke konten utama

Di Luar Batas Logika

Bicara tentang logika, apakah itu merupakan sesuatu yang valid dalam memahami dunia? Rasanya terlalu sempit sekali jika memahami sesuatu itu dari sisi logika. Tentu pada realitasnya manusia itu selalu berperilaku di luar logika. Entah apa yang salah, apakah logikanya yang harus dirubah atau perilakunya yang harus sesuai logika. Pada dasarnya dunia ini harus dipandang dari berbagai persepektif dan satu titik pun tak akan pernah habis dibahas oleh sebuah akal. 

Diluar logika, manusia memang dapat menafsirkan sesuatu sesuai apa yang dipahaminya. Setiap orang memiliki cara pandanganya masing-masing dalam memahami sesuatu. Logika tentunya tidak akan mampu memahami keberagaman sebuah pemikiran manusia. Yang pastinya logika itu hanya berbicara tentang satu kebiasaan sedangkan kebiasaan manusia lain itu berbeda-beda jadi manusia satu dengan yang lainnya itu memiliki logika yang berbeda pula. 

(Pixabay.com)

Bicara logika tentu kaitannya adalah sesuatu yang dianggap masuk akal. Ikan yang bisa berenang di air adalah sesuatu yang wajar, sedangkan Ikan jika bisa terbang di udara mungkin dianggap kurang masuk akal. Logika itu adalah nalar sebuah kewajaran jadi sesuatu yang dianggap berulang dan sama hasilnya serta banyak di lakukan banyak orang maka itu dianggap masuk akal. 

Sebuah keagungan Tuhan itu mengapa tuhan tidak terlihat dan bagaimana gambaran Tuhan tentunya bukan berarti Tuhan tidak ada namun itulah keesaan Tuhan. Jika Tuhan bisa dinalar oleh logika manusia maka Tuhan tidak hebat lagi. Sebuah kehebatan itu pasti adalah sesuatu yang di luar logika dan kebiasaan umum bukan yang di lakukan oleh banyak orang. Maka dari itu, jadilah manusia yang berbeda dan unik bukan mengikuti kebiasaan banyak orang karena kebiasaan yang dilakukan orang lain itu tidaklah hebat.

Jika seorang filsuf pikirannya masih terbatas pada logika, maka Ia belum dikatakan hebat sebab logika hanyalah sebuah dasar dalam berpikir. Seorang filsuf harusnya setingkat lebih tinggi lagi keilmuan dan pemikirannya. Ia seharusnya bisa menembus cakrawala nalar berpikir umum.

Menjadi manusia yang di luar batas nalar pikir merupakan sesuatu yang perlu dilakukan. Tanpa pikiran yang diluar nalar maka peradaban manusia tidak akan pernah maju berkembang. Kita perlu tahu bahwa suatu peradaban itu bisa maju dan berkembang karena hadirnya tokoh-tokoh yang memberikan gagasan yang baru dan yang pastinya adalah sesuatu yang jarang terpikirkan oleh manusia yang lainnya. 

Baik masyarakat saat ini maupun masyarakat dulu mempercayai sesuatu yang diluar nalar, entah itu karena ia kurang berilmu maupun tidak. Sesuatu yang melampaui batas nalar ini akan menjadi sebuah cerita dongeng dan kepercayaan bagi masyarakat dulu. Sedangkan bagi masyarakat modern ini sebuah kreatifitas yang mana sesuatu yang tak masuk akal tersenut bisa diwujudkan ke dunia nyata. 

Memang berpikir logis adalah sesuatu hal yang penting agar kita memiliki kontrol dalam pikiran. Namun itu saja tidaklah cukup jika ingin berkembang lebih maju lagi. Pikiran jangan sampai terbatasi oleh batasan logika, moral, sosial maupun batas lainnya. Karena ketika manusia diberikan batasan maka Ia akan melanggarnya. Semakin dilanggar maka akan semakin berontak. Kita tahu bahwa aturan saat ini tidaklah sesuai dengan apa yang dicita-citakan karena tabiat manusia memang seperti itu Ia yang menciptakan aturan dan Ia sendirilah yang melanggarnya. Hal ini memang naluriahnya manusia yang tidak ingin dibatasi oleh nalar umum. 

Memang sulit membendung pikiran manusia ini, kita tidak bisa melihat manusia hanya dari sisi sosial atau keumumannya saja. Sekelompok manusia merupakan sekumpulan individu-individu yang mana tidak bisa diseragamkan semuanya. Tidak mungkin semua manusia ketika dibatasi oleh aturan lantas mengikuti aturan tersebut, pasti ada yang melanggar, ada yang taat dan ada yang sembunyi-sembuyi dalam melanggarnya, bahkan ada yang memanipulasi. 

Pikiran manusia ini memang bukanlah gejala yang umum, meski kita sama-sama manusia yang memiliki pikiran tentu saja isi pikiran kita tidak sama. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...