Langsung ke konten utama

Perpaduan Rasional dan Irasional

 sesuatu yang logis atau yang rasional sebetulnya apa yang dimaksudkan mengenai masuk akan ini. sebenarnya tidak ada yang objektif di dunia ini termasuk sesuatu yang masuk akal. manusiavsebetulnya lebih banyak menggunakan akal irasionalnya ketimbang rasionalnya.
Coba saja jika kehidupan sehari-hari kita pasti lebih banyak yang tidak rasionalnya, terlalu banyak asumsi dan sesuatu yang kurang masuk akal. Memang sesuatu hal yang berbau Irasional itu lebih banyak diterima oleh masyarakat meski terbilang aneh bahkan tidak ada hubungannya dengan kehidupan, karena sesuatu yang irasional itu memang menyenangkan, tidak harus berpikir rumit serta bebas dalam mengekspresikannya.
Sesuatu yang dikatakan rasional memang terbilang kaku dan monoton meski manusia menerima sebuah kemasukakalan namun tidak serta-merta manusia menerima sebuah logika. Manusia lebih mempercayai irasionalitasnya ketimbang rasionalitasnya, karena menganggap bahwa sesuatu yang irasional itu lebih mudah diterima oleh akalnya.
(Pixabay.com)

Sekarang kita hidup di era yang mena kebenaran itu tidaklah harus sesuatu yang empiris maupun rasionalis bahkan sesuatu khayalan atau imajinatif lebih bisa menjadi sesuatu yang benar. Para wibu mungkin lebih percaya dengan dunia lain ketimbang dunia yang saat ini. Atau seorang KPopers yang lebih percaya bahwa orang artis-artis Korea menjadi suatu pasangan yang ideal, atau seorang yang pecinta film hollywood ataupun bollywood. Semuanya dianggap benar dan memiliki kebenaran yang berbeda-beda meski sebetulnya apa rasionalitasnya menyukai hal-hal tersebut.
Dari dulu sampai sekarang manusia lebih mempercayai kebenaran rasional ketimbang yang rasional. Meski kita hidup berada di era canggih namun tidak menutup kemungkinan manusia menciptakan sebuah teknologi yang sebetulnya irasional dan entah apa gunanya barang tersebut diciptakan, sebut saja seperti musik, fashion, gaya hidup dan semacamnya yang mana semakin kesini semakin aneh dan sulit dipahami.
Kita harus kembali bahwa kebenaran itu subjektif dan setiap individu memiliki kebenaran yang objektif. Kita tidak bisa memaksakan kebenaran kita kepada orang lain meski kebenaran kita lebih rasional ketimbang kebenaran yang dianutnya. Kebenaran saat ini tidak bisa menjadi sesuatu yang otoritas baik itu pemerintah, organisasi ataupun lembaga.
Kebenaran-kebenaran yang dianut oleh tiap-tiap individu entah bagaimana ini bisa menjadi sebuah permasalahan dimana ketika antara satu dengan yang lainnya itu tidak bersinergis. Ada yang fanatis yang memaksakan pemahamannya dan ada yang pluralis dimana semuanya dianggap benar. Tentu mengenai konsep mana yang benar dan mana yang salah itu haruslah berada pada porsi yang pas. Mau bagaimanapun apapun yang dilakukan jika berlebihan tentu itu adalah sesuatu yang tidak baik.
Ataupun semisal menjadi manusia individu yang mana ketika manusia hanya percaya pada pemahaman-pemahamannya pribadi maka ini menjadi sesuatu yang menjebak. Manusia terdiferensiasi oleh kebenarannya sendiri sehingga selalu memisahkan diri dengan sosial. Setiap individu memang memiliki kebenarannya sendiri namun bukan berarti menjadi abai terhadap sekitarnya.
Baik itu kebenaran secara individu, kelompok bahkan kebenaran yang mutlak pun harus ada pada diri setiap orang. Kebenaran itu sifatnya hirarkis dari mulai yang paling atas hingga ke individu manusia yang mana semestinya itu tidak saling bertabrakan dan yang atas itu kebenaran yang longgar sedangkan kebenaran individu tentu kebenaran yang merinci, jadi kebenaran itu seperti sebuah segitiga terbalik.
Baik sesuatu yang rasional tentu harus berada pada urutan atas pada struktur kebenaran sedangkan yang irasional berada pada urutan yang bawah. Jangan sampai kebenaran irasional ini menabrak kebenaran rasional dan yang rasional pun tidak mengekang kebenaran irasional. Keduanya itu dibutuhkan dan diperlukan tidak mesti dibuang salah satunya, manusia itu memiliki dua sisi yang unik pada pikirannya. Baik yang rasional maupun yang irasional itu sama-sama membangun dan membentuk pikiran pribadi sehingga menciptakan sebuah sintesionalitas dimana perpaduan antara pemikiran irasional dengan rasional.
x

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...