Saat ini kita sudah masuk era yang mana masyarakat senang melakukan sesuatu yang sedang populer. Dorongan terhadap kepopuleran itu semakin meningkat dan banyak disukai oleh anak muda, namun sebenarnya orang yang generasi 40 tahunan pun juga terpengaruh.
Secara umum, awal masuknya zaman spirit of popularity itu mulai ketika setelah sera perang dunia yang mana manusia mulai fokus pada ekonomi, pangan serta sumber daya manusia. tentunya di tunjang dengan teknologi yang semakin masif di mana-mana.
Masuknya spirit of popularity ini awal masuk ketika era tahun 70-an dimana masuk ketika era industri ke 3. Dimana pada pada masa tersebut dicirikan dengan semakin masifnya teknologi informasi, seperti televisi serta radio mulai tersebar di mana-mana sehingga membuat informasi semakin meluas. Seiring dengan teknologi yang semakin meluas, tidak hanya menyajikan sesuatu yang informatif seperti berita namun juga industri hiburan juga mulai masuk.
![]() |
(Pixabay.com) |
Budaya musik modern tentu masuk di belahan bumi barat lalu kemudian menyebar hingga sampai ke dunia timur. Pada daerah timur maka terjadi asimilasi budaya yang mana ini menjadi sebuah nuansa baru dalam dunia hiburan serta menjadi sesuatu yang populer di masing-masing negara. Setiap negara kemudian berlomba-lomba untuk menciptakan hiburannya yang khas seperti jepang, jamaika, india, china korea dan lainnya dimana itu merupakan budaya modern yang populer dan berpengaruh di belahan bumi lain.
Hiburan tentu tidak hanya dipandang sebagai kesenangan saja akan tetapi ini menjadi bisnis baru. Sehingga ada dua dorongan spirit zaman pada masa kini yakni spirit of money dan spirit of popularity keduanya tentu saling mendukung dan saling menguatkan. Industri yang kita kenal saat ini tentu pasti dibelakangnya ada sebuah bisnis dimana memang pada masa itu industri masih dikuasai oleh para korporat sehingga bisa dikatakan jika tidak menjual dan kurang berbakat. Masih minimnya orang yang populer pada masa tersebut sehingga orang hanya mengenal beberapa artis saja sehingga hegemoni masih terbilang cukup kuat.
Bergeser pada tahun 2000-an masyarakat sudah mengenal media sosial. Dimana teknologi informasi tidak hanya sebatas TV maupun radio tetapi juga media sosial yang mana ini tentu peran dalam penyebaran informasi tidak hanya dikuasai oleh para korporat akan tetapi setiap individu bisa menyebarkan informasi dan bisa menjadi populer. Sudah kita kenal dimana banyak arti-artis dadakan yang terkenal karena kepopulerannya di media sosial. Namun pada masa ini karena informasi bisa dilakukan oleh banyak orang sehingga banyak terjadi hoax secara besar-besaran karena hanya demi sebuah kepopuleran.
Hingga masuk ke era sekarang yang mana popularitas yang awalnya menguntungkan para pemilik radio atau TV akan tetapi keuntungan dari sebuah popularitas itu bisa dilakukan oleh masyarakat secara individu. Dan ini pun menjadi sebuah kesempatan emas bagi para korporat untuk memanfaatkan kepopuleran mereka sehingga tak jarang selalu saja ada sensasi yang tidak jelas di kalangan orang populer tersebut hanya demi kepopuleran.
Spirit of popularity ini tidak hanya merebak pada kalangan artis-arti yang sering muncul di TV saja akan tetapi hampir setiap individu mereka sudah menjadi masyarakat yang mencirikan spirit of popularity. Secara umum, banyak orang yang lebih mengutamakan penampilannya agar banyak disukai oleh banyak orang, rela melakukan apapun demi mendapatkan simpatisan orang bahkan sampai membuat sebuah drama atau kehebohan lainnya meski Ia dipandang jelek oleh masyarakat.
Tidak hanya individu manusia saja akan tetapi kelompok organisasi lembaga dan semacamnya orientasi spiritnya sudah mulai beralih dari spirit of social menjadi spirit of popularity. Baik individu maupun kelompok sekarang lebih memfokuskan pada sebuah kepopuleran bukan kualitas dari dirinya. Dan ini sebetulnya pada akhirnya kita masuk di era dunia yang semu, dimana antara yang valid dengan yang bohong atau antara yang realitas dengan yang maya ini sulit untuk membedakannya. Masyarakat kini berada di era kebingungan antara harus percaya atau tidak. Terkadang jika melihat komentar orang itu tidak jelas argumentasinya hanya sebuah asumsi belaka saja dan ini memang terjadi karena masyarakat pada masa kini banyak mengkonsumsi ketidakjelasan informasi sehingga apa yang Ia pikirkan dan ungkapkan sesungguhnya penuh dengan ketidakjelasan. manusia berusaha menjadi baik karena didorong oleh kepopuleran sehingga rela melakukan kebohongan publik
Komentar
Posting Komentar