Seorang motivator yang sombong mengatakan bahwa kita harus mandiri, dan car mandiri tentulah harus jadi kaya dan tentunya harus dengan berusaha. Namun hanya memotivasi bukan memberikan solusi, para pendengarnya pun bersorak ria. Entah kebodohan macam apa ini yang percaya dengan tahayul seperti itu.
Motivator yang sok baik tidak pernah memberikan cara bagaimana menjadi kaya hanya membuat tertarik saja orang menjadi kaya. Ini memang seperti seorang pesulap yang memainkan triknya di depan banyak orang namun Ia tak sudi membongkar caranya. Karena Ia pasti tahu bahwa jika dibongkar maka Ia akan rugi.
Dibalik kesuksesannya memang Ia tidak mencuri apalagi memanipulasi. Yang Ia katakan hasil jerih payahnya bisa saja benar bisa saja tidak. Karena biarpun Ia berusaha sekaya mungkin tidak menutup kemungkinan bahwa orang-orang kaya ini telah memanfaatkan orang lain. Tentunya dengan cara yang legal namun tidak manusiawi sebenarnya.
![]() |
(Pixabay.com) |
Di zaman sekarang mana ada orang sedekah bisa langsung kaya. Pak haji yang katanya seorang yang dermawan, tentunya Ia memiliki par buruh di kebunnya. Apakah Ia bisa dikatakan baik karena Ia adalah manusia yang dermawan karena telah menyedekahkan hartanya namun di sisi lain Ia pun juga memberi upah rendah pada buruhnya. Bukankah ini artinya para buruh yang telah bersedekah tenaga dan waktu pada si kaya.
Memang di dunia ini tidak sepenuhnya si baik dan sepenuhnya si kaya karen pasti setiap manusia memiliki sisi keduanya. Keburukan-keburukan yang telah Ia lakukan apakah Ia sadari atau justru Ia pura-pura tak tahun, hanya Tuhanlah mengetahui tabiatnya manusia.
Rasanya memang percuma jika sedekah sebesar apapun jika sang buruh diberi upah rendah. Naik haji bulak balik apakah Ia menjadi baik atau justru semakin mengenksploitasi. Tentu saja harapannya pasti ingin semakin kaya, yang tentunya buka lewat pesugihan akan tetapi lewat pemerasan.
Sang miskin malah malas dalam beribadah karena percuma jika miskin terus. Ibadah tidak akan membuat kaya dan sejahtera. Rupanya keduanya memang berada di jalan yang salah, yang satu serakah dan yang satu putus asa.
Agama padahal telah memberikan solusi, namun banyak yang salah menafsirinya. Pak haji wak tahu cara bermuamalah yang baik sesuai syariat hanya tahu tentang ilmu ibadah saja apakah ibadahnya akan diterima. Bukankah ibadah itu tidak hanya sekedar shalat, zakat, puasa dan haji. Bukankah ada yang lebih baik yakni mensejahterakan masyarakat sekitar. Memang tabiatnya manusia sebagai manusia serakah rupanya sulit untuk dihilangkan.
Dari tempat manapun kalau ingin kaya tentu saja mengeksploitasi kalau tidak jadi dukut lantas membodohi si kaya. Itulah solusi yang masuk akal agar menjadi kaya. Apakah ada definisi kaya yang sesungguhnya kaya namun tak memberi penderitaan orang lain.
Tentu saja ada, bukankah lebih baik jika setiap orang berada duduk di atas puncak daripada hanya sendirian menginjakkan kakinya di atas kepala orang lain. Bukankah pijakan yang bawah itu lemah dan pada akhirnya runtuh juga. Sang buruh meminta pekerjaan kepada si kaya dan si kaya tentunya membutuhkan mereka untuk memperkaya dirinya. Memang seperti itulah sistem ekonomi sekarang dari dulu sampai sekarang.
Para investor tak tahu uangnya dikemanakan, yang terpenting sahamnya terus meningkat. Entah apapun usahanya itu dan bagaimana cara perusahaan mendapat keuntungan yang pasti Ia harus mendapatkan keuntungan yang paling banyak. Pemerintah tidak hanya menjadi penguasa namun juga menjadi pengusaha.
Pada akhirnya struktur sosial bukanlah bagaimana sistem itu bisa berjalan secara sistematis baik dan benar seperti sistem tubuh misalnya. Namun ini seperti sistem liar seperti rantai makanan, antara pemangsa dan yang dimangsa, tentunya tidak ada yang mau mengalah. Bahkan rantai sosial manusia ini lebih parah, karena struktur sosial yang paling bawah akan selalu menjadi manusia yang rentan untuk di eksploitasi. Kebebasan di dunia tentunya tidak ada di dunia ini selama si kaya masih ingin tetap menjadi kaya.
Komentar
Posting Komentar