Saat ini kita hidup di masa kebebasan, dimana kebebasan tanpa perang meskipun masih ada di beberapa wilayah, bebas dalam melakukan sesuatu meski tidak sepenuhnya. Jika dibandingkan antara tahun 50-an dengan masa kini mungkin masa kini jauh lebih bebas ketimbang masa sebelumnya. Kebebasan ini ditandai dengan dimudahkannya akses teknologi serta banyak pilihan yang variatif dalam hidup.
Di balik kehidupan yang bebas dan semakin bebas sehingga ini sebetulnya menjadi sebuah implikasi dan mengenai kebebasan ini sebetulnya menimbulkan permasalahan yang semakin lama justru semakin kompleks. Di satu sisi ada beberapa individu yang semakin lama menjadi sebuah raksasa dan di satu sisi banyak yang terserap dirinya menjadi kecil dan semakin kecil.
Kebebasan ini bukanlah hidup yang benar-benar bebas akan tetapi ini adalah sebuah pertarungan yang mana setiap orang boleh melakukan bebagai cara demi sebuah keuntungan dan kemenangan. Yang sadar bahwa dirinya lemah dan ingin kenikmatan, tentu akan mendekat pada yang kuat sedangkan yang bertahan ia semakin terpinggirkan dan semakin lemah.
![]() |
(Pixabay.com) |
Apakah kebebasan saat ini adalah sebuah kebahagiaan atau kesengsaraan? Tentunya bagi yang kuat ia adalah sebuah kebahagiaan sedangkan bagi yang lemah ini adalah sebuah kesengsaraan. Moralitas yang terpinggirkan membuat manusia semakin bebas dan semakin tidak peduli.
Hidup manusia kini seperti padang savana yang bebas. Siapa yang bisa lolos dari kejaran mangsa maka Ia memiliki usia relatif panjang sedangkan bagi si pemangsa Ia akan mati kelaparan. Namun jika dibalik, maka si pemangsa yang hidup sedangkan si mangsa akan mati pada saat itu juga. Dunia yang bebas saat ini memang seperti ini, pertarungan bebas antara si pemangsa dan yang dimangsa.
Namun, pada prinsip di kehidupan manusia apakah layak dibagi antara si mangsa dan si pemangsa. Bukankah ini menjadi sebuah kanibalisme dimana manusia menghancurkan manusia lainnya, tentunya dengan cara yang elegan dan dianggap legal, caranya tidak seperti binatang pemangsa.
Seperti inilah kebebasan tanpa moralitas dimana manusia yang semakin berkuasa dan semakin kuat maka ia akan semakin bebas. Kondisi yang tidak pernah henti-henti untuk dilakukan semakin alam justru semakin mengganas.
Apakah hukum dunia itu seperti itu dimana memang tidak ada yang namanya keadilan yang ada adalah sebuah pertarungan. Kebebasan saat ini dimaknai sebuah kebebasan dalam mengambil keuntungan seakan-akan tidak ada ada batara ataupun aturan yang mengaturnya. Memang hukum manusia bisa dilanggar akan tetapi apakah manusia bisa melanggar hukum alam.
Manusia yang sombong akan kebebasannya sehingga menjadi manusia yang serakah. Rupanya akan membuat dunia murka, namun sayang kemurkaan alam ini tentunya tidak pandang bulu. Prinsip kebebasan dibalas dengan kebebasan. Alam tidak mengenal sebuah moralitas dimana tentunya Ia pun akan memberlakukan manusia manapun baik yang merusak ataupun yang tidak tentu akan terkena imbasnya. Mengapa ini bisa terjadi, karena keduanya juga sama-sama salah yang satu menjadi manusia yang jahat sedangkan yang satu membiarkan kejahatan.
Jika yang sadar diam saja maka si diam sebenarnya juga dikatakan jahat akan tetapi bagi yang melawan rupanya Ia akan ditindas juga. Memang pada akhirnya menjadi serba salah, tinggal menunggu kehendak Tuhan. Tuhan akan mengadili berdasarkan kehendaknya dan prinsipnya bukan keadilan yang digagas oleh manusia. Entah di masa yang akan datang kuasa apa yang akan dilakukan oleh Tuhan. Namun jika engkau berkehendak berikanlah kekuatan bagi yang sadar lalu bergerak karena merek sesungguhnya sedang berjihad melawan kejahatan.
Komentar
Posting Komentar