Langsung ke konten utama

Liburan Tidak Meningkatkan Kualitas Hidup

Istilah healing mungkin sudah sering didengar di telinga kita, entah di masa yang akan datang apakah healing ini masih populer untuk digunakan. Pada intinya healing dimaknai penyembuhan diri, entah siapa yang pertama mempopulerkan ini.

Healing itu mungkin salah satu caranya dengan liburan, merenggangkan pikiran dari segal aktivitas kegiatan. Memang pusing rasanya jika tiap hari harus bekerja, jika tidak diselingi refreshing mungkin otak kita akan menjadi stress bahakan bisa-bisa jadi gila. 

Tidak ada salahnya memang healing dengan cara berlibur, seperi jalan-jalan atau makan-makan. Namun itu juga bukan satu-satunya cara untuk penyembuhan diri, dan di sisi lain berlibur sebenarnya tidak membuat hidup jauh lebih baik. Karena urusan duniawi jika penyembuhannya dengan cara duniawi rasionya tentu saja nol. Dalam artian sebenarnya tidak memberikan manfaat sama sekali hanya untuk merehatkan diri sejenak saja. 

Namu, bukankah senang itu adalah sesuatu yang bermanfaat? Memang liburan itu manfaatnya membuat hati senang, akan tetapi masalah tetap saja ada. Kesenangan juga hanya meningkatkan mood dan semangat itupun juga tidak akan bertahan lama. 

Mengapa dikatakan liburan itu tidak bermanfaat, karena Ia tidak meningkatkan kemampuan diri kita. Itu sebenarnya adalah sesuatu yang terpisah pada diri kita, antara kebutuhan dan keinginan jelas-jelas itu berbeda. Liburan itu sebenarnya keinginan bukan kebutuhan, seandainya liburan itu kebutuhan semestinya banyak orang mati dan stress karena tidak liburan. Namun, pada faktanya ada banyak orang yang tidak liburan dalam arti jalan-jalan masih tetap sehat. Sebenarnya ini hanya pilihan saja, bukan berarti jelek. 

Tetapi memang diri pribadi memang berpendapat bahwa liburan itu tidak berguna. Ia memang bermanfaat namun belum tentu berguna. Sesuatu yang bermanfaat itu adalah sesuatu yang apapun itu yang bernilai positif dan tidak merusak itulah hal yang bermanfaat. Sedangkan sesuatu yang berguna itu sifatnya produktif dan berkelanjutan. Maka jika sesuatu itu memiliki nilai guna harunya bisa meningkatkan kemampuan diri tidak hanya sekedar meningkatkan mood saja. 

Memang benar jika untuk meningkatkan diri bukanlah caranya berlibur. Jika ingin meningkatkan tentu saja caranya dengan menambah wawasan, perbanyak pengalaman. Lebih baiknya memang healing itu bisa dilakukan tidak hanya sekedar liburan saja, tetapi sekaligus dapat meningkatkan kemampuan diri. 

Seseorang yang sering berlibur mungkin hatinya akan merasa senang namun ketika dihadapkan masalah perasaannya tentu akan berubah. Kemampuannya tidak meningkat sehingga ketika dihadapkan dengan masalah tidak tahu harus apa. Berbeda dengan orang yang melakukan kegiatan penyembuhan diri sekaligus meningkatkan diri Ia akan lebih siap ketika di hadapkan masalah yang lebih besar. 

Bukankah hidup ini terlalu sempit jika hanya untuk bersenang-senang. Hidup itu tentunya akan selalu dihadapkan masalah dan masalah, menjadi seseorang yang senang tentunya bukan solusinya. Mana mungkin bisa menyelesaikan masalah dengan rasa senang ini akan menjadi tarik ulur antara senang dan tidak senang. Penyelesaian masalah tentunya dengan kemampuan diri, tidak hanya mengandalkan mood saja. 

Menyelesaikan masalah dengan perasaan tentu tidaklah mudah, apalagi selalu melihat sebuah masalah dari hal-hal yang negatif saja. sebuah masalah tentunya dapat diselesaikan dengan logika, nalar pemahaman dan semacamnya. Perasaan memang butuh namun beda dengan sebuah mood, yang dimaksud disini adalah mental baja. Perasaan yang kuat atau mental baja ini tentunya harus dilatih juga, seseorang yang senang berlibur mana mungkin Ia memiliki mental baja, karena bagaimana caranya pula melatih mental dengan senang-senang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...