Gaya hidup menjadi sesuatu hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang apalagi bagi masyarakat kota. Dari mulai pakaian, makanan, gaya bicara, tempat hiburan semuanya harus sesuai dengan kehidupan pada masanya. Hidup itu harus dengan gaya itulah yang dipikirkan oleh orang zaman sekarang. Tanpa gaya maka tidak akan ada orang yang mau berteman, tidak menarik bagi banyak orang dan terlebih lagi sulit untuk mendapatkan jodoh.
Demi gaya hidup manusia rela melakukan apapun, uang, kesehatan, bahkan perasaan semuanya dikorbankan. Semuanya hanya demi terlihat keren di mata orang banyak. Perempuan berlenggak lenggok di depan kamera, mengenakan make up tebal dan ditambah dengan filter agar menarik banyak orang.
Menjadi orang yang disukai oleh banyak orang adalah hal yang disenangi oleh orang zaman sekarang. Padahal orang yang banyak yang suka bisa saja mereka aslinya biasa saja, suka ini hanyalah sebatas algoritma bukan cinta. Pada akhirnya mereka hanya menjadi bahan kesenangan orang lain, namun dirinya sendiri tidak menyenangi itu semua.
Haruskah kita terlihat keren dengan seperti itu, wanita menonjolkan kecantikannya sementara pria menonjolkan harta dan maskulinitasnya. Padahal itu hanya sebatas fisik saja, fisik mereka memang berkualitas namun otak dan hatinya belum tentu. Bagi mereka yang tak punya kelebihan apa-apa tidak kehabisan akal, mereka bisa saja memelas menampilkan cerita sedih menangis dengan gaya akar menarik simpatisan orang banyak. Bagi yang otaknya yang gak dipake mungkin itu keren, namun bagi yang sadar hal tersebut merupakan hal yang menjijikan.
Dunia ini unik memang apa lagi mereka yang sering tampil di media sosial, sebenarnya yang ditampilkan bukanlah kehebatannya namun kebodohannya. Harus seperti itukah agar jadi orang yang terkenal dan viral, yang melakukannya adalah orang yang bodoh dan yang menyukainya juga orang-orang bodoh.
Miris memang melihat orang-orang bodoh itu diberi panggung agar terkenal, menjadikan orang-orang tersebut sebagai percontohan anak-anak masa kini, membuat generasi ini lama-lama semakin jauh dari adab dan ilmu. Miris sekali sebenarnya melihatnya, melihat mereka dewasa namun kelakuannya seperti tidak terdidik.
Bergaya juga butuh akal, kalo gak sesuai akal jangan diikuti. Bergaya jangan mengikuti hawa nafsu, jalas-jelas itu bukannya terlihat keren tetapi justru malah menonjolkan kebodohan pribadi. Misalnya keren karena minum-minuman keras, merokok, begadang atau semacamnya dianggap sesuatu yang keren, padahal tidak juga justru itu merusak tubuh, keren tidak rusak sudah pasti. Jadi berhenti dan sadar bahwa ketololan itu bukanlah hal yang keren. Meskipun ada banyak orang yang suka pun, lihat dulu siapa yang suka, jangan-jangan orang bodoh juga yang suka. Keren boleh-boleh saja tetapi bukan berarti harus jadi orang tolol juga.
Memang tidak sepenuhnya kesalahan berada pada mereka, ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja yang menanggulangi kebodohan tersebut tetapi juga bagi kita yang sadar perlu menyadarkan mereka. Kita harus memutar balikan fakta bahwa bergaya dan keren itu tidak seperti apa yang mereka pikirkan tidak seperti itu konsepnya. Kita harus menampilkan tontonan video yang mengedukasi dan jangan berikan panggung bagi mereka yang bodoh. Meski memang orang-orang bodoh itu masih mendominasi tetapi tetap harus ada usaha, proses dalam merubah itu semua sangatlah panjang.
Para intelektual juga harus berperan juga dalam mengedukasi, jangan hanya asik dengan keilmuannya saja. Memang yang menjadi problem yakni bagaimana menyajikan suatu tampilan yang mudah dipahami oleh banyak orang terutama bagi mereka yang belum tersadarkan, perlu ada penelitian untuk memahami pola pikir orang tersebut. Saat ini musuh kita bukanlah penjajah tetapi pola pikir yang tolol. Melawa penjajah jauh lebih mudah ketimbang melawan kebodohan di negeri sendiri.
Komentar
Posting Komentar