Menjadi pertanyaan besar untuk saat ini dan dimasa yang akan datang, apakah benar zaman ini telah maju. Hal apa yang membuat sebuah zaman itu dianggap maju, lalu apakah saat ini bisa dikatakan sebuah zaman yang maju.
Bicara tentang kemajuan zaman, memang kita tidak dapat memukul rata secara keseluruhan. Jika di sisi lain negara tersebut itu maju dan di sisi lain negara itu juga mundur. Ada keterhubungan antara negara maju dan negara yang terbelakang.
Negara maju itu muncul, biasanya adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang minim, sedangkan negara yang terbelakang justru adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Lantas mengapa ini seperti dunia terbalik, bukankah jika suatu tempat memiliki harta karun maka ia yang tinggal juga akan kaya juga.
Memang harusnya seperti itu, dimana negara dengan sumber kekayaan yang melimpah mestilah negar yang memiliki kekayaan sumber daya alam. Seseorang yang kaya tidak mungkin hanya mengandalkan otaknya saja, tanpa modal pasti Ia akan tetap miskin.
Seorang yang cerdas menggunakan akalnya untuk berpikir, bagaimana sekiranya mendapatkan harta yang melimpah. Seseorang yang cerdas itu kemudian mengunjungi si kaya, lalu mendekatinya untuk menipunya. Seorang yang cerdas pun rupanya memang tidak akan berdaya di hadapan kekayaan yang berlimpah.
Dengan kecerdasannya, si miskin namun cerdas oun juga menjadi manusia yang kaya, karena Ia telah pandai menipu si kaya. Memindahkan kekayaannya kepada si miskin yang cerdas, pada akhirnya si kaya menjadi miskin dan si miskin menjadi kaya. Bukan hanya hartanya yang dikuasai namun raganya juga dikuasai lalu dipekerjakan untuk memperkaya orang cerdas yang licik.
Apakah itu yang dikatakan maju, sedangkan Ia yang maju pun caranya dengan usaha mencuri. Ini bukanlah sebuah maju, namun hanya perpindahan kekayaan saja atau pencurian. Penjajahan tidak akan pernah terhapuskan, manusia memang seperti itu Ia senang berkuasa di atas penderitaannya orang lain.
Seorang yang cerdas itu pelit akan ilmunya, Ia menggunakannya hanya untuk dirinya sendiri dan kelompoknya saja. Ia cerdas namun tak bijak, mengambil hartanya dari orang lain dengan cara menipunya, bahkan tak sampai disitu saja raganya juga dijadikan sebagai alat untuk memperkaya si cerdas.
Bicara peradaban yang maju tentunya tidak seperti itu, kesejahteraannya bukanlah bergeser namun melebar. Orang cerdas yang tak punya rasa seperti inilah akibatnya, ia adalah pecinta materi bukan pecinta manusia. Bukankah yang cerdas itu adalah manusia dan yang menindas itu adalah manusia, dan yang tertindas pun juga manusia. Ini ceritanya tentu bukanlah antara macan dengan rusa, atau pemangsa dengan yang dimangsa.
Sebuah peradaban yang maju itu hubungannya adalah simbiosis mutualisme bukan simbiosis parasitisme. Si cerdas rupanya menjadi seorang parasit, rupanya Ia tidak akan hidup jika tanpa menghisap. Sebenarnya Ia adalah orang lemah, jika tidak ada mangsa yang dihisap Ia pun juga akan mati. Ketika Ia menghisap secar tidak sadar sebenarnya Ia juga menghancurkan dirinya sendiri.
Matinya si penghisap itu tentu karena kesalahannya dimana Ia memperkaya dengan merusak, bukan memperkaya dengan membangun. Bukankah indah jika yang tak punya harta namun kaya ilmu itu dapat bersanding dengan si kaya namun tak kaya harta itu. Bukankah Tuhan memberikan sebuah kelebihan untuk membantu yang lain, dan diberi kekurangan agar ada saling keterkaitan.
Sebenarnya bukan Tuhanlah yang menciptakan kesengsaraan di dunia ini. Memang dalam pikiran kita bukankah membagi harta secar merata itu adalah sebuah keadilan. Namun adilnya Tuhan tentu tidaklah seperti apa yang dipikirkan oleh manusia, Tuhan memiliki caranya sendiri dalam menata dunia. Seperti yang dikatakan tadi manusia itu diberi kelebihan dan kekurangan agar diantara mereka ada ikatan mutualisme yang saling menguntungkan, bukannya saling menghancurkan.
Apakah Tuhan telah gagal dalam menciptakan peradaban atau sebaliknya bahwa manusia sendirilah yang salah dalam menciptakan peradaban yang diamanatkan oleh tuhan, atau mungkin Tuhan telah salah menempatkan sebuah kelebihan kepada orang yang buruk. Memang ini hanya sebuah anggapan saja, saatnya bukan menyalahkan siapa yang salah dan siapa yang benar seharunya kita berintropeksi dan berbenah diri.
Komentar
Posting Komentar