Langsung ke konten utama

Filsafat Bukanlah Jalan Pikiran

Banyak menganggap bahwa filsafat itu adalah sebuah jalan pikiran, dimana jika kita mendengar seorang tokoh filsuf tentunya kita akan merujuk pada seorang tokoh, apa alirannya, dan apa gagasan pemikirannya. Antara buah pikiran merupakan sesuatu yang melekat pada ilmu filsafat. Pikiran itu seperti buah dan pohonnya adalah dengan cara berfilsafat. Maka buah pikiran itu tidak jauh-jauh dari apa aliran filsafatnya. 

Namun, apakah filsafat itu hanyalah sebuah jalan pikiran dan apakah hidup ini hanya untuk menemukan jalan pikiran saja. Mayoritas filsuf barat selalu menggunakan akal pikirnya untuk menemukan sebuah kebenaran. Mereka percaya bahwa pikiran adalah sesuatu yang pasti dalam menemukan sebuah kebenaran. Sedangkan sesuatu yang metafisik hanya dianggap sebagai sesuatu yang bersifat asumtif saja. Gagasannya tidak dapat dijadikan patokan kebenaran. 



Akan tetapi, apa gunanya jika tidak memiliki pikiran namun tidak memiliki hati. Bukankah komputer bisa melebihi kecerdasan manusia, komputer tentunya lebih unggul dalam beberapa hal. Namun tetao saja sebuah alat tetaplah memiliki kekurangan, Ia tetaplah benda mati karena.tidak memiliki hati. Apa bedanya seorang yang cerdas dan berwawasan dengan komputer, mereka sama-sama mengandalkan kecerdasannya. Hanya saja yang satu tidak memanfaatkan hatinya. 

Seorang yang berjalan dengan pikirannya, sebenarnya Ia baru berjalan setengah jalan. Ia bukanlah sebuah akhir, perjalanan masih panjang jangan dianggap itu adalah puncak dari perjalanan hidup. Seorang pemikir lupa bahwa dirinya memiliki hati, dimana hati sering dianggap sesuatu yang mengganggu. Dorongan perasaan yang tak masuk akal sering diabaikan oleh akal. 

Seseorang yang menata pikirannya namun tidak menata hatinya itu seperti sebuah benda yang mati. Ia hidup namun penuh dengan kehampaan. Padahal kita berpikir itu atas dorongan hati. Pikiran adalah rasa, diawali oleh dorongan rasa untuk menemukan rasa yang baru. Rasa yang baru ini adalah kepuasan batin, dimana seorang yang filsuf telah puas dengan gagasan yang Ia ciptakan. 

Filsafat bukanlah jalan pikiran, namun jalan untuk menemukan kepuasan, lebih tepatnya adalah kepuasan batin. Seorang yang belum mencapai kepuasan batin tentunya Ia belum menemukan filsafat itu sendiri, Ia masih pada tahap menemukan. 

Pikiran menjadi jalan filsafat, namun Ia bukanlah puncak Ia hanya sebagai alat untu menemukan filsafat itu sendiri. Filsafat adalah sebuah kebijaksanaan dan seseorang tidak bisa menjadi bijak jika mengabaikan hatinya. Seorang yang cerdas dan berwawasan bisa menjadi seorang yang teramat buat, Ia makhluk berakal tetapi perilakunya lebih buruk daripada makhluk yang tak berakal. 

Seorang filsuf yang tak menggunakan hatinya hanya memunculkan gagasan yang menyesatkan. Ia seakan menemukan sebuah jalan kebenaran kebenaran padahal itu adalah jalan yang buntu. Bagaimana seseorang bisa menuju jalan puncak filsafat jika hatinya tak dipakai. Seorang yang mengejar mentari hanya mendapat lelah dan tak mendapatkan apa-apa. 

Seorang yang filsuf yang telah menata hatinya akan menemukan sebuah jalan kebenaran. Mereka yang telah menemukan jalan kebenaran, akan menganggap bahwa apa yang dipikirkan selama ini sebenarnya adalah sesuatu yang sia-sia. Apa yang terlintas dalam pikiran itu hanyalah sesuatu yang fana. Seorang yang empiris dan rasionalis atau materialisme dan idealisme terjebak telah pemikirannya sendiri. Berdebat siapa yang paling benar dan salah, padahal mereka belum mencapai puncak kebenaran. 

Namun tidak sepenuhnya itu adalah sebuah kesia-siaan karena itu menjadi sebuah jalan menuju puncak kebenaran. Yang menjadikannya adalah sebuah kesia-sia adalah ketika Ia berhenti di situ dan merasa telah menemukan sebuah kebenaran. Apa artinya seorang filsuf jika hanya mengikuti pikiran yang telah lalu, Ia hanya merubahnya sedikit lalu berhenti disitu saja. Seorang filsuf sejati tentunya tidak puas dengan kebenaran yang telah lalu, dan Ia juga tidak puas dengan kebenaran yang Ia pegang.

Puncak dari seorang filsuf adalah kepuasan batin, dimana Ia merasa tenang dan tidak ketergantungan terhadap apapun termasuk pikiran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...