Langsung ke konten utama

Pentingnya Skill Literasi Sosial

Saat ini sudah banyak forum-forum literasi baik di kampus maupun di desa, meskipun belum secara masif. Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dari definisi tersebut, kita pahami bahwa literasi itu bukan hanya kemampuan membaca tetapi juga kemampuan untuk memahami sesuatu. 


Sayang memang literasi saat ini hanya berkutat dalam sebuah buku saja, Ia jarang menghubungkannya dengan keadaan sosial. Hanya berbicara tentang teori dan menceritakan sebuah kisah negeri yang jauh, tanpa menghubungkan dengan alam sekitar. 

Buku adalah jendela ilmu, Ia hanya bisa dilihat dibalik jendela dan dari satu jendela saja. Semestinya kita bisa keluar dari jendela itu lalu melihat seisi dunia dari sudut pandang mata kita sendiri. Bukan hanya bisa membaca namun juga bisa merasakan keadaannya saat ini. 

Kini literasi masih hanya sekedar wawasan saja, bukan sebagai dasar atau landasan sebagai pergerakan. Literasi saat hanya sekedar forum penggemar buku dan kesastraannya saja. Pikiran dengan realitas kini seakan terlihat jauh, Ia hanya menjadi hiasan dipikiran saja. Terlihat intelek memang, namun apa gunanya jika hanya pandai berpikir dan berbicara. Mereka mampu berdialektika dengan logika tetapi tidak pernah melihat relitas sosial.

Perlu kita ketahui sebetulnya literasi itu tidak hanya membaca buku atau berita tetapi fenomena sosial juga merupakan literasi. Literasi sosial ini mungkin sesuatu yang baru padahal hal tersebut dekat dengan kehidupan kita. Sebelum kita bisa membaca, kita sebetulnya bisa melihat terlebih dahulu fenomena sosial disekitar kita. 

Antara literasi buku dengan literasi sosial, sebetulnya itu saling keterikatan. Buku tidak akan tercipta tanpa adanya kondisi sosial dan kondisi sosial pun tidak akan terbaca tanpa adanya buku yang di baca. Literasi sosial menjadi bahan untuk kesadaran dan ilmu pengetahuan, sedangkan literasi sosial menjadi dasar dan landasan dalam bergerak. Maka dari itu, baik literasi sosial maupun literasi buku itu sangat diperlukan.

Literasi buku digunakan untuk membaca kondisi sosial lalu kemudian kondisi sosial dibaca menjadi literasi sosial kemudian menjadi sebuah buku yang bisa dibaca oleh semua orang seperti itu lah secara teru menerus, Ini mungkin seperti penelitian lapangan, namun dengan versi sederhana. Tujuannya untuk merasa (kesadaran) bukan hanya sekedar kepentingan akademik.

Sesekali cobalah kita terjun ke desa,  berbincang dengan mereka, lalu mendengarkan keluh kesah mereka. Tidak hanya sekedar membaca di dalam sebuah buku, tetapi juga bisa mendengar langsung apa yang mereka rasakan. Bagi kita masyarakat mungkin mereka terlihat tidak berpendidikan, namun jika kita mendengarkan cerita mereka, ternyata banyak hal yang belum kita ketahui dari buku manapun. 

Literasi sosial tujuannya untuk membaca apa yang ada di sekitar kita baik itu lingkungan ekologi maupun lingkungan sosial. Sebelum bisa membaca kita memang sudah bisa membaca kondisi sosial, meskipun dengan pemahaman yang sederhana. Dengan literasi buku semestinya dalam memahami fenomena sosial, pikiran kita semakin luas, tajam, mampu membaca kondisi sosial lalu menghubungkannya dengan teori dan dunia luar. 

Literasi sosial membuat diri kita sadar bahwa dan peka tentang keadaan saat ini, bahwa keadaan saat ini tidaklah normal-normal saja. Ada banyak hal yang janggal dimana itu perlu kita selidiki dan teliti. Kira-kira apa yang menjadi masalah dan apa yang mesti kita lakukan untuk membawa suatu perubahan yang baik. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan tidak Menciptakan Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak- hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Lalu apakah kemiskinan itu tuhan sendiri yang menciptakannya atau manusia sendirilah yang menciptakan kemiskinan tersebut. Akan tetapi banyak dari kalangan kita yang sering menyalahkan tuhan, mengenai ketimpangan sosial di dunia ini. Sehingga tuhan dianggap tidak mampu menuntaskan kemiskinan. (Pixabay.com) Jika kita berfikir ulang mengenai kemiskinan yang terjadi dindunia ini. Apakah tuhan memang benar-benar menciptakan sebuah kemiskinan ataukah manusia sendirilah yang sebetulnya menciptakan kemiskinan tersebut. Alangkah lebih baiknya kita semestinya mengevaluasi diri tentang diri kita, apa yang kurang dan apa yang salah karena suatu akibat itu pasti ada sebabnya. Tentunya ada tiga faktor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi, yakni pertama faktor  mindset dan prilaku diri sendiri, dimana yang membuat seseorang...

Pendidikan yang Humanis

Seperti yang kita kenal pendidikan merupakan suatu lembaga atau forum agar manusia menjadi berilmu dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan merupakan tolak ukur sebuah kemajuan bangsa. Semakin baik sistem pendidikannya maka semakin baik pula negaranya, semakin buruk sistem pendidikannya semakin buruk pula negara tersebut. Ironisnya di negara ini, pendidikan menjadi sebuah beban bagi para murid. Terlalu banyaknya pelajaran, kurangnya pemerataan, kurangnya fasilitas, dan minimnya tenaga pengajar menjadi PR bagi negara ini. Saat ini pendidikan di negara kita hanyalah sebatas formalitas, yang penting dapat ijazah terus dapat kerja. Seakan-akan kita adalah robot yang di setting dan dibentuk menjadi pekerja pabrik. Selain itu, ilmu-ilmu yang kita pelajari hanya sebatas ilmu hapalan dan logika. Akhlak dan moral dianggap hal yang tebelakang. Memang ada pelajaran agama di sekolah namu hal tersebut tidaklah cukup. Nilai tinggi dianggap orang yang hebat. Persaingan antar sesama pelajar mencipta...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...