Langsung ke konten utama

Belenggu Sosial

Dalam kehidupan ini, kita tidak bisa menghindari namanya sosial masyarakat. Hidup kita memang akan selalu di kelilingi oleh kehidupan sosial. Biarpun dikatakan tidak pernah keluar sekalipun, tetap saja kontak sosial itu tidak akan bisa dihindari. Bukan hanya kontak sosial secara langsung tetapi melalui media elektronik seperti smartphone juga bisa dikatakan kontak sosial. 

(Pixabay.com)

Adanya hubungan kontak sosial ini tentu akan mempengaruhi kehidupan kita, baik itu dari bahasa, gaya bicara, pola pikir, sikap dan perilaku, semuanya akan mempengaruhi diri kita dan kehidupan kita. Kita memang tidak bisa lepas dari kehidupan sosial inilah yang disebut dengan belenggu sosial. Selama kita hidup dengan manusia lainnya maka kita tidak bisa bebas. 

Belenggu sosial ini membuat diri kita tidak bisa bebas. Semuanya harus mengikuti aturan dimasyarakat. Baik di manapun dan kapan pun semuanya harus mengikuti aturan sekitar. Memang bukan hal yang merugikan jika mengikuti aturan, karena aturan itu diberlakukan demi keamanan dan kenyamanan bersama. 

Namun perlu digaris bawahi ada beberapa hal yang sebetulnya tidak boleh diatur, yaitu aturan privasi. Aturan privasi inilah yang membatasi aturan sosial. Aturan privasi ini semestinya bisa membuat kita bebas untuk melakukan apapun selama tidak bertabrakan aturan sosial. Memang ada saja orang yang tidak bisa membedakan mana aturan sosial dan mana aturan privasi, ada saja memang orang yang senang mencari tahu privasi orang lain, lalu ikut campur dan bahkan mengatur-ngatur hidup kita. Ini bisanya dilakukan oleh orang terdekat kita bisa dari teman, keluarga, dan masyarakat dalam satu lingkungan. Memang tidak semua orang seperti itu, hanya segelintir orang saja yang bersikap dan berpikiran seperti itu.

Belenggu sosial memang selalu membuat kita tidak bebas. Bebas dalam hal memilih apa yang kita inginkan. Misalnya ketika kita ingin menjadi seorang sarjana, lalu ada yang bicara "untuk apa kuliah tinggi-tinggi jika bekerja saja dipabrik, padahal ijazah SMA saja sudah bisa" rasa sinis dibarengi dengan pola pikir tidak maju tentunya akan mempengaruhi pola pikir kita. Memang apa yang dikatakan itu ada benarnya, tetapi tidak serta merta perkataan itu harus diikuti. 

Tantangan hidup kita bukan hanya kemampuan diri dan permasalahan yang dihadapi tetapi juga penilaian dan komentar orang sekitar. Penilaian masyarakat terhadap diri kita pada setiap orang tentu akan berbeda pandangan, ada yang berpandangan baik dan ada yang jelek pula. Yang menilai pun seakan mereka lebih tahu kehidupan kita dan tahu kehidupan kita yang lebih baik. Jika orang yang tak pandai mencerna komentar orang, mungkin akan di telan mentah-mentah. Selalu mengingat-ngingat komentar buruk terhadap kita. Padahal komentar buruk itu belum tentu benar adanya.

Manusia hanya bisa menilai diri kita dari apa yang merak lihat seperti penampilan dan apa yang kita lakukan. Sebaik apapun manusia jika melakukan satu kesalahan tentu akan dipandang jelek oleh masyarakat, dan sejelek apapun kita jika kita berbuat baik tetap saja dianggap jelek. Manusia memang hanya bisa mengingat satu kejelekan dan melupakan seribu kebaikan. 

Gaya hidup kita juga dipengaruhi oleh lingkup sosial. Gaya hidup kita memang selalu mengikuti apa mau mereka, terlebih lagi pergaulan. Rela bergaya walaupun uang tak ada hanya demi pengakuan sosial. Berpenampilan beda seakan menjadi hal yang tabu, sehingga lebih baik mengikuti mayoritas sosial agar tidak dijauhi. Kehidupan sosial memang membuat hidup kita menjadi terbelenggu. Ia hanya meyakini bahwa, kebenaran itu dimiliki oleh mayoritas. Ketika ada yang berbeda maka akan dianggap sesat. Padahal benar tidaknya pendapat bukan dilihat dari mayoritas tetapi dilihat dari fakta dan realita. 

Belenggu sosial memang seperti rantai tali, Ia menarik diri kita ke sana ke mari sesuai apa yang meraka inginkan. Penguatan karakter diri sangatlah penting, agar kita tidak terpengaruh oleh pikiran negatif orang lain.  Orang pro dan kontra dengan kita itu tentu akan selalu ada dalam kehidupan kita. Yang terpenting jangan sampai omongan orang lain, itu mempengaruhi pikiran kita. Melawan bukanlah hal yang tepat, tetapi membuktikan bahwa omongan mereka salah adalah langkah yang bijak. Dengan cara menjadi sukses dengan jalan yang kita inginkan, bukan orang yang inginkan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...