![]() |
Menjadi hal yang menari memang jika kita membedah isi pikiran manusia. Memang belum ada teknologi yang bisa membedah pikiran manusia secara medis. Namun pikiran-pikiran manusia ini sebetulnya tercermin dari sikap dan perilakunya sehari-hari.
Sering kita bertanya-tanya mengapa kota sering berbeda cara pandang dengan lainnya sampai-sampai suli menemukan titik temunya. Memang hal ini karena setiap orang memiliki isi kepada yang berbeda. Lalu apa yang membedakan isi setiap kepala orang, padahal kita diberi otak oleh tuhan itu sama.
Keinginan, imajinasi, cara pandang dan pengetahuan semuanya berasal dari pikiran. Pikiran ini didapat dari fenomena yang muncul di sekitaran kita. Dalam memahami sebuah fenomena, manusia akan memahaminya secara beragam. Misalnya jika kita melihat sebuah batu, jika si pebisnis mungkin akan melihatnya dari segi keuntungan, jika seorang saintis mungkin ia akan melihat dari sisi unsurnya, jika seorang seniman mungkin akan mengukirnya menjadi benda yang indah.
Semuanya memiliki fokus ke satu objek namun memiliki pandangan yang beragam. Lalu mengapa hal ini bis terjadi dimana manusia dalam memahami sesuatu itu berbeda-beda. Pikiran manusia itu dipengaruhi oleh tiga faktor pertama lingkungan sosial, ilmu pengetahuan,
Pertama, lingkungan sosial. Lingkungan sosial memang sangat berpengaruh terhadap diri kita terutama dalam hal berpikir, pemikiran kita secara langsung mungkin akan mirip-mirip dengan orang lain, karena kita hidup di lingkungan yang sama dan dengan orang yang sama. Pertemuan antara dua orang atau lebih tentu akan mempengaruhi pikiran yang lainnya.
Sebagai orang Indonesia misalnya pikiran kita tentu tidak akan bisa lepas dari Nasi, dimana nasi memang sudah menjadi kebiasaan konsumsi kita. Kita yang lahir dan besar di Indonesia tentu akan mengikuti kebiasaan tersebut, pikiran itu membentuk diri kita lalu mempersentasikan bahwa orang indonesia tidak bisa hidup tanpa nasi. Padahal sejatinya kita bisa saja hidup tanpa nasi, hanya saja karena sudah menjadi kebiasaan umum sehingga tidak bisa dilepaskan begitu saja. Setiap wilayah tentu memiliki ciri dan kebiasaan yang beragam, sehingga ketika kita bertemu dengan orang yang berbeda budaya tentu akan memiliki pemikiran, sikap, dan perilaku yang berbeda pula. Ini memang hal yang alamiah dimana setiap kelompok punya budaya yang berbeda-beda.
Kedua, Ilmu Pengetahuan. Seperti kita ketahui bahwa dalam memahami hal baru tentu kit perlu adanya pemahaman lama. Pemahaman lama setiap orang tentu akan berbeda-beda, tergantung dari pengalaman pribadi. Pemahaman lama ini bisa jadi didapat secara pribadi atau mencari tahu sendiri, maupun diajarkan oleh orang lain baik itu secara langsung atau dari karya tulisannya orang lain.
Pemahaman lama ini berbeda dengan pengaruh lingkungan sosial, pemahaman sebelumnya ini lebih kepada individu masing-masing orang. Inilah yang menyebabkan setiap orang berbeda-beda, beda orang beda isi kepala, beda isi kepala tentu beda pemahamannya. Jika kita memahami batu itu sebagai seni, sebelumnya tentu kita punya pemahaman tentang seni. Tanpa pemahaman lama tentu kita tidak akan tahu harus apa dalam memandang suatu fenomena, yang ada diabaikan dan dianggap hal yang biasa-biasa saja.
Ketiga, kecenderungan perasaan. Sampai sekarang perasaan ini memang masih menjadi sebuah misteri, dari mana asalnya dan mengapa selalu muncul dengan tiba-tiba. Mungkin kita berpikir semua yang ada pada diri kita itu di atur oleh akal padahal sebetulnya inti dari kita semua seperti sifat, perilaku, kelakuan, imajinasi bahkan pikiran kita itu di picu oleh perasaan.
Perasaan memang selalu mendorong kita kepada sesuatu. Ketika kita ingin belajar, berpikir dan berimajinasi, perasaan lah yang mendorongnya untuk melakukannya. perasaan menjadi sebuah titik kesadaran dalam melakukan suatu hal. Tanpa perasaan tentunya apapun yang kita lakukan tidak kan berjalan. Maka dari itu, penting sekali dalam menjaga hati kita. Hati akan selalu menuntun kita kepada jalan yang benar.
Jika hati kita bersih maka pikiran kita pun menjadi bersih begitupun dengan sikap dan perilaku kita akan menjadi baik juga. Dalam memandang fenomena alam ini setiap orang mungkin sama dalam memandangnya namun ketika setiap perasaan orang itu berbeda-beda maka dalam memandang satu fenomena pun akan menjadi beragam persepsinya dan perasaan pun selalu mengarahkan kemanapun Ia mau.
Ketiga faktor tersebut kemudian membentuk pikiran kita secara utuh. Maka tidak heran mengapa setiap orang itu berbeda pikirannya karena ketiga faktor tersebut.
Komentar
Posting Komentar