Langsung ke konten utama

Media Pembodohan

(Pixabay.com)

Saat ini dikenal oleh banyak orang tentu menjadi suatu hal yang mudah di masa sekarang ini. Dengan kecanggihan media sosial, semua orang bisa terkenal. Tidak harus punya suara yang merdu, wajah yang rupawan, atau pandai berakting, cukup cari sensasi saja di media atau membuat video bodoh di media sosial. Tentu semua orang akan banyak mengenal siapakah diri kamu.

Menjadi terkenal memang mudah namu redupnya pun juga cepat, tidak sedikit yang dulunya terkenal sekarang menjadi orang biasa kembali. Begitulah dunia hiburan hanya sesaat kesenangannya, seperti angin yang telah berlalu. 

Meskipun seperti itu tetapi masih banyak yang ingin melakukannya. Kebodohan demi kebodohan banyak dilakukan oleh banyak orang, hanya demi untuk terkenal. Apa sebegitunya menjadi orang yang populer, bukannya mencitrakan diri yang baik justru malah mencitrakan yang buruk-buruk. 

Seorang public figure juga semestinya bisa menjadi contoh yang baik dimata masyarakat. Ia semestinya menjadi sosok yang baik di mata masyarakat. Apalagi bagi para anak muda yang sedang mencari jati dirinya, Ia tentu akan mencari seorang idola yang mereka kenal. 

Ditambah lagi dengan banyaknya media perusahaan yang selalu menyoroti hal-hal yang tidak berguna. Yang banyak disorot saat ini hanya sensasi omong kosong semuanya hanya sebuah setingan agar semua orang terkesima, memang hal tersebut bisa menghibur namun tidak mendidik.  

Media semestinya bisa cerdas dalam memilih berita, bukan hanya sekedar mencari rating saja. Memang media itu butuh uang, tetapi tidak seperti itu juga caranya. Media hanya mencari pembenaran bukan kebenaran, dimana isinya hanya sebuah spekulasi bukan bukti. 

Sulit memang meng-counter media sosial dari hal-hal yang tidak berguna, ini tentunya harus kembali lagi kepada diri kita masing-masing. Jika ingin terkenal, untuk apa ingin terkenal apakah hanya ingin menjadi badut saja didepan kamera, tanpa ada keahlian yang bisa ditonjolkan.

Dulu masyarakat bodoh dengan minimnya berita media, sekarang justru masyarakat malah semakin bodoh dengan isi pemberitaan yang tidak bermutu. Berita isinya hanya sebuah opini, mengulang-ngulang permasalahan lama, kemudian dikemas seakan-akan menjadi sesuatu hal yang baru. Otak masyarakat bukannya semakin teredukasi justru semakin bodoh dengan pemberitaan tersebut. Media yang mendidik sebetulnya banyak, hanya saja banyak yang berbayar.

Media saat hanya menjadi ajang politik saja, mengadu domba antar masyarakat.  Memperdebatkan sesuatu, padahal apa yang diperdebatkan tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari dan tidak ada untungnya bagi kita.  

Sebuah berita kebohongan dikemas menjadi sebuah kebenaran sehingga membuat banyak yang percaya atau sebuah fakta di kemas menjadi hal yang tidak nyata. Sehingga berita hanya menjadi sebuah opini yang menggiring masyarakat ke sana kemari membuat rakyat menjadi bingung. Seperti biri-biri yang selalu digiring oleh anjing. 

Hancur sudah negeri ini, rakyat yang kebingungan dan sering beradu karena para pejabatnya tidak jujur ditambah pula medianya tidak jujur. Di masa sekarang ini, siapa yang harus kita percayai. Perlu kah kita mematikan media, lalu membaca sebuah buku. Mungkin hal itu ada gunanya, daripada harus gaduh dengan apa yang ada di media. Hanya membuat pecah saja isi kepala. 

Perlu memang menjernihkan otak kita dari hal-hal tersebut, tidak perlu banyak tahu apa lagi ikut-ikut mengomentari. Orang cerdas bukanlah orang yang banyak tahu tetapi Ia adalah orang yang tidak banyak mencari tahu tetapi selalu mencari tahu yang penting-penting saja yang sekiranya dekat dengan kehidupannya. 

Lalu tetap berusaha untuk mencari-cari media yang selalu mengedepankan kejujuran dan fakta, tanpa mengharap rating dari publik, karena mencari kebenaran itu belum tentu datang dari media yang populer. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...