Langsung ke konten utama

Pendidikan yang Membaskan

Dalam sebuah sistem pendidikan, seharusnya sistem pendidikan itu bersifat kultural dan pembebasan. Basis kultural itu materi pendidikannya adalah materi yang kontekstual yang sesuai dengan kehidupan kita, bukan materi yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan kita. Tidak adalagi status hirarki siapa yang lebih tinggi dan siapa yang rendah semuanya setara. 

Transformasi pendidikan tidak akan terjadi jika tidak ada transformasi sosial tetapi transformasi sosial ini membutuhkan pendidikan. Mengapa ada kelas ats dan bawah, hal ini karena struktur sosial. Berarti tidak boleh dibiarkan dan harus dirubah, untuk memulai perubahan itu maka butuh pendidikan dan membutuhkan orang-orang yang terdidik. Hal ini tentu saling berkaitan, kalau masyarakat ingin maju pendidikan harus maju, kalau pendidikan ingin maju maka masyarakatpun harus maju. Artinya pendidikan dan masyarakat harus bergerak maju bersama, tidak bisa menunggu salah satunya bergerak.

(Pixabay.com)

Adapun syarat agar pendidikan bisa menjadi pembebasan, yakni sebagai berikut: 

Pertama, orientasinya adalah nilai kemanusiaan. Jadi bagaimana caranya manusia menjadi manusia, posisikan manusia sesuai dengan kemuliaannya sebagai manusia. Manusia jangan dijadikan sebagai objek tetapi dia adalah subjek pendidikan. Pendidikan hadir untuk manusia agar hidup kita tertib dan bahagia, jangan sampai hidup kita untuk pendidikan maka yang terjadi justru mengorbankan diri untuk pendidikan. Kita rela bayar mahal-mahal pendidikan ditambah dengan bimbel (bimbingan belajar) pula. Namun pada hasilnya kita seolah kehilangan jatidiri kita sebagai manusia, yang pada awalnya tujuan manusia itu baik dan bermanfaat bagi orang banyak. Untuk sekarang dimanfaatkan oleh sistem. Sistem membentuk kita sesuai apa yang mereka inginkan. Seperti robot yang hidupnya hanya untuk bekerja dan bekerja lalu menghasilkan uang. Semakin lama dilakukan, maka rasa kemanusiaan itu akan menghilang. 

Kedua, Orientasi pendidikan juga harus menyadarkan orang lain dari kondisi yang tidak ideal. Sadari bahwa kondisi saat kita ini adalah kondisi sedang tertindas. Memang banyak yang tidak sadar bahwa situasi kita saat ini menindas karena memang pada dasarnya otak kita dicuci agar tidak melawan saat terjadi penindasan. Buktinya pada saat menjadi pekerja kita tidak memiliki kekuatan untuk menawar mengenai gaji dan kelayakan dalam bekerja, hal ini karena kita lebih takut kehilangan pekerjaan ketimbang takut kehilangan jati diri. Situasi ini tentu sangatlah tidak ideal, ketertindasan ini apapun resikonya harus bisa kita lepaskan. 

Ketiga, Belajar itu diusahakan sesuai dengan dunia nyata. Materi-materi yang dipelajari adalah materi yang sesuai dengan kehidupan kita. Saat ini materi-materi yang dipelajari di sekolah itu jauh dari kehidupan sehari-hari. Antara pelajaran kelas dengan sisi kehidupan kita itu tidak saling berhubungan. Ini memang terlihat sepele namun ini juga menjadi sumber penindasan, karena ilmu yang didapatkan tidak ada gunanya untuk kehidupan sehari-hari namun materi tersebut digunakan agar kita dicetak menjadi para pekerja. Pendidikan mengaleniasi kita sehingga kita tidak menjadi manusia sesungguhnya. 

Keempat, pendidikan yang dialogis atau tidak satu arah. Pendidikan yang dialogis itu dimana antara pengajar maupun pelajar sama-sama memiliki daya tawar atau ada interaksi aktif. Selama ini pendidikan kita hanya sekedar transfer ilmu dimana seorang murid tidak bisa memilih selain apa yang di ajarkan oleh gurunya. Sehingga seorang murid tidak memiliki pendirian dan hanya menuruti apa yang diperintahkan oleh gurunya. Jika situasi ini terus terjadi maka yang terjadi kita hanya akan menjadi robot yang sudah diprogram agar sesuai dengan apa yang mereka inginkan, bukan apa yang kita inginkan.

Maka dari itu, sistem pendidikan yang sudah usang ini, semestinya perlu kita rubah. Berubah menuju pendidikan yang bebas dimana pendidikan yang bebas itu memiliki unsur kemanusiaan, kesadaran , sesuai dengan kenyataan, dan dialogis. Dengan begitu pendidikan kita menjadi pendidikan yang ideal dimana tidak ada unsur penindasan di dalamnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...