Langsung ke konten utama

Siapa Sebetulnya Orang Radikal

Banyak sekali orang yang menganggap bahwa, orang yang radikal adalah orang yang taat beragama, berpakaian seba Islami, bercadar, berjenggot, mengenakan celana Isbal dan lain-lain. Mungkin penampilannya seperti pakaian orang timur tengah. Stigma ini muncul karena banyak teroris mengenakan pakaian seperti itu dan kebanyakan dari mereka memang tertutup terhadap dunia luar.

Tetapi jika kita menilai bahwa radikalisme itu dari penampilan serba arab, rasanya itu adalah hal yang salah karena radikalisme itu tidak dilihat dari penampilan tetapi dari pemikiran dan tindakannya. Ada yang namanya radikal dan ada yang namanya radikalisme. Kedua hal tersebut memiliki kemiripan yang sama dari segi kata, hanya saja berbeda dalam hal pemikiran. Radikal adalah orang yeng berpikir secara mendalam sampai ke akar akarnya, misalnya Ia mempelajari agama maka ia mempelajarinya secara mendalam dari mulai tafsir, fiqih, hadis, akhlak dan semacamnya. 


Sedangkan radikalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian, dan penjebolan terhadap suatu sistem masyarakat sampai ke akarnya. pemahaman ini bisa saja muncul dari cara berpikir radikal, namun ternyata disisi lain Ia malah menyalahkan orang lain, karena memiliki perbedaan paham. Bahkan mereka menganggap bahwa apabila ada orang yang berbeda dengannya, maka Ia harus di basmi.  

Bisa saja kita mengidap radikalisme ini, karena radikalisme bisa hadir dimana saja tidak harus muncul dari suatu kelompok atau ajaran tertentu, Ia bisa saja hadir dalam pikiran yang tertutup. Ciri yang menonjol dari radikalisme, yakni Ia menganggap bahwa perbedaan itu salah baik itu berbeda secara pemikiran, budaya, maupun latar belakang. Sehingga yang terjadi adalah Ia memusuhi orang yang berbeda dengannya, sehingga menimbulkan perpecahan. 

Setiap orang tentu memiliki tingkat kadar radikalisme yang berbeda-beda. Ada yang secara pemikiran, ada yang secara sikapnya, ada yang dari tindakannya, bahkan sampai melakukan suatu pergerakan. Yang berbahaya memang jika sudah level pergerakan apalagi sampai menggunakan tindak kekerasan.

Adapun ciri lain dari pemikiran radikalisme, yakni pertama, merasa paling benar. Kedua, suka menyalahkan orang lain. Ketiga, cara pandang yang sempit. Keempat, tidak mau menerima pendapat yang berbeda. Dari ciri-ciri tersebut maka radikalisme ini akan muncul. Jadi jika ada orang yang memiliki ciri tersebut, berarti Ia sudah terjangkit radikalisme.

Ada beberapa sebab munculnya radikalisme baik dalam pikiran kita maupun orang lain. Pertama, menutup diri. Pikiran-pikiran yang tertutup, baik itu menutup diri secara pemikiran maupun tindakan, Ia menganggap bahwa pemikiran manusia saat itu banyak yang salah dan keliru sehingga perlu diragukan kebenarannya. Ia menganggap bahwa hanya pemikirannya sendiri dianggap benar dan mutlak.

Kedua, ajaran dan doktrin. Radikalisme bisa muncul karena orang yang mengajarkan justru sudah terpapar oleh radikalisme. Radikalisme ini seperti sebuah virus, Ia mudah menyebar kemana-mana, apalagi bagi orang yang tidak punya nalar kritis tentunya Ia akan mudah terdoktrin. Sehingga kita harus mewaspadai orang yang terpapar pemikiran radikalisme. Jangan sampai Ia hadir ditengah-tengah masyarakat, namun bukan berarti Ia harus dijauhi, tetapi Justru Ia harus dirangkul agar tidak salah jalan. 

Ketiga, tidak pernah pergi keluar. Maksudnya adalah orang yang tidak pernah mempelajari hal baru baik itu bertemu dengan orang-orang baru atau pergi ke tempat baru. Ibaratnya seperti katak dalam tempurung Ia hanya hidup dilingkup itu-itu saja, pikirannya tidak maju dan berkembang. Sehingga ketika ada orang yang berbeda dengannya maka akan dianggap aneh menurutnya. Setiap orang tentunya memiliki respon yang berbeda-beda ketika melihat hal yang baru, ada yang menganggap biasa saja, ada yang menyukainya dan bahkan ada yang menganggap salah. Yang berbahaya adalah menganggap salah tanpa menilai dari berbagai perspektif. 

Keempat, pemahaman yang dangkal. Jangan sangka pikiran radikalisme ini berasal dari pikiran yang dangkal. Bersikap kritis terhadap sesuatu hal yang baru adalah hal yang perlu dilakukan, karena tanpa berpikir kritis akan terjadi Pemahaman yang dangkal. Pemahaman yang dangkal ini akan mengakibatkan kesalahpahaman dalam memahami sesuatu sehingga muncul pemikiran yang salah. Orang yang salah tetapi menganggap dirinya benar memunculkan pemikiran radikalisme.

Kelima, propaganda. Propaganda merupakan serangkaian pesan dengan tujuan agar dapat memengaruhi pendapat seseorang, tindakan masyarakat atau sekelompok orang. Dari semua sebab, propaganda adalah hal yang paling berbahaya, karena Ia muncul secara masif.

Dari sebab-sebab tersebut tentunya kita perlu mewaspadai radikalisme ini. Ia muncul bukan dari segi fisik tetapi dari segi pemikiran. Adapun cara untuk menghindarinya mungkin saya akan menjelaskan di artikel selanjutnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...