Berbicara filsafat mungkin banyak yang menganggap bahwa filsafat hanya untuk kaum elit. Kaum elit yang memiliki nalar kritis dan terpelajar, padahal semua boleh berfilsafat sesuai dengan nalarnya masing masing.
Sebelum menuju filsafat diri, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu filsafat dan apa perbedaannya dengan berpikir biasa. Berpikir filsafat tentunya berbeda dengan berpikir biasa. Jika berpikir biasa adalah memahami sesuatu dengan sederhana tanpa pendalaman, menyeluruh dan sistematis sedangkan berpikir filsafat Ia harus mendalam, sistematis, dan menyeluruh. Cukup tiga itu saja dahulu yang harus dipahami.
Secara umum tujuan dari filsafat diri ini yakni untuk memahami seberapa jauhkan kita dalam memahami siapa diri kita, potensi apa yang bisa digali, apa tujuan hidup kita, dan masih banyak lagi yang lainnya. Tentunya dalam filsafat diri ini kita memahami diri dengan cara berpikir filsafat.
(Pixabay.com) |
Filsafat diri menjadikan diri sebagai objek untuk difilsafati agar kita tahu sejauh mana paham tentang diri kita dari mulai keinginan, tindakan sampai tujuan. Untuk lebih memahaminya, mari kita pahami satu persatu mengenai tiga hal tersebut:
1. berpikir mendalam
Berpikir mendalam adalah memahami sesuatu dengan sedalam-dalamnya. Semakin mendalam maka semakin tahu akan diri sendiri. Mengapa banyak orang yang sering meniru orang lain atau hanya sekedar ikut ikutan. Hal ini dikarenakan karena Ia tidak tahu akan potensi dalam dirinya, Ia selalu menganggap bahwa dirinya tidak berguna atau tidak punya potensi. Padahal Ia belum memahami dirinya secara mendalam.
Diri manusia itu ibarat tanah, semakin digali maka semakin banyak hal yang ditemukan. Jika Ia hany menggali diri hanya beberapa meter saja, maka Ia hanya menemukan segumpal tanah saja. Akan tetapi coba gali lebih dalam lagi, maka Ia akan menemukan berbagai hal, seperti emas, perak, minyak, permata dan masih banyak banyak lainnya.
Kita perlu ketahui bahwa tuhan telah memberikan potensi pada manusia. Sehingga yang perlu kita lakukan saat ini adalah menggali potensi tersebut. Adapun cara-cara untuk menggali potensi diri, mungkin akan saya jelaskan di artikel lainnya, terutama mengenai filsafat diri.
2. Berpikir Menyeluruh
Dalam berpikir menyeluruh ini, tidaklah cukup hanya dengan berpikir mendalam saja. Perlu wawasan ilmu pengetahuan dalam memahaminya. Semakin luas pengetahuan kita, maka semakin luas perspektif kita dalam memahami sesuatu.
Jika tadi kita mengibaratkan berpikir mendalam itu seperti tanah. Maka berpikir menyeluruh ini seperti mengarungi lautan yang luas. Semakin luas jelajahnya maka semakin luas juga pemahamannya.
Dalam memahami diri, kita tidak hanya tahu diri kita dari sudut pandang fisiologis atau sesuatu yang berhubungan dengan fisik. Manusia bukan raga yang kosong, Ia memiliki jiwa, hati dan pikiran. Sehingga Ia tidak mampu dipahami dari satu sudut pandang saja.
Selain memahami dari dalam, kita juga harus memahami diri dari luar, yakni memahami diri kita dari sudut pandang orang lain. Setiap orang tentu memiliki cara pandang yang berbeda-beda mengenai diri kita, tergantung seberapa dekat Ia dengan kita. Semakin dekat orang tersebut dengan kita maka akan semakin banyak apa yang Ia ketahui.
Penilaian orang lain terhadap diri kita tentunya tidak bisa menjadi patokan bahwa diri kita itu seperti apa yang merek kira. Karena kembali lagi, mereka hanya tahu diri kita dari luar saja. Mereka tidak tahu apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan. Pandangan orang lain ini terhadap diri kita hanyalah sekedar tambahan saja sebagai penilaian, bukan menjadi penilaian utama dalam memahami diri.
3. Berpikir Sistematis
Berpikir sistematis sistematis ini sebetulnya lebih ke suatu cara untuk memahami diri, teru tama dalam hal prosesnya. Jika kita sudah membahas berpikir mendalam dan berpikir luas, maka hal tersebut rasanya percuma jika tidak dengan berpikir sistematis.
Berpikir sistematis adalah suatu proses secara bertahap untuk memahami diri kita sendiri, tentunya ini dengan metode-metode yang sistematis. Tanpa berpikir sistematis kita tidak bisa berpikir mendalam sampai ke bawahnya dan juga tidak bisa memahami diri dari berbagai perspektif.
Mungkin untuk poin terakhir ini tidak bisa dijelaskan satu artikel ini, maka akan dijelaskan di artikel lain. Sebelum ke proses lainnya dalam memahami diri, maka kita harus terlebih dahulu apa itu filsafat dan apa bedanya dengan berpikir biasa.
Komentar
Posting Komentar