Langsung ke konten utama

Filsafat Diri (Hakikat Diri)


Sebelum membahas tentang hakikat diri, kita harus terlebih dahulu apa itu hakikat manusia. Secara singkatnya manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan sempurna, dimana manusia memiliki kelebihan dibandingkan makhluk lainnya yakni memiliki pikiran dan perasaan. Kemudian manusia juga memiliki nafsu untuk mecapai suatu tujuan.

Pada hakikatnya manusia adalah manusia yang memiliki kebebasan untuk berpikir. Berbeda dengan makhluk lainnya seperti ayam, sapi, kambing dan semacamnya. Dengan kebebasannya berpikir, manusia adalah spesies mahkluk yang berkembang dan maju dibandingkan dengan makhluk lainnya. Memang manusia memiliki kebebasan dalam berpikir namun kebebasan itu dibatasi oleh hubungan sosial. 

Jika bercermin ke pada pribadi masing-masing, memang bicara hakikat diri ini kita harus menspesifikasikan hakikatnya tersebut. Kita mungkin tidak akan membahas tentang apa itu roh, jiwa, perasaan, fisik akal dan semacamnya. Kita harus fokuskan kepada status kita sebagai manusia.

Memang pada awalnya manusia itu sama namu setiap orang memiliki perannya masing-masing. Dari sini kita harus tahu apa tujuan dan peran kita. Dalam hidup ini kita memang seperti bermain dalam sebuah drama, setiap orang memiliki perannya masing-masing. Coba saja bayangkan jika peran setiap manusia itu sama, tentu yang terjadi drama tersebut tidak jelas dan monoton.

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa hakikat diri adalah peran manusia itu sendiri dalam kajian hakikat filsafat diri, maka yang dikaji adalah peran antar individu manusia. Dalam tatanan sosial, peran manusia itu ditentukan oleh siapa Ia berhadapan. Jika Ia berhadapan dengan seorang bos maka perannya sebagai pegawai, Jika Ia berhadapan dengan seorang guru maka perannya sebagai murid, Jika Ia berhadapan dengan istri maka Ia sebagai suami dan peran-peran semacamnya. Semakin banyak Ia berhubungan dengan orang lain maka akan semakin banyak peran yang Ia miliki. 

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa peran manusia itu tergantung hubungan sosial. Dari segi hubungannya, peran manusia terdiri dari tiga hubungan, yakni sebagai berikut: 

1. hubungan kontrak

Peran manusia dari segi kontak ini muncul karena ada hubungan kontrak dengan orang lain yang telah merubah kedudukan awal. Hubungan kontrak ini memang dilakukan atas kemauan sendiri dan kerja sama dengan manusia lainnya. Sifat dari hubungan kontrak ini biasanya akan hilang jika ada terjadi putusnya suatu hubungan, ketika kontrak itu terputus maka perannya akan hilang. Selain itu hubungan kontrak ini juga bisa merubah peran sebelumnya dari karyawan biasa juga menjadi menjadi seorang bos. Adapun hubungan kontrak ini ada empat seperti hubungan pernikahan, pekerjaan, pendidikan, dan kenegaraan. 

2. hubungan sedarah

Selain hubungan kontrak hubungan peran manusia juga tergantung hubungan darah. Hubungan sedarah ini sifatnya selamanya, siapapun tidak bisa memutuskan hubungan ini, walaupun kedua belah pihak ingin memutusnya dan juga Ia tidak bisa merubah statusnya kepada yang lebih tinggi antara Dia dengan hubungan sedarah lainnya. Untuk hubungan sedarah ini misalnya seperti hubungan ayah dan anak, hubungan kakek dan cucu, hubungan adik dan kakak, dan semacamnya.

3. hubungan ketuhanan

Hubungan ketuhanan ini adakah hubungan yang memiliki perpaduan hubungan kontrak dan hubungan sedarah. Adapun hubungan sedarah yang dimaksud adalah hubungan yang tidak bisa terputus bukan hubungan kekeluargaan. Dalam hubungan ketuhanan ini memang kita sebagai manusia memiliki kontrak dengan tuhan dimana kita memiliki peran sebagai hamba untuk berjanji menyembahnya. Selain itu seorang hamba juga bisa meningkatkan hambanya dari yang tidak taat menjadi taat. Di sisi lain hubungan kontrak ini tidak bisa diputus selama Ia masih hidup di dunia ini.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...