Langsung ke konten utama

Filsafat Diri (Menilai Diri)

Dalam menilai diri, maka kit posisikan diri kita sebagai objek. Objek diri ini bisa dilihat dari diri sendiri dan orang lain. Melihat diri dari dua cara pandang yakni dari sudut pandang diri sendiri dan sudut pandang orang lain tentu kita harus memahaminya. Untuk lebih jelasnya kita bahas sebagai berikut:

A. Sudut pandang diri sendiri

Dari sudut pandang diri sendiri, maka kita harus bagai mana cara menilai diri sendiri. Ilmu untuk menilai diri sendiri ini saya rasa sangat penting untuk dilakukan karena banyak yang salah memahami diri sendiri, sehingga timbul penyakit hati seperti rasa sombong, iri, rendah diri dan lainnya.

Dalam memahami diri sendiri yang perlu kita gali adalah apa kelemahan, kekurangan, kelebihan dan kemampuan. Jika kita sudah mengetahui keempat hal tersebut maka kita bisa menggali dan membentuk diri yang sejati. Lalu bagaimana caranya kita mengetahui hal tersebut? Adapun untuk mengetahuinya yakni sebagai berikut: 

1. Analisa Kegagalan

Yang saya herankan terhadap orang saat ini, yakni mereka banyak yang takut untuk mencoba dengan alasan gagal. Padahal jika kita cerdas kegagalan itu bukan suatu kesalahan fatal, akan tetapi itu menjadi pelajaran agar kita tahu apa kekurangan dan kelemahan kita. Dari kegagalan itu maka kita harus analisis mengenai apa penyebab kegagalan tersebut. Misalnya seperti kalah dalam berlomba lari. Bisa saja ketika kalah lomba itu mungkin bisa saja kurang latihan, teknik berlari, dan semangat yang kurang sehingga itu bisa jadi kegagalan.

2. mencari solusi

Setelah kita tahu apa saya kekurangan dan kelemahan kita. Maka kita perlu mencari solusinya. Misalnya jika teknik nya kurang tepat maka solusinya harus mencari teknik yang lebih efektif. Jika staminanya lemah maka harus makan yang bergizi, istirahat yang cukup dan semacamnya. 

3. terus mencoba

Tidak ada obat yang ampuh untuk mengatasi kelemahan kecuali dengan terus mencoba. Ketika kita gagal maka itu bukan hal yang perlu disesali atau ditangisi, tetapi justru kita harus semangat itu harus dijadikan sebagai tentangan untuk terus mencobanya. 

4. mencoba hal baru

Jika ketiga poin itu sudah dilakukan, maka kita bisa saja untuk mencoba hal baru. Mungkin bisa saja kita gagal karena memang potensinya bukan disitu bisa saja di bidang yang lain. Adapun cara mencari potensi diri yakni terus mencoba dan menekuni hal yang baru, bisa saja ketika kita melakukan hal baru justru bisa lebih berprestasi. 

B. Sudut pandang orang lain (seni mendengarkan)

Sebelum kita menilai diri dari pandangan orang lain, maka kita harus bisa menilai diri dari sudut pandang diri sendiri, karena jika tidak kita akan salah memahami penilaian orang lain dan juga tidak pandai memilah penilaian yang baik untuk kita dan penilaian yang buruk untuk kita. Adapun cara cerdas dalam seni untuk dengarkan atau menilai, adalah sebagai berikut: 

1. Kawan atau lawan

Sebelum mendengarkan perkataan orang lain maka kita harus tahu posisi dia dengan kita, apakah dia lawan atau kawan. Jika dia kawan maka apa yang Ia bicarakan tentang kita adalah hal yang positif dan baik untuk didengarkan, walaupun perkataannya memang menyakitkan tetapi bisa saja dia bicara untuk kebaikan kita. jika dia lawan maka harus diwaspadai mengenai apa yang dia bicarakan tentang kita, bisa saja dia berkata manis tehadap kita tetapi justru ada niat tidak baik dalam ucapannya. Jadi, kita harus berhati-hati dengan ucapan orang lain jangan sampai mudah termakan oleh ucapan orang lain. 

2. Dekat atau jauh

Dalam mendengarkan ucapan orang lain maka kit juga harus memperhatikan apakah dia orang terdekat kita atau orang yang tidak dekat dengan kita. Semakin Ia dekat dengan kita, maka Ia lebih tahu apa kekurangan kita dan kelemahan kita, sehingga nasihatnya sangat diperlukan. Berbeda dengan orang tidak akrab dengan kita, mereka hanya melihat kita tanpa mengetahui kepribadian kita yang sesungguhnya, sehingga apa yang Ia ucapkan terhadap kita bisa saja hanya bualan saja. 

3. Pujian atau cacian

Semua orang pasti akan lebih memilih pujian daripada cacian. Padahal Justru kita harus lebih memilih cacian, agar kita tidak merasa sombong dan bisa mengetahui apa kekurangan kita. Jangan jadikan cacian sebagai bahan ejekan untuk kita tetapi jadikan cacian sebagai motivasi kita untuk menjadi lebih baik dan buktikan bahwa omongan mereka adalah salah. 

4. Bersikap bodoamat

Bodoamat memang sikap yang dianggap egois bagi sebagian orang lain, bersikap bodoamat memang mengajarkan kita untuk tidak mendengarkan perkataan orang lain. Memang sebaik-baiknya masukan adalah masukan dari diri sendiri, karena Ia lebih tahu apa kekurangan dan kelebihan kita. Ketika kamu sudah bisa mendengarkan kata hati dan tahu mana yang baik dan mana yang buruk maka omongan orang lain itu tidak diperlukan. 

5. Bijak dan Bodoh

Jika ada orang bijak yang menasehati kita maka dengarkanlah, walaupun Ia bukan orang yang kita kenal. Orang bijak memliki intusi yang kuat sehingga Ia bisa tahu apa kekurangan dan kelebihan kita, tanpa harus mengetahui kita lebih dalam. Perbedaan antara orang bijak dengan bodoh tentu bisa dilihat dari kehati-hatiannya dalam berbicara tutur katanya yang bijak dan tidak banyak bicara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...