Langsung ke konten utama

Tingkat kesadaran sosial

 Dalam kehidupan sosial tentu kita mengenal sebuah kesadaran sosial yang mana kesadaran sosial ini tentu menitik beratkan bagaimana terjadinya suatu perubahan sosial. Tidak hanya untuk kepentingan individu akan tetapi untuk semuanya serta juga membangun masyarakat yang sadar sosial juga. Bicara tentang kesadaran sosial tentu hal ini tidak segampang konsep yang dibuat. Memang perlu adanya upaya dalam menciptakan kesadaran sosial. Kesadaran sosial tentu tidak bisa dikonsepkan secara general atau dilakukan secara sama, akan tetapi tentu butuh analisis mengenai hubungan di setiap daerah bahkan kaitannya dengan sosial luar sehingga beda daerah pasti beda dalam penanganannya. Apalagi banyak faktor yang mempengaruhi kesadaran sosial tersebut. Kesadaran sosial tidak hanya menyangkut antara hubungan antar manusia akan tetapi juga membangun spirit sosial secara bersama-sama.

Namun secara umum mengenai tingkat kesadaran sosial ada setidaknya tiga tingkatan kesadaran sosial, yakni sebagai berikut:

1.   Kesadaran Konsumtif

Kesadaran ini mungkin banyak dimiliki oleh banyak orang karena tidak lain dimana kesadaran ini hanyalah sebatas sadar namun tidak bergerak. Ia mau bergerak jika orang lain bergerak sehingga ia sebenarnya ketergantungan pada dorongan orang lain secara istilahnya ia selalu membutuhkan motivasi orang lain. Orang seperti ini tentu banyak sekali ditemukan di mana-mana, terutama generasi sekarang yang mana ia hidup berdasarkan prinsipnya orang lain.

Namanya juga kesadaran konsumtif ia melakukan sebuah pergelaran berdasarkan nasihat orang lain, ia mau bergerak jika ada yang mendorongnya. Ininya kesadaran seperti ini adalah manusia yang bergerak atas prinsipnya orang lain yang tentunya prinsip ia adalah satu yakni jika menguntungkan dirinya maka ia akan mengikutinya.

Meski dipandang sebagai kesadaran yang negatif, namun tetap saja ini merupakan sebuah kesadaran awal atau dasar. Tentu apa yang ada dalam isi kepala akan menjadi sebuah landasan dalam bergerak, sehingga mereka yang masih berada pada kesadaran ini tentu harus bisa memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik. Kesadaran konsumtif juga hanya sekedar menelan informasi dan ilmu pengetahuan yang ada.

2.       Kesadaran Distributif

Naik menuju level kesadaran yang mana ia tidak hanya menelan dan memilah ilmu pengetahuan saja akan tetapi ia juga sudah mulai melakukan sebuah pergerakan yang mana ia sudah tahu kemana arah dan tujuannya. Orang yang berada pada tahap kesadaran ini tidak hanya berbicara tentang wacana namun juga ada aksi yang dilakukan. Dan ini lah mestinya yang kita lakukan dimana tidak hanya bacot komentar sana sini sedangkan disuruh bergerak terlalu banyak alasan.

Saat ini kita perlu adanya kesadaran distributif karena jika kita hanya pada kesadaran konsumtif dirasa sudah banyak informasi yang dikonsumsi justru jika hanya pada level konsumtif yang menjadi manusia pemarah dan bingung akan realitas dan bahkan menjadi orang pintar yang dungu. Kesadaran distributif ini yang mana dari ilmu yang dimiliki menjadi sebuah pergerakan sosial. Ini tentu tidaklah mudah karena terkadang sering terjadi kontradiksi antara ilmu dengan kenyataan. Namun disitulah tantangannya di sisi lain mau tidak maju kita memang harus belajar sambil bergerak dan itu yang dirasa sistem pendidikan yang efektif yang mana belajar sambil memahami keadaan lalu bergerak.

Namun tetap saja kesadaran distributif ini masih memiliki kekurangan yakni tentu akan menjadi seorang yang fanatik karena ia pada dasarnya konsumtif yang menjadi bergerak. Apa yang ada di dalam pikirannya itulah yang akan ia lakukan. Sehingga pada saat ini terutama banyak sekali sebulan golongan atau kelompok yang merasa benar sendiri bahkan ia menganggap orang yang berbeda paham itu haruslah disingkirkan. Kesadaran ini memang tergantung dari ideologi apa yang ia anut atau siapa orang yang ia kagumi.

Manusia ada tahap ini tentu tidak bisa disalahkan sepenuhnya jika ia salah dalam bergerak, bisa saja paham yang dianut lah yang salah atau karena ia salah dalam memahami sebuah informasi. Sehingga seperti yang dikatakan sebelumnya dalam menelan sebuah informasi tentu jangan ditelan mentah-mentah tanpa ada nalar kritis. Apa lagi kita hidup di era sertba fitnah yang mana kita tidak bisa begitu saja mempercayai begitu saja sebuah informasi. Apalagi tentu dalam sebuah gerakan meski terlihat baik akan tetapi bisa saja ada niat terselubung didalamnya dimana ia menyembunyikan niat buruknya dalam sebuah tindakan kebaikan.

3.       Kesadaran produktif

Pada tingkat kesadaran ini mungkin jarang dan sedikit orang yang bisa pada tahap ini. Tia tentu tidak hanya sekedar memiliki pengetahuan atau bergerak namun ia juga menggerakkan yang lain dengan prinsip yang ia miliki. Ia bisa melakukan sebuah gerakan perubahan tentu ini tidak seperti apa yang dikatakan oleh pemerintah. Gerakan perubahan ini mengubah atau menciptakan sebuah antitesa dan sintesa terhadap sistem yang lama lalu menggantinya dengan pemikiran yang ia produksi.

Kesadaran produktif selalu menciptakan gerakan-gerakan baru dan sistem-sistem baru dari sebelumnya dimana semestinya gerakan perubahan ini bisa merubah keadaan yang buruk menjadi baik atau lebih baik lagi. Mungkin ini sulit untuk dijalankan apalagi kita ketahui tentu akan ada banyak kelompok yang berseberangan dengan pemahaman yang ia miliki. Tentu ini menjadi tantangan dimana ini menjadi sebuah pertaruhan apakah ia terus menghadang atau tidak. Tentu semakin banyaknya perlawanan maka ia akan menciptakan banyak pagi sebuah pemikiran, sistem dan pola gerakan. Ia selalu belajar dari sistem lama kemudian mengkritisinya lalu menciptakan sebuah solusi yang dianggap revolusioner. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...