Langsung ke konten utama

Apa itu Kerja

Kata "kerja" mungkin adalah sesuatu yang sering kita dengar. Secara umum kerja berarti melakukan sesuatu meskipun dia sekalipun. Secara khusus kerja adalah seseorang yang melakukan sesuatu demi mendapatkan hasil seperti uang misalnya.

Kerja ini mungkin banyak orang yang melakukannya sekaligus banyak yang menyukainya apalagi generasi z sekarang yang mana jati diri adalah bukan bekerja akan tetapi mencari hiburan. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang menjadikan pekerjaan sebagai bagian dari hidupnya. 

Terlepas dari suka atau tidak sukanya pada suatu pekerjaan. Pekerjaan itu merupakan cara untuk bertahan hidup, bagi anak gen z ia bekerja stress lalu liburan berbeda dengan generasi sebelumnya bekerja lalu tidur di rumah saja sudah cukup. Jadi bekerja memang bukan masalah lelah sebenarnya tetapi untuk mencapai tujuan lainnya. 

Bekerja bisa dikatakan merupakan cara manusia bertahan hidup. Berbeda dengan pekerjaan di masa lalu yang mana ia bekerja langsung mendapatkan hasil seperti hasil kongkrit buruan atau tumbuhan, namun sekarang bekerja untuk mendapatkan hasil yang abstrak. Yang abstrak itu uang misalnya. 

Pekerjaan-pekerjaan sekarang memang semakin lama semakin abstrak di mana banyak pekerjaan pekerjaan yang jauh dari sesuatu yang kongkrit. Misalnya menjadi seorang penulis cerita maka apa yang dihasilkan dalam cerita tersebut tentu saja dalam sebuah cerita tidak dapat menghasilkan makanan. Ia akan mendapatkan makanan jika ia di gajih atau mendapatkan bonus jika banyak yang menyukainya. Dan sekarang pun banyak yang bekerja tidak hanya digaji oleh perusahaan atau pemerintah namun di bayar oleh penonton yang dimana semakin banyak yang menyukainya maka semakin banyak hasil yang didapat. 

Jika dulu manusia bekerja untuk memberikan manfaat secara kongkrit namun sekarang mungkin manfaat dalam hal lain yang mana manfaat itu tidak bisa dipahami secara kongkrit. Semisal menjadi seorang designer maka apa gunanya menciptakan pakaian aneh-aneh dan mungkin bagi kita itu pekerjaan yang tak berguna dan memang karyanya tidak berguna dalam dunia nyata. Namun bagi orang yang pecinta seni itu mungkin memiliki nilainya tersendiri dan dihargai harga fantastis. 

Entah ini adalah sebuah ketimpangan pekerjaan atau bukan mengapa pekerjaan itu dihargai dari segi otaknya bukan fisiknya bahkan sekarang tidak hanya sekedar otak saja namun yang penting banyak yang suka. Jika kita bekerja menjadi seorang buruh tani mungkin jika dibandingkan dengan seorang model yang bekerja hanya bergaya saja tentu gajinya berbeda jauh. Padahal mereka sama-sama bekerja bahkan menjadi buruh tani lebih melelahkan dan lebih bermanfaat pekerjaannya. Tanpa mereka mungkin kita tidak bisa makan hari ini. Berbeda dengan para model yang hanya bermodalkan fisik ia bisa meraup banyak penghasilan hanya beberapa kali pemotretan saja. 

Jika dilihat dari pekerjaan dan manfaat tentu mestinya buruh tani lah yang harus mendapatkan penghasilan yang banyak. Namun ini memang sebuah sistem yang mana sistem kita ini apa-apa diukurnya dengan uang. Kita sekolah tujuannya bukan ilmu pengetahuan akan tetapi untuk mendapatkan uang. 

Semakin hari memang pekerjaan itu semakin abstrak sehingga memang sistem sosial dan pikiran kita menjadi jauh dari sesuatu yang kongkret. Banyak sekali anak-anak muda sekarang ingin bekerja pada sesuatu yang abstrak seperti designer, ilustrator, model dan semacamnya yang mana itu tidak memberikan manfaat bagi masyarakat secara kongkret. 

Tentu ini akan berimbas pada semakin hilangnya pekerjaan-pekerjaan yang kongkret seperti petani, sopir, buruh dan lain semacamnya. Karena bangan yang menganggap bahwa pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang hebat, melelahkan dan penghasilannya sedikit. Jika seperti ini terus maka akan terjadi ketimpangan pekerjaan yang berakibat pada kelangkaan makanan namun uang banyak di mana-mana. Di masa tersebut maka uang sudah tidak ada artinya lagi bagi kehidupan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...