Langsung ke konten utama

Iblis Mencintai Kebebasan

Bicara soal kebebasan siapa yang tidak menyukainya. Sebuah kebebasan adalah keinginan dan harapan yang diinginkan oleh setiap orang. Manusia hidup dan berjuang tentu untuk meraih sebuah kebebasan. 

Definisi dari sebuah kebebasan manusia biasanya berbeda-beda. Ada yang mengatakan kebebasan itu memiliki banyak uang, memiliki jabatan tinggi, hidup dengan alam, tidak diatur-atur oleh orang lain, tidak terikat dan lain semacamnya. Pada intinya kebebasan adalah lepas dari suatu belenggu. 

Mengenai kebebasan saat ini yang banyak dipahami oleh banyak orang, apakah itu adalah sebuah kebebasan atau hanya sebuah jebakan setan. Tentu ini sulit sekali untuk membedakannya. Apalagi setan itu paham betul seperti apa hasrat manusia. Manusia seakan-akan diberi sebuah kebebasan padahal ia hanya mengikuti nasihat setan belaka. 

Di dunia ini sebenarnya tidak ada manusia yang benar-benar bebas dari hal apapun. Selama kita masih butuh akan sesuatu hal meski hidup di hutan sekalipun tetap saja kita tidak bebas begitu saja. 

Jika melihat budaya sosial masyarakat saat ini tentu masyarakat teramat terbuka pada sesuatu meski selalu mengundang pro kontra di kalangan masyarakat. Saat ini kita bebas memilih makanan mana yang ingin kita konsumsi baik masakan luar maupun dalam semuanya tersedia. Mau liburan kemanapun semuanya bebas memilih. Bahkan di rumah saja pun banyak hiburan yang tersedia. Saat ini memang banyak varian hiburan sehingga kita bebas untuk memilih hal apa yang kita suka. Mungkin Jika ini lah kebebasan yang di maksud saat ini dimana banyaknya hiburan dan kemudahan akses dalam memilikinya. 

Meski hal tersebut menyenangkan untuk dilakukan, apakah itu bukan berarti tidak memiliki dampak buruk. Kebanyakan justru kebebasan itu malah membuat kita semakin terbelenggu. Semisal kita bebas makan banyak hingga pada akhirnya justru membawa penyakit, atau bebas memilih hiburan justru pada akhirnya kita menjadi boros dan tidak memiliki simpanan uang. Kebebasan yang awalnya menyenangkan justru menjadi sebuah belenggu yang menyiksa. 

Mungkin inilah akibatnya jika kita terlena akan kebebasan. Yang mana kita meniadakan moralitas, meniadakan aturan, meniadakan etika, seakan-akan itu adalah hal yang tidak penting dan membelenggu. Justru malahan yang membelenggu itu adalah kebebasan yang tak karuan. 

Jika dulu berpakaian terbuka adalah hal yang tabu dan tidak bermoral namun sekarang hal tersebut menjadi sebuah trendi alasannya itu adalah kebebasan dalam berbudaya dan berpakaian. Namun pada akhirnya pelecehan dimana-mana dan yang disalahkan adalah kaum pria. Selain itu juga pergaulan antara laki-laki dan perempuan itu begitu bebas lalu ketika hal yang tak terduga jadi saling tuduh dan saling menyalahkan. Inilah kebebasan yang dicintai setan seakan-akan ia menuju kebahagiaan justru sebenarnya malah ke jurang kebinasaan. 

Sehingga kita berpikir bahwa, apakah ini adalah sebuah kebebasan atau jebakan setan. Jika kebebasan itu adalah jebakan setan lantas apakah kita harus terbelenggu agar tidak terjebak dalam jebakan setan. 

Mungkin kita perlu mengkonsep ulang mengenai konsep kebebasan itu sendiri jangan sampai kita asal saja dalam memahami arti sebuah kebebasan. Kebebasan yang sesungguhnya pada intinya tergantung dari sebuah ending cerita. Apabila kebebasan yang kita pilih membuat kita semakin baik itulah kebebasan yang sesungguhnya namun jika sebaliknya itu adalah jebakan setan. Kebebasan yang sesungguhnya tidaklah menutup mata berjalan penuh hati serta perlu adanya ilmu dan petunjuk untuk melangkah. Kebebasan yang sesungguhnya tentu membutuhkan ilmu yang mempuni karena tanpa ilmu pengetahuan serta hati nurani kebebasan yang dianut hanyalah kehampaan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...