Langsung ke konten utama

Hegemoni dan Nilai

Antara hegemoni dengan nilai ini merupakan sesuatu yang saling berkaitan. Dimana nilai adalah pandangan individu atau kelompok sedangkan hegemoni itu bagaimana sebuah nilai dapat mempengaruhi nilai lainnya. 

Apalagi di masa sekarang ini yakni era media sosial dimana banyak sekali orang dan berbagai cara pandang di dalamnya. Dimana media sosial tidak hanya sekedar memberikan sebuah informasi akan tetapi saling mempengaruhi satu sama lain. 

Setiap orang pasti ingin mempengaruhi orang lain sesuai nilai yang dimilikinya. Ada yang berpandangan dunia itu buruk maka ia akan menyebarkan nilai-nilai keburukan dunia, ada yang berpandangan dunia itu baik maka ia akan menyebarkan nilai-nilai kebaikan. Dunia ini memang seperti sebuah jaringan dimana antara satu dengan yang lain saling terhubung dan saling mempengaruhi. 

Hegemoni mungkin tidak hanya pemerintah saja yang bisa melakukannya tetapi seperti selebgram, influencer, artis bahkan orang biasa yang viral bisa mempengaruhi nilai banyak orang. Dinamika hegemoni saat ini memang terbilang unik dan juga kompleks. Unik dalam artian sebuah hegemoni itu bahkan bisa membuat manusia untuk berpikir bahwa dunia 2D itu nyata dan menganggap dunia nyata adalah ilusi. Hegemoni tidak hanya sekedar bagaimana mengontrol masa akan tetapi juga berbagi kesenangan. 

Memang hegemoni saat ini begitu kompleks dimana seorang selebgram pun juga bukan berarti ia bebas dari sebuah nilai. Ia mempengaruhi orang lain tentu atas dasar dipengaruhi orang lain juga. Semisal ia membeli sebuah prodak yang aman sebuah konsumsi sesuatu itu karena pengaruh dari yang lannya seperti perusahaan misalnya. 

Namun tetap saja meski sebuah hegemoni itu bisa mempengaruhi nilai seseorang akan tetapi ada lagi yang namanya penerimaan nilai. Sebuah nilai yang baru hadir tidak serta merta nilai itu diterima oleh banyak orang. Ketika seseorang berpendapat pada sesuatu pasti setiap orang memiliki pandangannya masing-masing terhadap hal tersebut. Ada yang pro dan ada yang kontra. Yang pro mungkin ia menerima nilai tersebut sedangkan yang kontra ia menolak nilai tersebut. 

Antara dulu dengan sekarang itu sangatlah berbeda. Jika dulu kita dihegemoni dengan satu arah namun sekarang berbagai arah. Entah itu pemerintah, selebgram, artis maupun yang sedang viral. Jika dulu mungkin manusia hanya menerima-menerima saja karena ia tidak memiliki nilai kuat dalam dirinya namun sekarang tentu berbeda dimana manusia saat ini memiliki nilai tersendiri dalam hidupnya jika kita lihat dalam kolom komentar ia berpendapat pasti karena ia sudah memiliki nilai diri sebelumnya. Namun tetap saja masih banyak manusia-manusia yang tidak memiliki sebuah nilai yang jelas ia hanya sekedar ikut-ikutan saja tanpa tahu pasti apakah itu baik atau tidak. Ini mungkin bisa dikatakan nilai bebas, yang mana prinsipnya nilainya adalah yang penting disukai banyak orang dan menjadi populer atau mungkin hanya untuk hiburan semata. Hidupnya hanyalah sekedar menonton hiburan semata tanpa prinsip yang jelas untuk apa ia hidup. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...