Langsung ke konten utama

Kebenaran adalah Sesuatu yang Subjektif

Bicara soal pendapat tentu setiap orang memiliki cara pandangnya terhadap sesuatu. Keragaman cara pandang ini bisa jadi sesuatu yang menguntungkan bisa jadi sesuatu yang merugikan. Keuntungannya jika segala pemikiran menjadi satu tentu membuat sebuah pemikiran menjadi saling melengkapi dan menjadi sempurna. Namun ini menjadi sebuah bencana jika satu sama lain merasa benar dan saling menyalahkan. 

Mengapa masih banyak orang yang merasa paling benar padahal kebenaran itu relatif. Seseorang yang merasa dirinya benar disebabkan karena adanya bias pengetahuan. Seakan-akan pemikiran kita itu benar nyatanya tidak demikian. Sebuah pikiran itu seperti mata yang melihat ke depan, tentu jika mata dipaksakan untum melihat kiri kanan secara bersamaan itu sulit. Meski ia bisa melakukannya akan tetapi pandangannya bias. 

Sebuah pikiran itu memang seperti itu kita benar karena apa yang kita tahu atau mempercayai kebenaran orang lain atas sepengetahuan kita. Memang sulit jika kita mencari sebuah kebenaran yang tidak bias. Namun kita bisa meyakini bahwa itu adalah sebuah kebenaran akan tetapi itu hanyalah kebenaran relatif atau kebenaran sementara.

Kebenaran adalah sesuatu yang subjektif meski kita menganut sebuah kebenaran berasal dari orang lain akan tetapi kebenaran itu telah berubah menjadi kebenaran lainnya. Semisal jika kita memahami sebuah kelompok kepercayaan, ada yang sebagai pemuka agama ada yang sebagai pengikutnya. Baik pengikut maupun pemuka agama pasti memiliki kepercayaan yang sama. Namun tetap saja keduanya memiliki perbedaan dan alasan. Seorang pengikut mungkin hanya sekedar ikut-ikutan saja sedangkan pemuka agama ia mungkin paham bahwa ia percaya karena keilmuannya atau bisa saja jabatannya. 

Jadi, bisa dikatakan bahwa kebenaran itu tergantung dari tiga faktor yakni jabatan, keilmuan dan kepentingan. Semuanya berkorelasi dan membentuk sebuah alasan mengapa ia berpikiran demikian. Dari sini kita bisa berasumsi bahwa semua pemikiran dan kepercayaan itu tidak ada yang memiliki kesamaan meskipun ia satu agama. 

Mungkin kita bisa ulas satu persatu mengenai tiga hal tersebut: 

Pertama, jabatan. Mengapa jabatan ini berpengaruh pada cara pandang seseorang tentang sebuah kebenaran. Jabatan ini tidak hanya sekedar jabatan di pekerjaan atau negara akan tetapi juga di keluarga pun juga bisa atau juga popularitas di masyarakat. Jabatan ini pasti ada posisi dan kuasa, maka dengan posisi kuasanya ia bisa saja memanfaatkannya untuk kebaikan atau keburukan. Karena jabatan ini pasti orang akan melihat siapa dia. Semakin tinggi jabatannya tentu ia memiliki kuasa dan pengaruh semakin besar. Bagi lemah mentalnya tentu dalam prinsip kebenarannya pasti akan goyah dan akan beralih kepada kebenaran lain. 

Kedua, keilmuan. Sebuah kebenaran itu bisa dipengaruhi seberapa luas wawasannya dan seberapa dalam pengetahuannya. Keilmuan ini tentu sangat berpengaruh pada sebuah prinsip kebenaran. Biasanya orang yang berwawasan tinggi dan memiliki kedalaman ilmu ada kemungkinan akan bergeser pada kebenaran lain atau bisa saja ia memperkuat kebenaran sebelumnya atau ia bisa berpindah kemudian kembali ke kebenaran sebelumnya. Semuanya bisa terjadi tergantung dari penerimaan keilmuan itu sendiri. Karena tidak hanya cukup akan keilmuan akan tetapi penerimaan ilmu tersebut juga bisa mempengaruhi kebenaran seseorang. Mungkin saja ia telah mengetahui bahwa kebenarannya salah namun hal tersebut juga tergantung dari dirinya apakah mau menerima ilmu baru tersebut atau tidak tentu ini akan menjadi sebuah pertimbangan berat apalagi menyangkut soal kepercayaan. 

Ketiga, kepentingan. Entah itu kepentingan politik atau kepentingan lainnya, sebuah kebenaran itu pada intinya adalah sebuah kepentingan. Tidak mungkin ada namanya manusia yang percaya begitu saja terhadap sesuatu yang tidak menguntungkan bagi dirinya, entah itu keuntungan yang materil maupun imateril, baik balasannya nanti di akhirat atau di dunia. Seseorang yang memiliki jabatan yang setara serta keilmuan yang sama belum tentu memiliki kepentingan yang sama. Meski mereka melakukan kerja sama, tentu ia ingin melakukan hal tersebut karena ada kepentingan berbeda di dalamnya. Karena kita sering melihat bahwa pemuka agama pun bisa menjadi buruk karena ada kepentingan terselubung di dalamnya atau seorang penjahat bisa saja ia baik karena di dalam pikirannya pasti ada kepentingan. 

Yang bersikap baik belum tentu ia adalah orang yang baik, yang jahat belum tentu ia adalah orang yang baik. Niat adalah sesuatu yang bias dan tidak bisa kita pahami dan pelajari isi hati seseorang. Apalagi soal kebenaran yang mana meski satu kelompok memilik kepercayaan yang sama akan tetapi karena manusia itu subjektif sehingga sebuah kebenaran tidak dapat disamaratakan. Kebenaran sejatinya adalah otoritas pribadi, manusia tidak bisa memaksakan kebenarannya kepada orang lain meski pemuka agama sekalipun dan yang berhak untuk mengubah kebenaran dari dirinya tentu saja dirinya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan tidak Menciptakan Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak- hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Lalu apakah kemiskinan itu tuhan sendiri yang menciptakannya atau manusia sendirilah yang menciptakan kemiskinan tersebut. Akan tetapi banyak dari kalangan kita yang sering menyalahkan tuhan, mengenai ketimpangan sosial di dunia ini. Sehingga tuhan dianggap tidak mampu menuntaskan kemiskinan. (Pixabay.com) Jika kita berfikir ulang mengenai kemiskinan yang terjadi dindunia ini. Apakah tuhan memang benar-benar menciptakan sebuah kemiskinan ataukah manusia sendirilah yang sebetulnya menciptakan kemiskinan tersebut. Alangkah lebih baiknya kita semestinya mengevaluasi diri tentang diri kita, apa yang kurang dan apa yang salah karena suatu akibat itu pasti ada sebabnya. Tentunya ada tiga faktor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi, yakni pertama faktor  mindset dan prilaku diri sendiri, dimana yang membuat seseorang...

Pendidikan yang Humanis

Seperti yang kita kenal pendidikan merupakan suatu lembaga atau forum agar manusia menjadi berilmu dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan merupakan tolak ukur sebuah kemajuan bangsa. Semakin baik sistem pendidikannya maka semakin baik pula negaranya, semakin buruk sistem pendidikannya semakin buruk pula negara tersebut. Ironisnya di negara ini, pendidikan menjadi sebuah beban bagi para murid. Terlalu banyaknya pelajaran, kurangnya pemerataan, kurangnya fasilitas, dan minimnya tenaga pengajar menjadi PR bagi negara ini. Saat ini pendidikan di negara kita hanyalah sebatas formalitas, yang penting dapat ijazah terus dapat kerja. Seakan-akan kita adalah robot yang di setting dan dibentuk menjadi pekerja pabrik. Selain itu, ilmu-ilmu yang kita pelajari hanya sebatas ilmu hapalan dan logika. Akhlak dan moral dianggap hal yang tebelakang. Memang ada pelajaran agama di sekolah namu hal tersebut tidaklah cukup. Nilai tinggi dianggap orang yang hebat. Persaingan antar sesama pelajar mencipta...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...