Langsung ke konten utama

Bagaimana Saya Menilai Sesuatu

Penilaian ini sebenarnya penilaian secara pribadi bukan cara pandang secara umum atau berdasarkan pribadi. Ini hanya sekda cara pandang saya baik mengenai dunia, manusia dan lainnya. Setiap orang pasti memiliki cara pandang namun apabila cara pandang saya ada yang tidan menyukainya itu adalah hal yang wajar, karena perbedaan itu memang tidak bisa dihindari. 

1. Menilai sesuatu dari fungsi dan manfaatnya

Saya memang membeli barang bahkan menilai seseorang dari kebermanfaatannya. Prinsip saya barang itu diciptakan untuk digunakan bukan hanya sekedar suka saja lalu ketika bosan dibuang begitu saja. Saya rasa untuk apa gunanya membeli barang banyak-banyak, padahal satu dua barang saja sudah cukup. Dan saya menilai seseorang juga berdasarkan apa yang dibeli dan apa yang digunakan. Dari bagaimana ia membeli dan memutuskan barang akan diketahui seperti apa orang tersebut. Orang yang membeli kebutuhan barang dengan semestinya biasanya ia adalah orang yang matang dalam berpikir serta tidak ribet dalam hidupnya serta juga memiliki prinsip yang baik. Berbeda dengan orang yang hanya sekedar suka pada barang lalu asal membelinya biasanya ini adalah orang yang kurang disiplin, tidak memiliki prinsip dan masih banyak lagi sisi negatifnya. 

Selain itu manusia pun juga dilihat dari seberapa besar manfaat yang ia berikan pada orang lain. Percuma jika cantik, jabatan tinggi, pintar jika ia hanya memperdulikan dirinya sendiri dan justru hanya menjadi beban bagi orang lain. Memilih pasangan pun juga demikian jangan hanya cantiknya saja akan tetapi memiliki keterampilan ada saja dalam dirinya. Perempuan yang cantik namun hanya bisa diajak jajan dan jalan-jalan saya rasa apa bedanya dengan memelihara anjing atay kucing. Bukan berarti merendahkan akan tetapi menjadi manusia memang demikian dinilai dari kebermanfaatannya. Semakin ia bermanfaat bagi orang banyak maka semakin ia tinggi nilainya. 

2. konfrehensif dan holistik

Tentu penilaian ini juga tidak kalah penting dimana orang fanatik atau merasa paling benar itu karena sebab ia tidak memahami sesuatu secar konfrehensif atau menyeluruh. Saya rasa seseorang boleh berpendapat akan tetapi seseorang pendapatnya salah karena tidak menyeluruh. Pemahaman yang tidak menyeluruh bukannya memberikan solusi justru hanya membuat sesuatu yang sudah buruk justru malah semakin buruk.

Mengenai hal apapun itu tentu harus dilihat sisi positif dan negatifnya. Tidak ada yang namanya sesuatu hal yang positif semua dan negatif semua semuanya pasti memiliki dua sisi yang berlawanan. Memahami sesuatu secara menyeluruh ini memang dirasa penting agar tidak terburu-buru dalam menilai sesuatu. 

Penilaian secara menyeluruh tentu bisa menggambarkan sesuatu lebih jelas dan lebih mendekati kebenaran. Prinsipnya bahwa semakin konfrehensif dan holistik dalam memahami sesuatu maka semakin ia mendekati kebenarannya semakin ia sedikit pemahamannya maka semaki jauh dari kebenaran. Jadi kita bisa menilai seseorang tergantung dari seberapa luas cara pandanganya, dan ketepatan dalam menyusun argumen. 

3. Melihat sesuatu berdasarkan realitanya

Memang menjadi idealis dan logis itu adalah hal yang baim dan dalam memutuskan apapun kita harus berpikir logis jangan sampai terbawa perasaan. Namun di dunia ini masih banyak yang tidan logis namun memang benar nyata adanya. Jadi saya berpikir sebenarnya apakah logika itu penting, tetap saja dianggap penting namun dari yang terpenting itu mana yang sekiranya harus diprioritaskan. 

Terkadang memang ada sebuah argumen yang logis namun ketika diterapkan dalam dunia nyata ternyata berbeda jauh dengan apa yang dikonsepkan dalam pikiran. Mungkin kita pun juga sulit untuk menentukan dua perdebatan yang sama-sama logis. Namun dibalik sesuatu yang logis tentu ad yang lebih logis lagi yakni logika yang sesuai dengan realitas. 

Semisal katanya orang sukses itu dilihat dari nilainya namun secara kenyataan justru bukan itu yang menjadi faktor penentunya. Sehingga menjadi kebenaran baru apakah iya benar jika nilai tinggi itu bisa membuat sukses. Lalu dicari mana yang relevan dalam mencapai sebuah kesuksesan. 

Mencari sebuah realitas itu tidak akan pernah berhenti untuk selesai. Pasti akan selalu ada kebenaran-kebenaran lainnya yang lebih relevan dan benar apa adanya. Maka saya lebih memilih sesuatu yang real apa adanya dari pada hanya berputar-putar pada logika dan teori. 

Selain itu kebenaran logis jika dipercaya maka harus diwujudkan. Hanyalah omong kosong apabila sebuah kebenaran, kepercayaan ataupun semacamnya itu tidak dijalankan. Percuma saja jika percaya bahwa bersedekah itu akan diberi balasan lebih besar namun pada kenyataannya justru ia tidak bersedekah. Sehingga bisa kita yakini sesuatu yang penting itu bukan berdasarkan apa yang dibicarakan atau dipikirkan tetapi apa yang dilakukan. 

4. Moral dan hati nurani

Dari semua penilaian maka ini adalah sebuah penilaian yang paling penting. Mungkin kita bisa berargumen yang logis dan benar serta bisa dipraktikkan dalam kenyataan. Namun yang perlu kita perhatikan atau yang lebih penting tentu itu adalah moral itu sendiri. Bicara moral maka bukan hanya melihat dari diri sendiri akan tetapi secara menyeluruh atau mencakup banyak orang. 

Meski benar prinsip kita namun tetap saja jika sesuatu itu tidak bermoral maka selogis apapun argumennya dan seluar apapun pengetahuannya tetap saja dianggap salah. Percuma saja kita memiliki wawasan luas jika tujuannya sombong, percuma saja jika kita bermanfaat bagi orang banyak jika tujuannya untuk memperalat orang lain. Intinya dalam melakukan sesuatu pun juga harus dengan hati nurani jangan sampai ada niat jahat dalam tindakan yang baik. 

Ketika kita berbuat buruk pada orang lain tentu kita tanyakan pada hati nurani kita apakah ini yang ingin dicapai dan dilakukan lalu apa gunanya melakukan itu, apa arti dan nilai kehidupan jika tanpa moral dan akhlak. Kita ini tentu saja manusia yang mana ini menjadi pembeda dengan manusia buatan. Kita mungkin saja kalah oleh kecerdasan buatan secara pengetahuan dan logika namun yang tidak dimiliki kecerdasan buatan tentu itu adalah hati dan moralitas itu tersendiri. Ia tidak bisa dibuat manusia dan memang itu sesuatu yang spesial diberikan oleh Tuhan kepada manusia. 

Jadi inilah saya dalam memahami atau menilai sesuatu. Jika memang ada yang kurang dan salah itu adalah sesuatu hal yang wajar karena tidak ada manusia yang begitu sempurna dimuka bumi ini. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...