Langsung ke konten utama

Perubahan Nilai diri dari Waktu ke Waktu

Setiap masa pasti tentunya selalu mengalami perubahan nilai. Suatu perubahan nilai pada masa transisinya pasti akan mengalami sebuah pertentangan dari nilai lama lalu kemudian munculah nilai baru antara gabungan nilai yang saling bertentangan. 

Termasuk pada perubahan nilai diri pribadi tentunya sering terjadi pada diri kita. Entah itu laren faktor lingkungan, pengetahuan maupun kondisi jiwa kita, semuanya pasti mempengaruhi dan berkontribusi pada diri kita. Seseorang hebat itu pasti di lihat dari nilai mengenai bagaimana ia memandang sesuatu. 

Terkadang memang ada yang hidupnya monoton karena memang ia tidak ada perubahan nilai pada dirinya. Baik buruk benar salah semua itu tergantung nilai pada dirinya. orang yang berbuat buruk itu sebenarnya adalah nilai yang menurutnya benar dan salah menurut kita. Jadi memang sesuatu itu tidak bisa dipahami secara baku akan tetapi dapat dipahami secara umum apakah ia memang itu adalah sesuatu yang baim atau buruk dan bagi yang melakukanya mungkin saja ia saja ia sadar bahwa apa yang dilakukan adalah sesuatu hal yang buruk. 

Bagi yang melakukan keburukan sebenarnya terjadi sebuah pergeseran dari nilai umum menjadi nilai diri pribadi. Orang yang mencuri pada awalnya ia tidak mau mencuri. Namun mungkin saja ada sekelompok orang yang menilai bahwa mencuri itu baik lalu ia pun secara langsung nilai itu terinduksi pada dirinya. Kemudian ia mencoba dan terus mencoba dan pada akhirnya itu menjadi sebuah kebiasaan dan membentuk nilai pada dirinya bahwa itu adalah benar dan menjadi kebenaran baru. 

Namun pada titik tertentu ia pun juga bisa berubah nilai kembali bahwa perbuatan apa yang dilakukan itu merupakan sesuatu yang tidak benar. Ini adalah titik mulai ia mulai sadar dan ingin kembali ke jalan yang benar. Namun karen satu kondisi yakni lingkungannya yang tidak memungkinkan dirinya untuk berubah. 

Suatu perubahan yang akan terjadi pada dirinya mungkin pertama ia memberanikan diri untuk melawan nilai tersebut atau ia ada dukungan dari orang lain untuk melakukan hal tersebut. Tentu ini tergantung dari sekuat apa mentalnya dan apakah ia bisa merubah karakter kelompok tersebut dari yang awalnya senang mencuri lalu tidak mencuri. 

Perubahan ini tentu harus dilakukan tidak hanya kepada diri orang lain akan tetapi pada dirinya terlebih dahulu. Suatu perubahan nilai yang efektif memang nilai diri terlebih dahulu yang harus diubah. Akan tepi memang ada juga orang yang menyadarkan orang lain namun dirinya sendiri itu tidak mau berubah. Hal ini tentu ada kepentingan politik di dalamnya, ia memiliki niat jahat dengan strategi berkelakuan baik.

Memang ini yang sulit untuk dideteksi dimana sebuah nilai yang terselubung. Ia mungkin adalah seseorang yang munafik jika berperilaku ia berpandangan A namun dalam perasaannya ia berkata lain. Ia mungkin memiliki sebuah nilai yang mana nilai pada dirinya adalah mencari keuntungan untuk diri pribadi. Jadi nilai egoisme lah yang ada pada dirinya. Ia adalah  seseorang yang tidak masuk pada satu kelompok ia hanya orang yang senang bersembunyi di balik suatu kelompok demi keuntungan pribadinya. 

Seakan-akan adalah pribadi berubah namun sejatinya ia pribadi yang berubah-ubah namun tak berubah secara dalam. Orang seperti tentu sulit untuk disadarkan dan lebih baiknya memang orang seperti itu diasingkan. Tentu mestinya kita menjadi seseorang yang memiliki cara pandang nilai yang tinggi tidak hanya sekedar mencari keuntungan semata. Memang suatu nilai itu harus realistis  dengan dunia nyata namun jika ingin merubah sesuatu tentu harus memiliki nilai yang visioner.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...