Langsung ke konten utama

Konteks Munculnya One Dimension Man

Sejarah dan konteks munculnya One-Dimensional Man melibatkan banyak peristiwa penting dalam sejarah politik, sosial, dan intelektual Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-20. Herbert Marcuse, yang menulis buku tersebut, adalah seorang filsuf dan teoretikus politik Jerman-Amerika yang aktif di lingkungan akademik di Amerika Serikat.

Salah satu faktor yang memengaruhi Marcuse dalam menulis One-Dimensional Man adalah pengalaman pribadinya selama masa hidupnya. Ia lahir pada tahun 1898 di Berlin dan mengalami Perang Dunia I dan Revolusi Jerman tahun 1918. Pada tahun 1933, ia melarikan diri dari Jerman Nazi dan pergi ke Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, ia terpengaruh oleh pemikiran Marxis dan menjadi terlibat dalam gerakan radikal yang melawan kapitalisme dan hegemoni politik di Amerika Serikat.

Marcuse menulis One-Dimensional Man pada awal 1960-an, di tengah-tengah masa perang dingin dan pemberontakan sosial yang muncul di seluruh dunia. Peristiwa seperti krisis rudal Kuba, gerakan hak sipil, gerakan anti-perang, dan konflik di Vietnam semuanya mempengaruhi pemikiran Marcuse dan menjadi latar belakang bagi bukunya.

Selain itu, perkembangan teknologi dan ekonomi di Amerika Serikat juga menjadi faktor penting dalam konteks munculnya One-Dimensional Man. Perkembangan industri dan teknologi di Amerika Serikat telah menghasilkan kemajuan yang besar dalam pembangunan ekonomi, namun juga mengarah pada konsumerisme yang semakin meluas dan alienasi manusia dari nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar. Marcuse melihat bahwa kondisi ini dapat menghasilkan masyarakat yang terlalu terpaku pada gaya hidup konvensional dan kepuasan instant, dan kehilangan kemampuan untuk berpikir secara kritis dan melakukan tindakan yang menciptakan perubahan yang signifikan dalam masyarakat.

Melalui bukunya, Marcuse berusaha untuk membangkitkan kesadaran manusia tentang potensi dan kemampuan untuk berpikir secara kritis, dan memperjuangkan kebebasan dan kemanusiaan dalam masyarakat modern.

One-Dimensional Man adalah konsep yang diperkenalkan oleh filosof Herbert Marcuse dalam bukunya yang berjudul "One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society" yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1964. Konsep ini mengacu pada kondisi masyarakat modern yang dianggap terjebak dalam satu dimensi atau sudut pandang yang terlalu sempit, yang menghambat kemampuan manusia untuk berpikir secara kritis dan menciptakan perubahan yang signifikan dalam masyarakat.

Menurut Marcuse, masyarakat modern cenderung diatur oleh sistem teknologi dan ekonomi yang sangat mengintegrasikan masyarakat ke dalam struktur yang terpusat dan otoriter. Hal ini ditandai dengan kecenderungan manusia untuk menjadi lebih terlibat dalam konsumerisme, materialisme, dan hiburan massa, yang semuanya dikendalikan oleh kekuatan industri dan politik. Akibatnya, manusia menjadi terlalu terpaku pada gaya hidup konvensional dan kepuasan instant, dan kehilangan kemampuan untuk berpikir secara kritis dan melakukan tindakan yang menciptakan perubahan yang signifikan dalam masyarakat.

Marcuse mengemukakan bahwa One-Dimensional Man merupakan hasil dari teknologi yang semakin canggih dan sistem ekonomi yang terus berkembang. Teknologi dan kemajuan ekonomi telah menghasilkan kemakmuran material yang besar, namun juga mengarah pada dehumanisasi manusia dan penindasan individu yang dianggap "keluar dari garis". Pada akhirnya, One-Dimensional Man menghasilkan masyarakat yang sangat teratur dan terkendali, namun kehilangan kebebasan dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.

Beberapa kritikus menganggap konsep One-Dimensional Man sebagai keluhan yang berlebihan dan terlalu pesimistis tentang kondisi masyarakat modern. Namun, banyak pihak juga melihat pentingnya pemikiran Marcuse dalam membangkitkan kesadaran manusia tentang potensi dan kemampuan untuk berpikir secara kritis, dan memperjuangkan kebebasan dan kemanusiaan dalam masyarakat modern.

Referensi:

Top of Form

  • Kellner, D. (1984). Herbert Marcuse and the crisis of Marxism. University of California Press.
  • Marcuse, H. (1991). One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society. Beacon Press.
  • Marcuse, H. (1991). One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society. Beacon Press.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...