Langsung ke konten utama

Pendidikan Ala Industri Sebagai Agenda Memperkuat Kapitalisme

Pendidikan ala industri (industrial education) adalah pendekatan pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk masuk ke dunia kerja dengan memberikan pelatihan keterampilan dan pengetahuan yang spesifik dalam bidang industri tertentu. Pendekatan ini biasanya dilakukan dengan memberikan latihan praktikum, magang, dan keterlibatan langsung dalam pekerjaan di industri.

Tujuan dari pendidikan ala industri adalah untuk mempersiapkan siswa agar dapat menjadi tenaga kerja yang siap pakai di industri. Melalui pendidikan ala industri, siswa dapat mengembangkan keterampilan teknis dan profesional yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini, sehingga mereka dapat memiliki keunggulan kompetitif di pasar kerja.

Pendidikan ala industri seringkali berfokus pada program-program pendidikan vokasi dan teknis. Program-program ini biasanya menawarkan keterampilan khusus seperti perawatan mesin, desain grafis, teknik bangunan, kejuruan kuliner, dan sebagainya.

Pendidikan ala industri juga dapat dilakukan melalui program kerja sama antara lembaga pendidikan dan industri. Dalam kerja sama ini, industri akan memberikan akses ke sumber daya dan teknologi mereka serta memberikan pelatihan langsung kepada siswa. Siswa akan belajar tentang teknologi terbaru dan terbaik yang ada di industri, serta memperoleh pengalaman praktikum dan magang di perusahaan.

Meskipun pendidikan ala industri menekankan pada keterampilan teknis, namun tidak boleh dilupakan aspek-aspek lain seperti kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan komunikasi yang efektif. Pendidikan ala industri harus dapat mempersiapkan siswa untuk menjadi profesional yang berkompeten dan memiliki sikap yang baik dalam lingkungan kerja.

Namun terlihat bagus rupanya model pendidikan ala industri memiliki beberapa dampak buruk yang perlu diperhatikan:

  • Kurangnya pendidikan yang holistik: Fokus pada keterampilan teknis yang spesifik dalam pendidikan ala industri mungkin mengabaikan aspek-aspek holistik seperti kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan etika, yang penting dalam mencapai kesuksesan dalam karir dan kehidupan.
  • Kurangnya fleksibilitas: Pendidikan ala industri seringkali sangat terkait dengan kebutuhan industri tertentu, sehingga siswa mungkin tidak dapat mengubah jalur karir mereka dengan mudah jika terjadi perubahan dalam kebutuhan industri atau ketertarikan mereka sendiri.
  • Tidak semua pekerjaan memerlukan keterampilan teknis: Meskipun keterampilan teknis sangat penting dalam beberapa industri, tetapi tidak semua pekerjaan memerlukan keterampilan teknis. Oleh karena itu, pendidikan ala industri mungkin kurang relevan bagi mereka yang ingin mengejar karir di luar industri yang memerlukan keterampilan teknis.
  • Meningkatkan kesenjangan sosial: Pendidikan ala industri cenderung memfokuskan siswa pada keterampilan teknis dan kurang pada pengembangan kemampuan intelektual dan sosial. Hal ini dapat memperburuk kesenjangan sosial antara mereka yang mampu dan mereka yang tidak mampu memperoleh pendidikan khusus ini.
  • Memperkuat kapitalisme: Pendidikan ala industri dapat memperkuat sistem kapitalis, di mana industri menghasilkan keuntungan dengan menggunakan tenaga kerja yang terampil, tetapi tidak selalu memberikan penghargaan yang layak atau keadilan bagi mereka. Hal ini dapat menghasilkan kondisi yang memperburuk kesenjangan sosial dan ketidakadilan di masyarakat.

Dalam hal ini, pendidikan ala industri bukanlah solusi universal untuk mempersiapkan tenaga kerja yang siap pakai di industri. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan pendidikan yang holistik dan fleksibel yang dapat mengembangkan keterampilan teknis, intelektual, sosial, dan etika yang dibutuhkan dalam kehidupan dan karir. Pendidikan ala industri, meskipun mampu menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai di industri, juga bisa dianggap sebagai agenda untuk memperkuat sistem kapitalisme.

Sistem kapitalisme didasarkan pada produksi barang dan jasa untuk tujuan menghasilkan keuntungan yang maksimal, dan tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi utama yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Pendidikan ala industri memfokuskan siswa pada keterampilan teknis yang spesifik dan relevan dengan kebutuhan industri, dan seringkali tidak memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan keterampilan intelektual dan sosial yang lebih holistik.

Dalam sistem kapitalisme, perusahaan bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan tenaga kerja yang terampil, tetapi tidak selalu memberikan penghargaan yang layak atau keadilan bagi mereka. Pendidikan ala industri mempersiapkan siswa untuk menjadi tenaga kerja yang terampil dan siap pakai di industri, tetapi mungkin kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami pentingnya nilai-nilai sosial dan etika dalam kehidupan kerja.

Hal ini dapat menghasilkan kondisi yang memperburuk kesenjangan sosial dan ketidakadilan di masyarakat, di mana hanya mereka yang mampu memperoleh pendidikan khusus ini yang dapat memperoleh keuntungan dari kesempatan kerja yang tersedia, sementara siswa dari latar belakang yang kurang mampu terjebak dalam kemiskinan.

Oleh karena itu, meskipun pendidikan ala industri memiliki manfaat yang signifikan dalam mempersiapkan tenaga kerja yang siap pakai di industri, pendekatan pendidikan yang holistik dan inklusif, yang mempertimbangkan keterampilan teknis, intelektual, sosial, dan etika yang dibutuhkan dalam kehidupan dan karir, dapat menjadi alternatif yang lebih tepat untuk memperkuat keadilan dan kesetaraan di masyarakat.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...