Langsung ke konten utama

Kebiasaan adalah Bagian dari Kebenaran

 Mengenai sebuah kebenaran entah itu muncul dari mana dan dari mana asalnya dan mengapa kebenaran itu tidak bisa disepakati oleh semua orang. Bisa dikatakan bahwa kebenaran itu merupakan bagian dari hidup manusia. Tanpa kebenaran mana manusia tidak akan tahu apa yang dituju dan tidak tahu apa yang mau dilakukan. Intinya manusia tidak akan bisa lepas dari kebenaran. Kebenaran adalah fitrahnya manusia siapapun itu manusia pasti akan mencari kebenaran tersebut. 

Sebuah kebenaran tidak harus melulu dengan bukti atau sesuatu yang dipercayai oleh orang banyak. Kebenaran juga bisa bersifat individual bahkan tidak rasional. Lalu apa sebenarnya kebenaran itu, memang sulit menjawab sebenarnya seperti apa kebenaran itu. Ia sebenarnya tak berwujud dan tak berdasar ia ada meski tidak ada yang mengadakan. Kebenaran mungkin hanya bisa dirasa bukan berdasarkan nalar rumus. 

Bicara soal kebenaran itu muncul tentunya dari sebuah kebiasaan. Dari satu kebiasaan tentu akan memunculkan kebenaran yang lain, semakin kebiasaan itu berubah maka kebenaran itu juga berubah. Jadi kebenaran itu tergantung dari kebiasaan. Mungkin kita mempelajari ini dan itu, memahami ini dan itu, memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman. Namun itu semua tidak merubah seseorang jika memiliki kebiasaan yang sama. 

Semisal seseorang yang belajar agama daru kecil, naik haji menjadi guru gaji dan apapun pekerjaannya dalam hal keagaamaan semua diikuti. Namun dibalik itu semua ternyata dia adalah orang yang sombong dan suka memperkosa, hal ini tentu bertolak belakang dengan apa yang dilakukan selama ini. 

Bukankah agama harusnya mencegah keburukan lantas mengapa ada orang buruk di dalam jati diri orang yang beragama. Maka bisa dikatakan bahwa kebiasaan yang ia lakukan adalah kebiasaan palsu, ini hanyalah kebenaran manipulatif untuk menutupi kebusukannya. Dirinya sesungguhnya adalah kebiasaan yang tersembunyi, yang mana hanya Tuhan saja yang tahu. 

Kebiasaan tentu tidak hanya sesuatu yang sifatnya lahiriah namun juga batiniyah, seperti berfikir, memahami sesuatu, kontrol diri, cara pandang dan lainnya sehingga dari kebiasaan itu membentuk diri pribadi. Kebiasaan buruk itu bisa muncul karena menyepelekan sesuatu dan sesuatu yang disepelekan itu bisa menjadi kebiasaan dan kebiasaan ini akan menjadi sebuah kebenaran. 

Tentu dari hal yang tabu menjadi sesuatu yang dibenarkan tentunya memiliki beberapa proses dan waktu mungkin bisa lama bisa tidak tergantung lingkungan dan kontrol diri. Mungkin bisa dikatakan bahwa semua orang itu netral dan ingin berbuat baik. Namun ini tergantung dari ketahanan dirinya dalam menghadapi godaan buruk.

Seorang ustadz mungkin adalah orang yang paham agama namun di suatu kondisi ia bisa saja lupa dan melakukan keburukan. Mungkin pada awalnya ia lupa dan tidak melakukannya lagi, namun memang sayang karena adanya kesempatan sehingga ia melakukan kesalahannya lagi dan akhirnya terus dan terus hingga kehilangan kontrol diri. Dari yang disebutkan tadi yang mana dari ketidaksengajaan menjadi sebuah kebiasaan dan menjadi kebenaran. 

Kebenaran itu memang dibentuk bukan dari apa yang dilakukan oleh orang lain. Mungkin saja kita meniru sebuah kebenaran dari orang lain, namun apakah rasanya sama dan dalam pikiran kita sama persis. Bahkan orang-orang yang satu agama pun memiliki kepercayaannya masing-masing. Tentu kita melihat satu agama namun dalam satu kelompok agama tersebut memiliki kebiasaan berbeda ada yang menggunakan ritual tambahan dan ada yang tidak intinya masih ada ritual yang sama. 

Bicara tentang kebiasaan yang beragam memang sulit untuk kita pahami dengan logika, karena memang tidak ada logika yang mencakup kebiasaan secara baku. Kebiasaan itu muncul begitu saja dan kebiasaan yang diturunkan kemudian mejadi sebuah budaya. Inilah yang bisa dikatakan bahwa kebiasaan itu bisa menjadi sebuah kebenaran entah seperti apapun logika alasan atau filosofisnya ia memang bisa diakui oleh kelompoknya.

Bahkan yang tadi disebutkan bahwa kebiasaan menjadi sebuah kebenaran dapat berlaku pada setiap individu. Mungkin di satu kelompok itu pasti ada orang yang memiliki kebiasaan yang diluar dari kebiasaan kelompok. Ini bisa mengindikasikan bahwa ia memiliki kebiasaan yang berbeda dari kelompok tersebut. 

Meski kita hidup dalam sebuah identitas, namun hal tersebut adalah identitas diri yang sesungguhnya. Identitas diri yang sesungguhnya adalah sebuah kebiasaan yang sering dilakukan. Meski ia adalah seorang ustadz namun kebiasaannya memperkosa, sesungguhnya ia adalah pemerkosa bukanlah seorang ustadz. Kebiasaan yang sesungguhnya manusia adalah kebiasaan yang tersembunyi dari dalam dirinya yang tidak diketahui oleh banyak orang. Dari sini kita bisa mengindikasikan bahwa kebenaran yang sesungguhnya adalah kebiasaan tersembunyi dalam diri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...