Langsung ke konten utama

Kepaitalisme Sebagai Agama

 Adalah sesuatu yang gula bagi kaum kapitalisme yakni mereka adalah manusia-manusia yang nekat melakukan segala hal hanya untuk mendapatkan value. Entah apakah orang-orang seperti mereka itu yang memiliki kekuasaan dan uang apakah ia masih memperhatikan keseimbangan dunia. 

Entah apakah mereka masih bisa dikatakan manusia atau budaknya setan. Yang pasti apa yang mereka perbuat itu adalah sebuah kekejian yang mana kejahatan itu muncul dari kebiadaban mereka. 

Mereka memiliki kekuasaan harta dan jabatan yang mana ia menjadi sombong. Ia merasa bahwa sudah melebihi kemampuan tuhan sudah tidak butuh ibadah atau ritual  lainnya. Mereka beralih kepada ritual penyembahan ke pada setan. 

Memang tidak lain kekayaan yang ia miliki saat ini adalah sebuah persembahan bagi setan. Percaya tidak percaya orang kaya sepertu mereka tentu jika dengan cara hal-hal ghaib ini untuk memperkaya dirinya adalah sesuatu hal yang di luar nalar. Bukankah mereka adalah orang yang berlogika, mana mungkin menyembah hal tersebut. 

Tidak menjamin bahwa yang kaya itu pikirannya logis, justru semakin banyak hartanya orang tersebut selalu mencari yang aneh-aneh. Tidak mungkin mereka melakukan sesuatu yang seperti dilakukan oleh orang pada umumnya tentu bukan kelas mereka jika kebiasaan mereka seperti orang rendahan. 

Mereka tidak butuh dengan uang lagi, apa bagi merek itu uang. Uang hanyalah bagi mereka yang berada di kelas rendah. Bagi merek uang tidak perlu dicari namun dipanen lalu dipetik. 

Kaum kapitalis seakan telah merajai dunia seakan-akan dunia ini miliknya dan ia bisa kekal hidup abadi. Merasa telah melampaui kekuatan dunia karena ia telah mampu mengendalikan seisi dunia. Manusia-manusia saat ini seakan-akan mesin pencetak uang bagi mereka. Mereka rela menyembah kaum kapitalis hanya demi uang receh.

Sihir uang dan sistem kapitalisme seakan membius banyak orang yang mana orang rela kehilangan kemanusiaannya hanya demi mendapatkan uang. Kemandirian mereka dirampas, rasa kemanusiaan mereka dirampas, pekerjaan mereka dirampas, tempat tinggal mereka dirampas. Sehingga apapun yang merek lakukan tentu tidak bisa dilakukan jika tanpa uang. Ini adalah pemaksaan yang halus yakni segalanya harus digerakkan dengan uang. 

Bagi kapitalis mungkin menjadi Tuhan adalah cita-citanya saat ini, karena ia sudah berada di atas mata rantai kelas sosial, yang mana tidak ada lagi tiangkatan kelas sosial lagi diatasnya. Tinggal saat ini menjadi Tuhannya dunia. 

Mereka sejatinya adalah para penyembah setan sejati dimana setiap apa yang mereka inginkan atau lakukan itu pasti akan ada tumbal yang dikorbankan. Tidak hanya satu atau dua orang namun ribuan. Mereka tidak menginginkan kemakmuran namun kekacauan seperti menciptakan krisis. 

Ketika krisis itu hadir maka ia seakan-akan hadir menjadi juru penyelamat dunia. Padahal ia sejatinya adalah iblis bermuka malaikat. Di setiap tindakan yang mereka lakukan, pasti ada modus-modus yang dilakukan. 

Mau sampai kapan kita menyembah mereka sebagai Tuhan, sudahkah kita muak dengan perbuatan mereka. Seakan kita adalah manusia yang beragama namun hati dan kelakukan mengakui bahwa mereka adalah Tuhan. Sadar, marah, emosi semuanya sudah dilakukan namun apalah daya menganggap dirinya adalah lemah. Bukankah mereka juga sama-sama manusia, seandainya semua manusia telah berpaling dari mereka maka mereka pun akan sirna. Namun apalah daya kekuatan sihir uang mereka begitu kuat, agama yang dianut saat ini adalah kapitalisme sedangkan uang adalah Tuhannya. 

Memang kita tidak bisa lepas yang namanya uang namun setidaknya jangan jadikan uang segala-galanya. Tentu semua yang ada di dunia ini tidak semua bisa diukur dengan uang. Karena yang lebih penting dari uang adalah ras kemanusiaan yang mana itu tidak bisa tergantikan oleh uang. Kapitalisme Menggugat Tuhan

Adalah sesuatu yang gula bagi kaum kapitalisme yakni mereka adalah manusia-manusia yang nekat melakukan segala hal hanya untuk mendapatkan value. Entah apakah orang-orang seperti mereka itu yang memiliki kekuasaan dan uang apakah ia masih memperhatikan keseimbangan dunia. 

Entah apakah mereka masih bisa dikatakan manusia atau budaknya setan. Yang pasti apa yang mereka perbuat itu adalah sebuah kekejian yang mana kejahatan itu muncul dari kebiadaban mereka. 

Mereka memiliki kekuasaan harta dan jabatan yang mana ia menjadi sombong. Ia merasa bahwa sudah melebihi kemampuan tuhan sudah tidak butuh ibadah atau ritual  lainnya. Mereka beralih kepada ritual penyembahan ke pada setan. 

Memang tidak lain kekayaan yang ia miliki saat ini adalah sebuah persembahan bagi setan. Percaya tidak percaya orang kaya sepertu mereka tentu jika dengan cara hal-hal ghaib ini untuk memperkaya dirinya adalah sesuatu hal yang di luar nalar. Bukankah mereka adalah orang yang berlogika, mana mungkin menyembah hal tersebut. 

Tidak menjamin bahwa yang kaya itu pikirannya logis, justru semakin banyak hartanya orang tersebut selalu mencari yang aneh-aneh. Tidak mungkin mereka melakukan sesuatu yang seperti dilakukan oleh orang pada umumnya tentu bukan kelas mereka jika kebiasaan mereka seperti orang rendahan. 

Mereka tidak butuh dengan uang lagi, apa bagi merek itu uang. Uang hanyalah bagi mereka yang berada di kelas rendah. Bagi merek uang tidak perlu dicari namun dipanen lalu dipetik. 

Kaum kapitalis seakan telah merajai dunia seakan-akan dunia ini miliknya dan ia bisa kekal hidup abadi. Merasa telah melampaui kekuatan dunia karena ia telah mampu mengendalikan seisi dunia. Manusia-manusia saat ini seakan-akan mesin pencetak uang bagi mereka. Mereka rela menyembah kaum kapitalis hanya demi uang receh.

Sihir uang dan sistem kapitalisme seakan membius banyak orang yang mana orang rela kehilangan kemanusiaannya hanya demi mendapatkan uang. Kemandirian mereka dirampas, rasa kemanusiaan mereka dirampas, pekerjaan mereka dirampas, tempat tinggal mereka dirampas. Sehingga apapun yang merek lakukan tentu tidak bisa dilakukan jika tanpa uang. Ini adalah pemaksaan yang halus yakni segalanya harus digerakkan dengan uang. 

Bagi kapitalis mungkin menjadi Tuhan adalah cita-citanya saat ini, karena ia sudah berada di atas mata rantai kelas sosial, yang mana tidak ada lagi tingkatan kelas sosial lagi diatasnya. Tinggal saat ini menjadi Tuhannya dunia. 

Mereka sejatinya adalah para penyembah setan sejati dimana setiap apa yang mereka inginkan atau lakukan itu pasti akan ada tumbal yang dikorbankan. Tidak hanya satu atau dua orang namun ribuan. Mereka tidak menginginkan kemakmuran namun kekacauan seperti menciptakan krisis. 

Ketika krisis itu hadir maka ia seakan-akan hadir menjadi juru penyelamat dunia. Padahal ia sejatinya adalah iblis bermuka malaikat. Di setiap tindakan yang mereka lakukan, pasti ada modus-modus yang dilakukan. 

Mau sampai kapan kita menyembah mereka sebagai Tuhan, sudahkah kita muak dengan perbuatan mereka. Seakan kita adalah manusia yang beragama namun hati dan kelakukan mengakui bahwa mereka adalah Tuhan. Sadar, marah, emosi semuanya sudah dilakukan namun apalah daya menganggap dirinya adalah lemah. Bukankah mereka juga sama-sama manusia, seandainya semua manusia telah berpaling dari mereka maka mereka pun akan sirna. Namun apalah daya kekuatan sihir uang mereka begitu kuat, agama yang dianut saat ini adalah kapitalisme sedangkan uang adalah Tuhannya. 

Memang kita tidak bisa lepas yang namanya uang namun setidaknya jangan jadikan uang segala-galanya. Tentu semua yang ada di dunia ini tidak semua bisa diukur dengan uang. Karena yang lebih penting dari uang adalah ras kemanusiaan yang mana itu tidak bisa tergantikan oleh uang. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...