Langsung ke konten utama

Masyarakat Useless Class

Useless class atau kelas yang tidak berguna adalah istilah yang menggambarkan sekelompok masyarakat yang tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai untuk dapat bersaing di dalam pasar kerja modern. Mereka sering kali mengalami kemiskinan atau kesulitan ekonomi karena sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak atau kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan di era digital. Istilah ini sering dikaitkan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi yang membuat persaingan di pasar kerja semakin ketat.

Masyarakat Useless Class adalah kelompok masyarakat yang tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan yang cukup untuk berkontribusi secara signifikan pada perekonomian atau masyarakat di era digital saat ini. Berikut adalah ciri-ciri dan karakteristik dari masyarakat Useless Class:

1. Rendahnya Tingkat Pendidikan dan Keterampilan

  • Masyarakat Useless Class cenderung memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan di era digital.
  • Mereka sering kali mengandalkan pekerjaan dengan gaji rendah dan tidak memiliki jaminan masa depan.

2. Terbatasnya Akses pada Teknologi dan Informasi

  • Masyarakat Useless Class sering kali tidak memiliki akses pada teknologi dan informasi yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital.
  • Mereka tidak terampil dalam menggunakan teknologi dan tidak tahu cara mengakses informasi yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan mereka.

3. Mengandalkan Pekerjaan Tradisional

  • Masyarakat Useless Class cenderung mengandalkan pekerjaan tradisional seperti buruh pabrik atau pekerjaan manual lainnya.
  • Mereka tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi dan kurang mampu beradaptasi dengan perubahan ekonomi yang terjadi.

4. Tidak Mampu Bersaing

  • Keterbatasan pendidikan dan keterampilan membuat masyarakat Useless Class sulit bersaing dalam pasar kerja yang semakin kompetitif di era digital saat ini.
  • Mereka tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi tuntutan pasar dan cenderung tertinggal dalam persaingan.

5. Rendahnya Kualitas Hidup

  • Masyarakat Useless Class cenderung hidup dalam kondisi yang kurang sejahtera dan memiliki kualitas hidup yang rendah.
  • Mereka tidak memiliki akses pada layanan publik dan terbatas dalam memperoleh pendapatan yang layak.

Dalam era digital saat ini, masyarakat Useless Class menjadi semakin rentan terhadap kemiskinan dan pengangguran. Oleh karena itu, upaya harus dilakukan untuk membantu mereka meningkatkan keterampilan dan akses pada teknologi dan informasi sehingga mereka dapat menjadi bagian dari ekonomi digital yang berkembang. 

Berikut adalah beberapa faktor penyebab munculnya masyarakat Useless Class di era digital:

  1. Ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan teknologi Masyarakat Useless Class cenderung tidak mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi karena kurangnya pengetahuan atau keterampilan dalam menggunakan teknologi. Mereka tidak mengikuti perkembangan teknologi yang ada dan tidak memiliki akses atau keterampilan yang cukup untuk menggunakan teknologi modern.
  2. Kurangnya pendidikan dan pelatihan Kurangnya pendidikan dan pelatihan pada keterampilan teknologi dapat membatasi kemampuan seseorang untuk memahami dan menggunakan teknologi. Mereka mungkin tidak memiliki akses ke pendidikan atau pelatihan yang memadai untuk meningkatkan keterampilan mereka.
  3. Persaingan global Persaingan global pada era digital membuat kebutuhan akan keterampilan teknologi semakin tinggi. Masyarakat yang tidak mampu bersaing dalam lingkungan ini cenderung tertinggal dalam kemajuan teknologi dan ekonomi.
  4. Perubahan struktur ekonomi Perubahan struktur ekonomi pada era digital juga dapat menyebabkan masyarakat Useless Class. Mereka mungkin kehilangan pekerjaan atau tidak memiliki akses ke pekerjaan yang memerlukan keterampilan teknologi.
  5. Digital divide Digital divide, yaitu kesenjangan dalam akses dan penggunaan teknologi antara kelompok-kelompok masyarakat, juga dapat menyebabkan munculnya masyarakat Useless Class. Kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses atau keterampilan yang memadai untuk menggunakan teknologi cenderung tertinggal dalam kemajuan teknologi dan ekonomi.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...