Ponselku yang sudah usang ini, mungkin sering kali jadi sasaran amarahku. Berkali-kali kubanting, kulempar ke sana kemari, hanya karena ia sering ngelag atau buffering ketika kubutuhkan. Terkadang rasanya seperti ponsel ini sengaja melawanku, menahan kecepatan dan merusak momen yang mestinya lancar. Namun, di balik semua kekesalan itu, ada sesuatu yang membuatku tak tega benar-benar melepasnya.
Ponsel ini bukan sekadar benda mati yang hanya berfungsi untuk berkomunikasi atau sekedar hiburan. Ia telah menjadi teman setia yang menemani hari-hariku selama bertahun-tahun. Setiap goresan di layarnya, setiap bunyi aneh yang kadang muncul dari speaker-nya, adalah jejak perjalanan yang ia lalui bersamaku. Di dalamnya, tersimpan banyak sekali kenangan—ratusan foto, rekaman suara, dan catatan-catatan kecil yang menggambarkan momen-momen penting dan sederhana dalam hidupku. Meski ruang penyimpanannya kian penuh, bahkan kerap memaksaku untuk menghapus beberapa aplikasi, ponsel ini terus setia mengabadikan semua yang berarti bagiku.
Ada banyak hal yang membuatku berat hati untuk menghapus file-file yang ada di dalamnya. Setiap foto, misalnya, adalah jendela kecil yang menghubungkanku dengan masa lalu. Potret-potret bersama teman lama, keluarga, atau saat-saat berharga lainnya yang mungkin takkan terulang lagi. Bagaimana mungkin aku bisa begitu saja menghapusnya? Setiap kenangan itu adalah bagian dari diriku, cerita yang terkadang ingin kulihat kembali ketika merasa sendirian atau ingin mengenang masa-masa bahagia.
Ironisnya, ponsel ini sering kali menemaniku justru ketika aku merasa paling kesepian. Di saat orang lain sibuk dengan ponsel mereka, asyik dengan dunianya masing-masing, aku pun terselamatkan dari rasa asing berkat kehadiran ponsel ini. Tak peduli seberapa lambat atau usangnya ia, ponsel ini setia memberikan ruang bagiku untuk bersembunyi sejenak, membiarkanku terhubung dengan kenangan atau hanya sekadar mencari hiburan untuk melarikan diri dari realitas.
Mungkin sudah waktunya mengganti ponsel ini dengan yang baru. Tapi, hati kecilku tak mampu begitu saja mengabaikan nilai sentimental yang ia bawa. Meski mungkin nantinya aku akan memiliki ponsel lain yang lebih canggih, lebih cepat, atau lebih modern, ponsel usang ini akan tetap menempati sudut istimewa di hatiku. Setiap kali melihatnya, aku akan teringat pada setiap momen yang telah ia abadikan, setiap pesan yang pernah kukirim dan terima, serta segala kenangan yang tersimpan di dalamnya.
Jadi, meskipun kadang ia membuatku kesal, mungkin aku akan tetap menyimpannya—bukan karena ia masih berfungsi sempurna, melainkan karena ia telah menjadi saksi bisu dari cerita hidupku.
Komentar
Posting Komentar