Rasa ini, ya, rasa ini yang selama ini menggerakkan langkahku. Bukan cinta, bukan harta, bukan tahta, tetapi kebahagiaan orang tuaku. Sebuah cita yang sederhana, namun begitu monumental dalam hidupku. Aku bukanlah dari keluarga berada, jalan menuju kebahagiaan itu terasa lebih panjang dan terjal. Namun, setiap langkah yang kuterjang, setiap keringat yang membasahi dahi, adalah bukti nyata tekadku untuk membahagiakan mereka yang telah memberikan segalanya untukku.
Bagaimana caranya? Pertanyaan itu senantiasa bergema dalam benakku. Mungkin dengan kesuksesan? Mungkin dengan pencapaian yang gemilang? Atau mungkin, cukup dengan kehadiranku yang selalu ada untuk mereka? Aku masih terus mencari jawabannya, masih terus belajar dan berusaha. Aku ingin menjadi orang hebat, bukan karena ambisi untuk menonjol, tetapi karena aku ingin memberikan yang terbaik untuk orang tuaku.
Mandiri. Kata itu begitu bermakna bagiku. Bukan sekadar mampu memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi juga mampu memberikan kontribusi, bahkan sekecil apapun, kepada orang tuaku. Bayangan masa depan di mana aku bisa memberikan sedikit penghasilanku untuk meringankan beban mereka, sungguh membangkitkan semangatku. Itulah impianku, sebuah impian yang sederhana namun begitu berharga.
Aku bertanya pada diri sendiri, bisakah aku menjadi orang hebat di masa depan? Bisakah aku meraih kebahagiaan yang kucita-citakan? Jawabannya, ya, aku bisa. Asalkan aku terus berusaha, terus belajar, terus berjuang. Keberhasilan bukanlah tujuan akhir, tetapi proses panjang yang penuh dengan pembelajaran dan pengorbanan. Dan aku siap untuk melalui proses itu, demi orang tuaku, demi kebahagiaan yang kucita-citakan. Kebahagiaan yang tak ternilai harganya.
Komentar
Posting Komentar