Makan mati, enggak makan juga mati. Frasa itu, yang dulu mungkin hanya terdengar sebagai ungkapan sarkas, kini terasa begitu nyata. Kita hidup di era yang serba dilema, di mana pilihan-pilihan seolah bertebaran di depan mata, namun pada akhirnya, semuanya mengarah pada satu titik yang sama: jurang kehancuran.
Lihatlah, di meja makan kita, berjejer aneka makanan menggoda. Bakso, sate, martabak, semuanya berlomba-lomba memanjakan lidah. Tapi, di balik kelezatan itu, tersembunyi racun yang perlahan meracuni tubuh. Gula, garam, dan lemak, bercampur aduk dalam setiap gigitan, menari-nari di lidah, namun menghancurkan kesehatan dari dalam.
Kita terjebak dalam ilusi pilihan. Seolah-olah kita bebas memilih, padahal pada akhirnya, semua pilihan mengantarkan kita pada jalan yang sama: jalan menuju penyakit. Makanan murah, yang seharusnya menjadi penyelamat bagi kaum papa, malah menjadi bumerang yang menghancurkan kesehatan. Makanan yang rendah gizi, penuh dengan bahan pengawet dan penyedap, menjadi santapan sehari-hari.
Dan jangan lupakan olahraga, yang semakin hari semakin terlupakan. Tubuh kita, yang seharusnya menjadi mesin yang kuat dan tangguh, kini menjadi mesin yang ringkih dan mudah mogok. Otot-otot mengendur, tulang-tulang keropos, dan penyakit datang silih berganti.
Kita terjebak dalam lingkaran setan. Kita tahu apa yang baik, tapi kita memilih yang enak. Kita tahu apa yang sehat, tapi kita memilih yang mudah. Kita tahu apa yang benar, tapi kita memilih yang nyaman.
Dan pada akhirnya, kita akan merasakan pahitnya buah dari pilihan kita. Penyakit datang menghampiri, tubuh melemah, dan hidup menjadi derita. Saat itu, kita baru sadar, bahwa pilihan yang kita buat selama ini, bukanlah pilihan yang bijak.
Mungkin, sudah saatnya kita membuka mata. Sudah saatnya kita memilih jalan yang benar, meskipun jalan itu terasa pahit dan sulit. Sudah saatnya kita memprioritaskan kesehatan, meskipun itu berarti harus mengorbankan kenikmatan sesaat.
Karena, pada akhirnya, kesehatan adalah harta yang paling berharga. Kesehatan adalah modal utama untuk menjalani hidup dengan bahagia dan bermakna. Jangan sampai, kita baru menyadari pentingnya kesehatan ketika semuanya sudah terlambat.
Komentar
Posting Komentar