Langsung ke konten utama

Tiada Kata Tampa Makna dan Tiada Makna Tanpa Kata Lain

Mendefinisikan tentang diri, sebenarnya tidak mudah dipahami secara sempurna. Setiap orang bisa memaknai diri kita secara beragam termasuk diri kita sendiri, bahkan ini pun akan berubah definisinya karena perubahan waktu, meski pada orang yang sama. Jika saat ini orang menilai kita A, maka di waktu yang akan datang penilaian itu bisa saja berubah. Perubahan itu terjadi bagaimana kita memandang dan pengetahuan serta pengalaman apa yang kita dapatkan. Namun, memang bicara tentang diri sendiri, kita tidak bisa secara mutlak hanya diri sendiri saja yang bisa dan mengabaikan penilaian orang lain.

Mau bagaimana pun, definisi orang lain tentang diri kita akan selalu berpengaruh pada diri kita, karena manusia adalah makhluk sosial. Setiap kali manusia bersosialisasi atau berkomunikasi baik secara langsung ataupun tidak, itu bisa mempengaruhi diri kita. Namun, hal ini juga tergantung pada penerimaan diri kita sendiri. Manusia memiliki kehendak untuk menolak suatu pengaruh jika kita merasa tidak sesuai atau tidak benar. Meski memang ada beberapa hal yang tidak bisa kita tolak secara mutlak seperti bahasa dan ruang waktu di masa tersebut.

Manusia bisa disamakan dengan sebuah kata. Sebuah kata tidak bisa berdiri sendiri tanpa kata lainnya, namun ia bisa memilih kata mana yang pas dalam memaknai suatu kalimat. Begitu pula dengan diri kita, kita tidak bisa memisahkan diri kita dari lingkungan dan interaksi sosial. Penilaian orang lain, pendapat mereka, dan interaksi dengan mereka membentuk persepsi tentang diri kita.

Definisi tentang diri sendiri bisa berubah seiring waktu karena perkembangan dan pertumbuhan pribadi. Pengalaman hidup, pembelajaran, dan kejadian-kejadian yang kita alami, semuanya berperan dalam membentuk identitas dan pemahaman kita tentang siapa diri kita sebenarnya. Pemahaman diri ini tidak statis, melainkan dinamis.

Seringkali, kita merasa frustasi karena mungkin tidak sepenuhnya memahami diri kita sendiri. Mungkin ada ketidaksesuaian antara bagaimana kita memandang diri kita dengan bagaimana orang lain melihat kita. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada satu definisi yang benar atau salah tentang diri kita. Setiap orang memiliki sudut pandang dan penilaian yang berbeda-beda.

Bagaimana kita merespon dan mengelola penilaian orang lain juga memainkan peran penting dalam pemahaman diri. Kita bisa memilih untuk mengabaikan penilaian yang tidak konstruktif atau merugikan, dan sebaliknya, menerima dan belajar dari kritik yang membangun. Jika penilaian orang lain membawa manfaat bagi perkembangan pribadi kita, kita bisa mempertimbangkan dan menerapkannya dengan bijaksana.

Namun, tidak boleh lupa bahwa kita adalah individu yang unik. Hanya kita yang benar-benar mengenal diri kita dengan segala kelebihan, kelemahan, dan potensi yang dimiliki. Kita memiliki kebebasan untuk menentukan identitas kita sendiri dan mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai, tujuan, dan aspirasi kita.

Dalam proses mendefinisikan diri, penting juga untuk menghargai perbedaan dan keberagaman. Setiap orang memiliki jalan hidupnya sendiri dan cara pandang yang berbeda. Menghormati perbedaan ini membantu kita untuk lebih memahami kompleksitas manusia dan dunia di sekitar kita.

Jadi, meskipun mendefinisikan diri sendiri tidak mudah dan kompleks, hal itu merupakan bagian alami dari kehidupan. Melalui pengalaman, pembelajaran, dan refleksi, kita bisa mendekati pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri. Yang terpenting, kita harus menghargai dan menerima bahwa definisi diri kita dapat berubah seiring waktu dan bersikap terbuka terhadap perkembangan pribadi yang terjadi. Dengan begitu, kita bisa hidup secara autentik dan berkembang menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...