Langsung ke konten utama

Obrolan Itu HArus Bekualitas

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering terlibat dalam berbagai obrolan dan percakapan dengan orang lain. Beberapa obrolan bersifat ringan dan biasa-biasa saja, hanya membicarakan sesuatu dari sisi fenomena atau apa yang terjadi secara kasat mata. Namun, bagi saya, obrolan semacam itu kurang memuaskan. Saya merasa bahwa pembicaraan harus lebih dari sekadar bertukar cerita atau membahas hal-hal secara dangkal. Bagi saya, obrolan yang bermakna adalah yang mendorong kita untuk memahami fenomena dengan lebih dalam dan melihat adanya kaitan dengan hal-hal lain di sekitarnya.

Saya adalah seseorang yang tidak suka dengan pembicaraan yang hanya membahas hal-hal secara permukaan. Saya merasa bahwa jika kita hanya membicarakan fenomena atau apa yang terjadi tanpa mencari pemahaman yang lebih mendalam, kita melewatkan peluang untuk belajar dan berkembang. Saya percaya bahwa ada kebaruan dalam memahami fenomena, yaitu melihat melampaui apa yang terlihat di permukaan dan mencari akar penyebab serta kaitannya dengan hal-hal lain.

Saat terlibat dalam percakapan, saya sering kali mengajukan pertanyaan yang menggali lebih dalam dan mengajak orang lain untuk berpikir secara lebih kritis. Saya tertarik untuk mengetahui mengapa sesuatu terjadi, apa yang mendasarinya, dan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan aspek lain dalam kehidupan. Saya merasa bahwa hanya dengan melihat fenomena dari berbagai sudut pandang dan menyelami ke dalamnya, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.

Pada dasarnya, apa yang saya cari dalam obrolan adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Saya percaya bahwa setiap fenomena memiliki lapisan yang lebih dalam yang perlu diungkap. Misalnya, jika kita membicarakan tentang peristiwa politik yang terjadi, saya tidak hanya ingin tahu apa yang terjadi, tetapi juga alasan di balik peristiwa tersebut, implikasinya bagi masyarakat, dan kaitannya dengan masalah sosial atau ekonomi yang lebih luas. Saya tertarik pada proses analisis yang mendalam dan menjelajahi aspek-aspek yang lebih kompleks.

Bagi saya, obrolan yang bermakna adalah yang melibatkan pemikiran kritis, refleksi, dan pengetahuan yang mendalam. Saya merasa bahwa kita dapat tumbuh sebagai individu dan masyarakat jika kita terus mencari kebaruan dalam memahami fenomena. Melalui pembicaraan yang menggali lebih dalam, kita dapat mengembangkan wawasan, memperluas pemahaman kita tentang dunia, dan membuka pintu bagi pemikiran inovatif.

Namun, saya juga menyadari bahwa tidak semua orang memiliki minat yang sama dalam pembicaraan semacam ini. Setiap individu memiliki preferensi dan minat yang berbeda dalam berkomunikasi. Saya tidak bermaksud untuk mengecilkan nilai dari obrolan yang lebih ringan atau dangkal, karena terkadang itu juga penting untuk menjaga ikatan sosial, hiburan, atau melepaskan stres. Setiap jenis obrolan memiliki perannya masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hubungan sosial, saya mencoba untuk mencari teman sejalan yang juga memiliki minat dalam pembicaraan yang lebih dalam dan bermakna. Saya menemukan bahwa melalui interaksi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama, kita dapat membangun hubungan yang lebih mendalam dan saling mendukung dalam mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena di dunia ini.

Dalam kesimpulannya, sebagai seseorang yang kurang suka obrolan yang biasa-biasa saja, saya merasa bahwa pembicaraan harus melampaui sekadar bertukar cerita atau membahas fenomena secara dangkal. Saya mencari kebaruan dalam memahami fenomena, melihat lebih jauh dari permukaan, dan mencari akar penyebab serta kaitannya dengan hal-hal lain. Saya percaya bahwa melalui pembicaraan yang mendalam dan bermakna, kita dapat belajar, tumbuh, dan memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang dunia di sekitar kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...