Langsung ke konten utama

Teknologi Memudahkan atau Ketergantungan

Adanya sebuah teknologi dapat dikatakan sebagai upaya untuk mencari kebahagiaan dalam kehidupan manusia. Teknologi diciptakan dengan tujuan utama untuk memudahkan berbagai aktivitas yang dilakukan manusia. Seiring berjalannya waktu, manusia selalu berusaha untuk melepaskan diri dari keterpurukan dan penderitaan, dan itulah salah satu alasan di balik lahirnya teknologi. Misalnya, dengan adanya transportasi cepat, manusia tidak perlu lagi melelahkan diri dengan berjalan kaki yang jauh dan tidak perlu menghabiskan waktu lama untuk mencapai tujuan. Teknologi juga memainkan peran penting dalam industri hiburan seperti perfilman, musik, makanan, media sosial, barang-barang, dan lain sebagainya. Awalnya, teknologi hanya diciptakan untuk mencari kemudahan, tetapi sekarang juga digunakan sebagai sarana hiburan semata.

Namun, meskipun teknologi memberikan manfaat yang besar, tidak dapat diabaikan bahwa ada dampak negatif yang muncul seiring dengan perkembangannya. Terus-menerus berkembangnya inovasi teknologi menciptakan berbagai bentuk kebahagiaan, namun juga menyebabkan ketergantungan. Semakin banyak inovasi teknologi yang diciptakan untuk memberikan kemudahan dan kebahagiaan, semakin manusia tergantung padanya. Ketergantungan pada teknologi ini pada akhirnya dapat melemahkan manusia secara fisik maupun mental. Kemampuan alamiah manusia, seperti kekuatan fisik dan kemampuan berpikir, dapat melemah seiring dengan meningkatnya ketergantungan pada teknologi. Bahkan, tidak mustahil bahwa manusia dapat menghadapi kepunahan akibat ketergantungan yang berlebihan terhadap teknologi.

Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa teknologi diciptakan untuk memberikan kemudahan, bukan untuk menciptakan ketergantungan. Kita perlu menggabungkan tradisi lama dengan teknologi modern agar manusia dapat menjadi lebih kuat dan unggul. Tradisi lama memiliki kekayaan pengetahuan dan keterampilan yang terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan alamiah manusia. Sementara itu, teknologi modern dapat memberikan alat-alat canggih yang membantu manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Dengan memadukan tradisi lama dan teknologi modern, manusia dapat mencapai keseimbangan yang sehat antara kekuatan alamiah dan kemajuan teknologi. Dalam hal ini, tradisi lama dapat mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kemampuan fisik dan kognitif, sementara teknologi modern dapat digunakan untuk memberikan kemudahan dan efisiensi dalam berbagai aktivitas. Melalui pendekatan ini, manusia dapat menghindari ketergantungan yang berlebihan pada teknologi dan tetap mempertahankan kemampuan alamiah yang penting untuk kelangsungan hidup.

Dalam kesimpulannya, kita tidak boleh terlena dengan kemudahan yang diberikan oleh teknologi. Perlu diingat bahwa di balik kemudahan tersebut, seringkali tersembunyi kesulitan di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk tetap menjaga keseimbangan antara tradisi lama dan teknologi modern. Dengan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang diturunkan dari generasi sebelumnya, serta memanfaatkan teknologi modern secara bijaksana, manusia dapat mencapai kebahagiaan yang berkelanjutan dan menghindari dampak negatif yang mungkin timbul akibat ketergantungan berlebihan pada teknologi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...