Langsung ke konten utama

Pengertian Modernisme Menurut Herbert Marcuse

Herbert Marcuse, seorang filsuf dan teoretikus sosial terkemuka abad ke-20, memberikan pandangan yang kritis terhadap modernisme. Menurut Marcuse, modernisme mencakup sejumlah perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang terjadi dalam masyarakat kontemporer. Namun, Marcuse melihat modernisme sebagai sebuah fenomena yang ambivalen, karena di satu sisi ia memberikan kemajuan teknologi dan kenyamanan material, tetapi di sisi lain, ia juga memicu alienasi dan penindasan.

Dalam pemikiran Marcuse, modernisme tidak hanya berfokus pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi juga mencakup pergeseran budaya, individualisme yang semakin kuat, serta penekanan pada konsumerisme dan hiburan massal. Marcuse melihat modernisme sebagai bentuk hegemoni yang membatasi kreativitas, kebebasan, dan potensi manusia.

Melalui analisis kritisnya, Marcuse mengungkap mitos-mitos yang melingkupi modernisme. Ia berpendapat bahwa mitos-mitos ini menciptakan persepsi yang salah tentang kemajuan, kebebasan, dan kebahagiaan, yang pada gilirannya memperkuat kontrol sosial dan menekan kesadaran kritis individu.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pandangan Herbert Marcuse tentang modernisme, dengan fokus pada pemahaman dan kritiknya terhadap mitos-mitos modernisme. Dengan memahami perspektif Marcuse, kita dapat memperluas wawasan kita tentang dampak sosial dan budaya modernisme serta tantangan yang dihadapi dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan bebas.

A. Definisi modernisme dalam pemikiran Marcuse

Modernisme dalam pemikiran Herbert Marcuse dapat dipahami sebagai gerakan intelektual dan sosial yang berfokus pada kritik terhadap masyarakat industri modern dan sistem kapitalis. Marcuse memandang modernisme sebagai upaya untuk membebaskan individu dari bentuk-bentuk penindasan dan kontrol yang terjadi dalam masyarakat konsumeristik.

Menurut Marcuse, modernisme melibatkan penolakan terhadap norma-norma yang ada dan mencari alternatif baru yang dapat mempromosikan kebebasan individu dan kesadaran kritis. Modernisme dalam pandangan Marcuse mencakup pertentangan terhadap hegemoni budaya, konformitas sosial, dan dominasi politik yang meredam potensi kreatif manusia.

Marcuse mengkritik modernisme yang hanya sebatas estetika atau pemahaman sempit tentang inovasi dalam seni dan desain. Baginya, modernisme adalah gerakan yang lebih luas, mencakup perubahan sosial dan transformasi struktural dalam masyarakat. Ia mengajukan gagasan bahwa modernisme seharusnya menjadi alat untuk membangun masyarakat yang lebih adil, merdeka, dan menghargai keberagaman.

B. Perkembangan modernisme dalam masyarakat kontemporer

Perkembangan modernisme dalam masyarakat kontemporer telah memberikan dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Dari teknologi hingga budaya, modernisme telah mengubah cara kita berinteraksi, berpikir, dan hidup. Namun, dalam mengapresiasi dan menghadapi perkembangan ini, kita perlu mengadopsi pendekatan yang kritis dan berwawasan ke depan.

Salah satu aspek utama perkembangan modernisme adalah kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Inovasi seperti komputer, internet, dan smartphone telah membawa perubahan besar dalam cara kita berkomunikasi, bekerja, dan mengakses informasi. Namun, sementara teknologi memberikan manfaat yang luar biasa, kita juga perlu menyadari konsekuensi negatifnya. Perkembangan teknologi yang pesat sering kali menghasilkan isolasi sosial, kehilangan koneksi manusiawi yang mendalam, dan dampak negatif pada kesehatan mental.

C. Pentingnya menganalisis mitos modernisme

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan sosial, penting bagi kita untuk melakukan analisis yang kritis terhadap mitos-mitos modernisme. Mitos modernisme adalah pandangan-pandangan yang diterima secara umum namun mungkin memiliki implikasi yang tidak diakui atau bahkan merugikan. Dalam konteks ini, analisis mitos modernisme memberikan kesempatan bagi kita untuk memahami dampak sosial, politik, dan budaya dari pandangan-pandangan yang diterima sebagai kebenaran mutlak.

Dalam karya-karya Herbert Marcuse, seorang filsuf dan sosiolog terkemuka, ia menyoroti beberapa mitos modernisme yang mempengaruhi masyarakat kita. Misalnya, mitos kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, yang sering kali dianggap sebagai solusi untuk semua masalah manusia. Namun, analisis kritis mengungkapkan bahwa kemajuan teknologi juga dapat menghasilkan alienasi dan ketergantungan yang merugikan manusia.

Selain itu, mitos konsumerisme dan materialisme dalam masyarakat modern juga harus dianalisis secara kritis. Budaya konsumerisme telah mempengaruhi pola pikir dan nilai-nilai masyarakat, memperkuat pemikiran bahwa kebahagiaan terletak pada kepemilikan benda material. Hal ini dapat menghasilkan kesenjangan sosial dan mereduksi martabat manusia menjadi sekadar konsumen.

Analisis mitos modernisme juga membantu kita melihat keterbatasan dari mitos kebebasan individualistik. Dalam konteks sosial, kebebasan individualistik dapat mengabaikan kepentingan kolektif dan memperkuat ketidaksetaraan sosial. Memahami keterkaitan antara kebebasan individu dan keadilan sosial akan memberikan landasan yang lebih kuat untuk masyarakat yang inklusif dan adil.

Dalam melihat mitos kebahagiaan dan hiburan massal, analisis kritis akan mengungkap dampaknya terhadap kesadaran kritis individu. Hiburan massal seringkali berfungsi sebagai pengalihan dari realitas yang membatasi kesadaran kita terhadap isu-isu penting dan memperlemah kapasitas kita untuk berpartisipasi dalam perubahan sosial yang lebih baik.

Dengan menganalisis mitos-mitos modernisme, kita dapat memperluas pemahaman kita tentang implikasi yang lebih dalam dari pandangan-pandangan yang diterima secara umum. Analisis ini membantu kita membangun kesadaran kritis dan melihat melampaui narasi-narasi dominan, sehingga kita dapat terlibat dalam perubahan sosial yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

Referensi:

  • Abromeit, J. (2009). Herbert Marcuse: A Critical Reader. Routledge.
  • Baudrillard, J. (1994). Simulacra and Simulation. University of Michigan Press.
  • Bauman, Z. (2000). Liquid Modernity. John Wiley & Sons.
  • Beck, U. (1992). Risk Society: Towards a New Modernity. Sage Publications.
  • Feenberg, A. (1995). Alternative Modernity: The Technical Turn in Philosophy and Social Theory. University of California Press.
  • Giddens, A. (1991). Modernity and Self-Identity: Self and Society in the Late Modern Age. Stanford University Press.
  • Harari, Y. N. (2015). Sapiens: A Brief History of Humankind. Harper.
  • Jay, M. (1973). The Dialectical Imagination: A History of the Frankfurt School and the Institute of Social Research, 1923-1950. University of California Press.
  • Jay, M. (1984). Adorno. Harvard University Press.
  • Kellner, D. (1984). Herbert Marcuse and the Crisis of Marxism. University of California Press.
  • Löwy, M. (1996). The Frankfurt School and "Critical Theory". Verso.
  • Marcuse, H. (1964). One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society. Beacon Press.

Turkle, S. (2011). Alone Together: Why We Expect More from Technology and Less from Each Other. Basic Books.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...