Langsung ke konten utama

Kritik Althusser terhadap Pemikiran Marxis Konvensional

 Pada artikel ini akan membahas kritik yang diajukan oleh Louis Althusser terhadap pemikiran Marxis konvensional. Althusser, seorang filsuf dan teoretikus Marxis asal Prancis, mengemukakan kritik yang berpengaruh terhadap interpretasi dan praktik Marxis yang dominan pada zamannya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi argumen utama Althusser, yang menyoroti beberapa kelemahan dalam pemikiran Marxis konvensional dan menawarkan alternatif konseptual yang mengubah cara kita memahami dan menerapkan teori Marxis. Dengan mempertimbangkan kritik Althusser ini, kita dapat memperkaya pemahaman kita tentang kerangka pemikiran Marxis dan mengidentifikasi potensi untuk pengembangan lebih lanjut dalam teori dan praktik politik kontemporer.

A. Perbedaan Althusser dengan pandangan Marxis ortodoks

Perbedaan antara Althusser dan pandangan Marxis ortodoks dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Tentang struktur dan agen perubahan sosial: Althusser menekankan pentingnya struktur sosial dalam menganalisis perubahan sosial, sementara pandangan Marxis ortodoks lebih fokus pada peran agen-agen manusia dalam perubahan sosial.
  • Pemahaman tentang teori pengetahuan: Althusser mengembangkan konsep "pemisahan epistemologi" dan "epistemologi non-empiris" yang menekankan bahwa pengetahuan tidak murni objektif, sementara pandangan Marxis ortodoks cenderung memiliki pendekatan yang lebih objektif dalam memahami pengetahuan.
  • Pemahaman tentang ideologi: Althusser memperluas pemahaman ideologi untuk mencakup lembaga-lembaga negara dan praktik-praktik sehari-hari, sementara pandangan Marxis ortodoks cenderung lebih fokus pada dominasi kelas dalam produksi ideologi.
  • Perspektif terhadap revolusi: Althusser lebih kritis terhadap konsep revolusi dan menekankan pentingnya transformasi struktural melalui intervensi negara, sedangkan pandangan Marxis ortodoks cenderung lebih mengedepankan peran kelas buruh dan revolusi proletar.

B. Kritik terhadap konsep ekonomi deterministik

Kritik terhadap konsep ekonomi deterministik Luis Althusser dapat disampaikan dengan beberapa argumen utama:

  • Reduksionisme strukturalis: Althusser cenderung mengabaikan peran faktor non-ekonomi dalam membentuk masyarakat dan kehidupan sosial. Kritikus seperti Raymond Williams (1980) berpendapat bahwa Althusser terlalu fokus pada faktor-faktor ekonomi sebagai satu-satunya penentu utama dalam analisisnya.
  • Abstraksi dari individu: Kritikus seperti Anthony Giddens (1981) menyoroti bahwa Althusser kurang memperhatikan peran individu dalam pembentukan masyarakat. Althusser cenderung memperlakukan individu sebagai objek yang sepenuhnya ditentukan oleh struktur ekonomi, mengabaikan agensi individu dan kemampuan mereka untuk berkontribusi dalam perubahan sosial.
  • Kesenjangan dengan realitas sosial: Beberapa kritikus, seperti Terry Eagleton (1996), mengkritik Althusser karena teorinya yang kurang terhubung dengan realitas sosial. Althusser lebih terlibat dalam analisis teoritis yang kompleks daripada menganalisis praktik dan pengalaman nyata yang dialami oleh individu dalam masyarakat.

C. Fokus Althusser pada peran ideologi dalam pembentukan masyarakat

Menurut Althusser, ideologi berperan dalam menjaga dominasi kelas yang ada. Ideologi menciptakan konsep-konsep, nilai-nilai, dan keyakinan yang melegitimasi struktur kekuasaan yang ada. Melalui lembaga-lembaga seperti sekolah, media massa, agama, dan keluarga, ideologi bekerja untuk menyebarkan pandangan dunia yang mendukung kepentingan kelas dominan.

Althusser menggambarkan ideologi sebagai "Aparatus Represif Negara" (ARS) dan "Aparatus Ideologis Negara" (AIS). ARS mencakup kekuatan negara seperti kepolisian dan militer yang menindas potensi perlawanan terhadap pemerintahan. Sementara AIS melibatkan institusi non-negara seperti sekolah dan media yang menciptakan kelas masyarakat dengan menginternalisasi nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai dengan kepentingan kelas dominan.

Referensi

  • Althusser, Louis. (1971). "Ideology and Ideological State Apparatuses." In Lenin and Philosophy and Other Essays.
  • Althusser, Louis. (1971). "Lenin and Philosophy." In Lenin and Philosophy and Other Essays.
  • Althusser, Louis. (1974). "Reply to John Lewis." In Philosophy and the Spontaneous Philosophy of the Scientists and Other Essays.
  • Eagleton, T. (1996). The Illusions of Postmodernism. Wiley-Blackwell.
  • Giddens, A. (1981). A Contemporary Critique of Historical Materialism: Vol. 1, Power, Property and the State. University of California Press.
  • Marx, Karl, & Engels, Friedrich. (1846). The German Ideology.
  • Marx, Karl, & Engels, Friedrich. (1848). The Communist Manifesto.
  • Marx, Karl. (1852). The Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte.
  • Marx, Karl. (1867). Capital, Volume I.
  • Williams, R. (1980). Problems in Materialism and Culture: Selected Essays. Verso.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...