Dalam konteks masyarakat konsumen modern, mitos konsumerisme dan materialisme telah menjadi elemen yang dominan dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan ini mengasumsikan bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup terletak pada kepemilikan barang-barang material dan pencapaian konsumsi yang tanpa henti. Namun, pemikiran kritis Herbert Marcuse, seorang filsuf dan sosiolog terkenal, menyoroti mitos ini dan mengajak kita untuk menganalisis dampaknya secara mendalam.
Mitos konsumerisme dan materialisme menciptakan persepsi
bahwa nilai sejati hidup terletak pada akumulasi benda-benda materi. Dalam
pandangan ini, pemenuhan keinginan material dianggap sebagai tujuan utama dan
ukuran keberhasilan individu. Marcuse, dalam karyanya yang terkenal,
"One-Dimensional Man", menyampaikan kritik pedas terhadap budaya
konsumerisme yang menekankan pembelian tanpa henti dan orientasi hidup yang
didasarkan pada keinginan yang tak terpuaskan.
Marcuse menyoroti bahwa mitos konsumerisme dan materialisme
tidak hanya mempengaruhi perilaku individu, tetapi juga berdampak pada tatanan
sosial secara keseluruhan. Budaya konsumerisme ini mendorong masyarakat untuk
terus membeli dan mengonsumsi barang-barang yang mungkin tidak benar-benar
dibutuhkan. Hal ini menciptakan lingkungan yang didasarkan pada pemenuhan
keinginan instan, mengabaikan nilai-nilai inti seperti keadilan sosial,
solidaritas, dan keberlanjutan lingkungan.
Dalam perspektif Marcuse, mitos konsumerisme dan
materialisme melibatkan proses pembodohan massal, di mana masyarakat dihantui
oleh kesenangan sementara dari pembelian dan konsumsi tanpa refleksi kritis.
Hal ini menghambat kesadaran masyarakat untuk memahami realitas sosial yang
lebih mendalam, mempertanyakan ketimpangan ekonomi, dan mengidentifikasi pola
perilaku yang merugikan kehidupan sosial.
Dalam artikel ini, kami akan menyelami pemikiran Herbert
Marcuse mengenai mitos konsumerisme dan materialisme dalam masyarakat modern.
Kami akan menganalisis implikasi mitos ini dalam konteks sosial, budaya, dan
individu, serta mengajak pembaca untuk melakukan refleksi kritis terhadap
tatanan konsumerisme yang seringkali menjadi bumerang bagi kehidupan kita.
A. Kritik terhadap budaya konsumerisme
Marcuse menunjukkan bahwa budaya konsumerisme telah mengubah
manusia menjadi konsumen pasif. Kita terjebak dalam siklus tak henti-hentinya
untuk membeli barang-barang baru demi kepuasan pribadi. Pemenuhan keinginan
materialistik menjadi fokus utama, menggantikan nilai-nilai sosial, kehidupan
spiritual, dan hubungan antarmanusia yang bermakna. Budaya konsumerisme
menggiring masyarakat ke arah mengukur nilai seseorang berdasarkan apa yang
dimiliki, bukan siapa mereka sebenarnya.
Selain itu, kritik Marcuse terhadap budaya konsumerisme juga
berhubungan dengan aspek ekonomi dan sosial. Budaya konsumerisme memperkuat
ketidaksetaraan sosial dengan mempertahankan sistem ekonomi yang didasarkan
pada kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin. Ia menekankan bahwa budaya
konsumerisme menyebabkan sebagian besar masyarakat terjebak dalam kebutuhan
materialistik yang terus meningkat, sementara sebagian kecil orang kaya semakin
kaya.
Marcuse juga menyoroti bahwa budaya konsumerisme menghasilkan
homogenisasi dan pemiskinan pengalaman manusia. Ia berpendapat bahwa masyarakat
modern didominasi oleh komodifikasi dan standarisasi. Kemampuan individu untuk
mengembangkan keunikan, kreativitas, dan kepribadian mereka terhambat oleh
tuntutan budaya yang seragam dan tanpa jiwa. Masyarakat menjadi pasif dan
konformis, kehilangan kemampuan untuk melihat melampaui kepentingan material
dan mewujudkan potensi penuh mereka.
Dalam menerima kritik terhadap budaya konsumerisme menurut
Marcuse, kita dihadapkan pada tantangan untuk mengubah pola pikir dan perilaku
kita. Referensi kepada nilai-nilai yang lebih substansial, seperti solidaritas
sosial, keadilan, dan kesadaran kritis, perlu ditekankan dalam membangun
masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.
B. Materialisme sebagai bentuk penindasan dalam masyarakat modern
Materialisme sebagai bentuk penindasan dalam masyarakat
modern adalah tema yang ditekankan oleh Herbert Marcuse. Menurut Marcuse,
budaya konsumerisme yang meluas dalam masyarakat modern telah mengubah manusia
menjadi sekadar konsumen yang terperangkap dalam siklus tak berujung dari
menginginkan dan membeli barang-barang material. Dalam pandangan Marcuse,
materialisme ini merupakan bentuk penindasan yang menyebabkan alienasi dan
kehilangan kebebasan individu.
Dalam masyarakat yang didominasi oleh nilai-nilai
materialistik, individu seringkali terjebak dalam persepsi bahwa kebahagiaan
dan keberhasilan hidup terletak pada kepemilikan benda-benda materi. Dorongan
untuk memenuhi keinginan konsumsi ini menciptakan kebutuhan yang tak terpuaskan
dan kecenderungan untuk terus berusaha memperoleh lebih banyak barang.
Akibatnya, individu menjadi terjebak dalam jerat siklus konsumsi yang tak
pernah berakhir.
Marcuse berpendapat bahwa materialisme ini melampaui sekadar
keinginan individu untuk memiliki barang-barang, tetapi juga mempengaruhi
tatanan sosial dan politik. Budaya konsumerisme dan materialistik memperkuat
ketidaksetaraan sosial, karena hanya mereka yang mampu membeli barang-barang
mewah yang dianggap sukses dan berdaya. Hal ini menciptakan jurang antara
mereka yang kaya dan mereka yang miskin, serta memperkuat dominasi kelompok
elit dalam masyarakat.
Referensi:
- Feenberg, A. (1995). Alternative Modernity: The Technical Turn in Philosophy and Social Theory. University of California Press.
- Kellner, D. (1984). Herbert Marcuse and the Crisis of Marxism. University of California Press.
- Lash, S. (1994). The Sociology of Postmodernism. Routledge.
- Marcuse, H. (1964). One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society. Beacon Press.
Komentar
Posting Komentar