Langsung ke konten utama

Pendidikan: Komoditas Baru yang Menghasilkan Uang

Oh, betapa menariknya dunia pendidikan saat ini! Tidak lagi hanya menjadi tempat untuk belajar, berbagi informasi, dan mengasah kemampuan diri. Pendidikan kini telah berubah menjadi sebuah komoditas berharga yang menjanjikan masa depan gemilang, asalkan Anda memiliki ijazah yang berkilauan. Bagaimana bisa kita tidak terkesima dengan orientasi baru ini?

Ya, sekarang pendidikan adalah tentang menghasilkan uang, bukan lagi tentang mencari ilmu pengetahuan yang berguna. Masa lalu yang romantis tentang pengenalan terhadap berbagai cabang pengetahuan dan pengembangan pribadi telah berlalu. Yang penting adalah diploma yang bergengsi, yang akan menjadi tiket masuk ke dunia pekerjaan yang menjanjikan. Bukankah itu yang selalu kita impikan? Ijazah yang mengkilap dan terhormat akan membawa kita menuju keberhasilan finansial yang tak tertandingi!

Bisnis, teknik, dan pertanian, ya itu dia jurusan-jurusan yang layak diperjuangkan! Perusahaan-perusahaan selalu mengincar mereka yang memiliki pengetahuan praktis dan dapat menghasilkan uang bagi mereka. Inilah dunia nyata, dan bagi mereka yang mendedikasikan hidup mereka untuk seni, budaya, sastra, atau filsafat, well, good luck!

Tentu saja, ada orang-orang yang naif yang berpikir bahwa kemampuan diri dan pengetahuan yang luas adalah penting. Mereka percaya bahwa pendidikan harus lebih dari sekadar mencari nafkah. Mungkin mereka menganggap ilmu pengetahuan dan pendidikan sebagai alat untuk membawa perubahan yang lebih baik di dunia ini. Oh, betapa lucunya! Mereka belum menyadari bahwa di dunia nyata, uang-lah yang menguasai segalanya.

Jadi, ya, pragmatis adalah kata kunci dalam pendidikan modern. Jika Anda belajar bertahun-tahun, tentu saja Anda mengharapkan ada hasilnya, bukan? Dan apa hasil yang paling menggoda selain uang? Tidak ada yang lebih menggembirakan daripada melihat saldo bank Anda terus bertambah, bukan?

Meski begitu, kita perlu sedikit berpura-pura berpikir bahwa ilmu pengetahuan dan pendidikan memiliki tujuan yang lebih mulia. Namun, bagi sebagian besar orang, tujuan yang lebih mulia itu hanya sebuah slogan kosong yang tak berguna. Apa gunanya mencari pemecahan masalah dan menghadapi tantangan sosial ketika Anda bisa mencari uang?

Masalah pembangunan, kemiskinan, lingkungan? Ah, biarkan orang-orang yang berpikir idealis mengurus itu semua. Mereka mungkin bermimpi tentang mengubah dunia, tapi kita tahu kenyataannya. Uang adalah yang kita butuhkan untuk bertahan hidup di dunia yang penuh dengan ketidakpastian.

Jadi, mari kita hargai perubahan orientasi ini dalam pendidikan. Mari kita tinggalkan masa lalu yang romantik di balik dan mulailah mencari uang! Kita harus berusaha menggapai ijazah berkilauan dan memasuki dunia pekerjaan yang menjanjikan. Hidup hanya sekali, dan kita harus menjalani hidup dengan penuh materi, bukan dengan mimpi-mimpi yang tidak realistis.

Akhirnya, kita bisa merenungkan bahwa pendidikan sebenarnya adalah tentang uang, bukanlah alat untuk membawa perubahan. Jadi, mari kita tinggalkan impian-impian mulia itu dan teruslah mencari cara untuk menghasilkan uang. Jangan sia-siakan hidup Anda dengan berpikir tentang hal-hal yang lebih besar dan lebih penting. Ingatlah, uang adalah jawaban atas segala masalah dan kebahagiaan hidup!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...