Langsung ke konten utama

Kapitalisme dan Tipe-tipe Kapitalis: Perspektif Freudian Id, Ego, dan Super Ego

Kapitalisme telah menjadi sistem ekonomi dominan di banyak negara di seluruh dunia. Sebagai sistem ekonomi yang berpusat pada kepemilikan pribadi dan keuntungan ekonomi, kapitalisme mencerminkan sifat kompleks manusia, termasuk dorongan-dorongan bawah sadar yang dijelaskan oleh teori psikoanalisis Sigmund Freud. Dalam pandangan Freudian, pikiran manusia terdiri dari tiga bagian: id, ego, dan super ego. Mari kita telaah bagaimana tipe-tipe kapitalis dapat dilihat dari perspektif Freudian ini.

1. Kapitalis Tipe Id (Tipe Hedonistik)

Freud menggambarkan id sebagai bagian bawah sadar yang penuh dengan dorongan-dorongan primordial dan insting-insting dasar. Kapitalis tipe id dapat diartikan sebagai mereka yang didorong oleh kepuasan diri dan kepentingan pribadi tanpa memedulikan konsekuensi sosial atau lingkungan sekitar. Tipe-tipe ini cenderung mengejar keuntungan sebanyak mungkin dengan cara apa pun, bahkan jika itu berarti mengeksploitasi sumber daya alam, merugikan pekerja, atau merusak lingkungan.

Kapitalis tipe id sering kali fokus pada akumulasi kekayaan dan pertumbuhan bisnis tanpa batas, tanpa mempertimbangkan dampaknya pada kesenjangan sosial, ketidaksetaraan ekonomi, atau keberlanjutan lingkungan. Mereka mungkin mengambil risiko besar dan terlibat dalam praktik bisnis yang meragukan untuk mencapai tujuan mereka, tanpa memperdulikan nilai-nilai etika atau keadilan sosial.

2. Kapitalis Tipe Ego (Tipe Realistik):

Ego dalam teori Freud mewakili bagian dari pikiran yang berfungsi berdasarkan realitas dan pertimbangan rasional. Kapitalis tipe ego adalah individu yang, meskipun ingin mencapai keuntungan pribadi, juga memperhatikan keseimbangan dengan kepentingan sosial dan lingkungan. Mereka cenderung memiliki strategi bisnis yang lebih berwawasan dan berfokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan.

Kapitalis tipe ego akan mempertimbangkan efek jangka panjang dari keputusan bisnis mereka dan mencari cara untuk berkontribusi pada masyarakat dan lingkungan di sekitar mereka. Mereka mungkin terlibat dalam kegiatan filantropi atau inisiatif sosial sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan mereka.

3. Kapitalis Tipe Super Ego (Tipe Altruistik):

Super ego, menurut Freud, adalah bagian dari pikiran yang mencerminkan moralitas dan norma-norma sosial yang diterima. Kapitalis tipe super ego adalah individu yang mengutamakan kepentingan sosial dan kesejahteraan masyarakat di atas keuntungan pribadi. Mereka mungkin memiliki tujuan lebih besar dalam bisnis mereka, seperti menciptakan dampak positif dalam masyarakat atau mengatasi masalah sosial melalui inovasi dan investasi.

Kapitalis tipe super ego adalah para pengusaha yang terlibat dalam bisnis dengan motivasi yang lebih tinggi, yaitu membantu mengatasi permasalahan sosial dan lingkungan melalui model bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Mereka mungkin menetapkan tujuan untuk memberdayakan komunitas, meningkatkan kualitas hidup, atau mengurangi dampak negatif pada lingkungan.

Penting untuk diingat bahwa tipe-tipe kapitalis ini bukan kategorisasi yang baku, tetapi lebih sebagai kerangka pemahaman yang dapat membantu kita memahami berbagai perilaku dan motivasi dalam dunia kapitalisme. Setiap individu dapat memiliki kombinasi berbeda dari id, ego, dan super ego dalam keputusan bisnis mereka.

Kritik terhadap kapitalisme sering kali mencakup kekhawatiran tentang akumulasi kekayaan yang tak terbatas, kesenjangan ekonomi, dan dampak negatif pada lingkungan. Namun, pendekatan psikoanalisis Freudian dapat memberikan perspektif yang lebih mendalam tentang perilaku kapitalis dan membantu kita memahami peran id, ego, dan super ego dalam dinamika sistem ekonomi ini.

Dalam akhirnya, mungkin tidak ada satu jenis kapitalis yang tepat atau salah, tetapi pemahaman tentang berbagai motivasi dan dorongan yang mendasari tipe-tipe kapitalis ini dapat membantu menciptakan sistem ekonomi yang lebih seimbang, berkelanjutan, dan berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Mendorong para pengusaha untuk menggabungkan pertimbangan sosial dan lingkungan dengan upaya mencapai keuntungan ekonomi dapat mengarah pada kapitalisme yang lebih berdaya guna dan bertanggung jawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...