Langsung ke konten utama

Negeri Para Pendongeng

Dahulu kala, di sebuah negeri dongeng yang bernama Fantasia, terdapat seorang raja yang amat bijaksana, namun tentu saja, seperti kebanyakan dongeng lainnya, cerita tentang negeri ini tetaplah hanyalah khayalan yang mengada-ada. Raja Fantasia, dengan mulutnya yang manis, selalu berjanji akan mensejahterakan rakyatnya. Suara merdu yang keluar dari bibirnya seolah bisa menenangkan hati semua orang, dan banyak yang terbius oleh pesonanya.

"Negeri Fantasia akan menjadi negeri yang sejahtera! Tidak akan ada lagi kemiskinan, kelaparan, atau keadilan yang timpang," ucap sang raja dengan penuh semangat, seolah-olah ia sendirilah malaikat penyelamat dunia.

"Setiap orang akan memiliki pekerjaan yang layak dan pendidikan yang terbaik. Kita akan memiliki sistem kesehatan yang tak tertandingi, sehingga setiap warga negara dapat menikmati hidup tanpa khawatir akan penyakit atau kematian," tambah sang raja dengan mata berbinar-binar seperti bintang.

"Selain itu, kita akan hidup dalam perdamaian dan harmoni. Konflik dan perang akan menjadi kenangan masa lalu, dan senyum akan selalu ada di wajah setiap warga Fantasia," lanjut sang raja dengan nada puitis yang membuat pendengarnya hanyut dalam imaji indah.

Namun, ironisnya, janji-janji manis sang raja hanyalah dongeng yang terus berputar dalam cerita Fantasia. Rakyat yang tadinya terbius oleh kata-katanya mulai terbangun dan menyadari bahwa semua janji itu hanyalah kata-kata kosong yang tak berarti. Bagaimana mungkin negeri ini bisa sejahtera ketika pemerintah sendiri lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kesejahteraan rakyat?

Negeri Fantasia yang diklaim akan menjadi surga dunia, ternyata lebih mirip neraka bagi rakyat jelata. Mereka terjebak dalam kemiskinan yang tak kunjung usai, sementara kekayaan negeri ini terkonsentrasi di tangan segelintir orang. Pendidikan yang dijanjikan tak lebih dari sekadar slogan, sementara sekolah-sekolah negeri kekurangan dana dan tenaga pengajar yang kompeten.

Kemudian, sistem kesehatan yang seharusnya menjadi hak setiap warga negara, ternyata hanya layak diimpikan dalam mimpi belaka. Rumah sakit negeri dipenuhi dengan antrian panjang, fasilitas yang buruk, dan obat-obatan yang sulit dijangkau oleh rakyat jelata. Mereka harus mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang seharusnya diberikan secara gratis.

Perdamaian dan harmoni yang dijanjikan, ternyata hanya retorika kosong belaka. Konflik antar suku dan agama masih terjadi, bahkan semakin memuncak, sementara pemerintah terlihat tidak berdaya mengatasi masalah tersebut. Kekerasan dan ketidakadilan terus merajalela, dan senyum di wajah rakyat Fantasia semakin sulit ditemui.

Namun, sang raja tak pernah merasa bersalah atas janji-janjinya yang terus terabaikan. Ia selalu menemukan cara-cara untuk mengalihkan perhatian rakyatnya dari realitas pahit yang mereka alami. Setiap kali ada protes atau kritik terhadap pemerintahannya, sang raja dengan pandai mengalihkan isu dan mencari kambing hitam untuk disalahkan.

"Ahh, itu semua karena para penjahat yang mengacau negeri kita! Bukan karena kebijakan pemerintah yang buruk, tetapi karena ulah orang-orang jahat yang ingin menjatuhkan kita!" tegas sang raja dengan wajah serius.

Seiring berjalannya waktu, banyak rakyat Fantasia yang mulai bosan dengan cerita dongeng pemerintahnya. Mereka tak lagi terbius oleh janji-janji manis yang seakan masuk akal. Mereka menyadari bahwa negeri ini tidak akan pernah sejahtera selama pemerintahan yang ada tidak mau mengubah cara berpikir dan bertindak.

Tapi, seperti dongeng-dongeng lainnya, selalu ada harapan di ujung cerita. Rakyat Fantasia punya kekuatan untuk mengubah takdir mereka sendiri. Mereka menyadari bahwa mereka harus bangun dan bersatu untuk menghadapi realitas pahit yang tengah mereka alami.

Pergolakan pun mulai bergelora di negeri Fantasia. Rakyat yang dulu terpecah belah, kini bersatu dalam tekad yang kuat untuk menggulingkan pemerintahan yang korup dan tidak peduli dengan nasib rakyatnya. Mereka menyadari bahwa harapan dan masa depan mereka tidak bisa hanya bergantung pada janji-janji manis yang hanyalah dongeng belaka.

Dengan semangat perubahan yang menyala-nyala, rakyat Fantasia mulai mengambil langkah-langkah konkret untuk menciptakan perubahan yang mereka impikan. Mereka menyadari bahwa masa depan negeri ini tidak akan tercipta dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dengan kerja keras dan kesungguhan hati.

Akhirnya, di tengah-tengah perjuangan yang panjang dan melelahkan, rakyat Fantasia berhasil mencapai cita-cita mereka. Mereka membentuk pemerintahan yang sesungguhnya mewakili kepentingan rakyat, dan berkomitmen untuk menciptakan negeri yang benar-benar sejahtera bagi semua warganya.

Dan pada akhirnya, negeri Fantasia bukanlah lagi dongeng yang hanyalah khayalan, melainkan menjadi kenyataan yang nyata. Sebuah kisah inspiratif tentang bagaimana kekuatan perubahan bisa mengubah nasib sebuah negeri, tanpa lagi terjebak dalam cerita-cerita manis yang tak berujung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...